12

13.3K 1.1K 10
                                    


Jangan lupa Follow Ig Author yah
@widyaarrahma20_

Happy Reading














"Kak, Ummah ada Giat, kaka kalo bosen ke rumah dinas aja yah, nanti jemput adek juga yah, Ummah mau temenin Abba ada kunjungan " pesan Zalin setelah dia keluar kamar dan menggunakan setelan seragam Persit

"Sampe sore mah ?"

"Iyah, kak ada kunjungan dari pusat soalnya"

"Iya mah"

"Kok lesu kenapa toh ?"

"Gapapa mah, ummah naik motor ?"

"Enggak, naik mobil dijemput om Satria, udah didepan Om satrianya Ummah berangkat dulu yah Assalamualaikum"

Ayra menutup pintu rumahnya lalu masuk kedalam rumah

Suasana begitu sepi jika Ummah nya ada giat, jika seperti ini dia lebih sering melamun dan merenung apalagi sekarang hari spesialnya namun dari semalam hingga pagi ini seakan tak ada yang ingat, tak ada yang mengucapkan

Yah tepat hari ini usianya bertambah dari 17 menjadi 18 tahun

"Masa Ummah sama Abba lupa sih, biasanya aja enggak" keluhnya sembari duduk di ruang tv menekuk kakinya lalu memeluknya

Netranya tertuju pada foto keluarga yang ada di atas tv dimana ummah dan Abbanya menggunakan seragamnya sementara dia dan adiknya mengenakan baju kembaran berwarna hijau juga

"Kenapa ya Mah, bukan aku yang Ummah lahirkan, kenapa Ummah sama Abba gak ketemu dari dulu, kenapa harus Abba ketemu dulu sama Bunda terus jadi aku baru Abba ketemu Ummah" monolognya

"Sampe kapan ya Mah kaka begini, kaka juga sebenarnya mau kok akur sama bunda, tapi kalo dibayangin dulu kaka sering malu dimarahin didepan umum, bahkan didepan om om tentara, dicubit, dibentak, kaka malu mah" lanjutnya

Setitik air matanya turun, dia langsung menghapusnya, sebenarnya dia bisa menangis sepuasnya di rumah yang sepi ini namun dia sudah cukup lelah menangisi hidupnya

Suara bel terdengar, Ayra langsung merapikan penampilannya lalu berlari menuju pintu dan membukanya

Terlihat 2 orang lelaki berseragam angkatan udara didepannya

"Rumah mba Ayra Althaufunnisa Ardianto atau Kapten Sharga Ardhianto yah mba ?" Tanya orang itu

"Iya benar"

"Ini ada kiriman dari ibu Silmi Rizal mba, mohon diterima yah"

"Oh ya taruh aja disitu" tunjuk Ayra pada kursi yang disediakan di teras

"Iya mba ini sama ada suratnya, kalau begitu kami permisi"

"Iya makasih"

Ayra kembali menutup pintu tanpa membawa sekotak kado dari Bundanya itu, dia hanya membawa sepucuk suratnya saja

Ayra kembali duduk di ruang Tv, tangannya mulai membuka lipatan kertas yang biasanya dia buang setiap tahun itu

Assalamualaikum sayang,

Ayra Althaufunnisa Ardhianto

Gak kerasa yah sayang usiamu sudah 18 tahun sekarang, maafin Bunda yah gak bisa menemani Ayra disetiap langkah Ayra.

Nak, Bunda tau

Setiap hari, Ayra selalu menyesal mengapa pernah ada di rahim Bunda

Bunda juga tau,
Ayra selalu ingin menjadi anak Ummah Zalin saja, bukan Bunda.

Bunda minta maaf yah nak, Bunda bukan ibu yang baik untuk Ayra, Bunda selalu membuat Ayra kecewa, Bunda selalu membuat Ayra sedih.

Bunda minta maaf nak.

Bunda minta maaf karna disetiap wisuda kamu nama Bunda yang harus disebut bukan nama Ummah Zalin.

Nak,

Bunda tau disetiap ulang tahunmu, hanya kado dari Bunda yang gak akan kamu sentuh namun Bunda gak akan nyerah, Karna Bunda sayang kamu.

Nak,

Bertahun tahun Bunda menunggu, bertahun tahun Bunda berdoa agak Ayra mau memaafkan Bunda, dan mau memeluk Bunda lagi seperti waktu Ayra berumur 1 tahun.

Nak,

Pintu rumah Bunda, baik rumah Dinas maupun rumah pribadi Bunda selalu terbuka untukmu nak, bisa tidak sehari saja kamu berkunjung kesini.

Bunda Rindu nak.

Bunda tau, kesalahan Bunda dimasakecilmu mungkin sulit untuk dimaafkan, tapi boleh tidak Bunda merasakan hangatnya dipelukmu lagi nak ?

Bunda nulis Surat ini disertai linangan air mata dan doa untuk putri Bunda satu satunya, Putri Cantik Bunda yang selalu manis ketika tersenyum.
Bunda harap kamu baca yah surat ini, jangan dibuang yah nak.

Salam sayang, salam peluk Bunda untuk Putri cantik Bunda

Ayra Althaufunnisa Ardianto

Selamat ulang tahun sayang

Bunda Rindu nak

Bunda Silmi 





Ayra menutup surat itu lalu mengenggelamkan wajahnya dilipatan kakinya, kenapa alur hidupnya harus seperti ini ?

Lahir dari rahim seorang itu yang menjadikannya alat mempertahankan pernikahan bersama Abbanya

Bahkan dia tau dan ingat betapa marahnya Abbanya saat adiknya lahir belum waktunya karna kecelakaan dan sebabnya itu dia.

Diapun tau bahwa kelahirannya sangat tidak diharapkan oleh Abbanya kala itu, sampai dia bertemu sang Ummah yang begitu menyayanginya dengan tulus, menganggapnya putri kandungnya, bukan putri sambungnya.

Dia masih ingat betapa malunya ia saat dibentak Bundanya, dijewer Bundanya didepan kandang rusa karna dia tak sengaja menyenggol temannya dan keduanya jatuh bersamaan

Bukannya membelanya, sang Bunda justru memarahinya hingga dirumah dia dihukum tidak boleh mengambil jajanan di kulkas

Ingatan itu kembali berputar di otaknya, seakan trauma masalalu yang kembali terngiang, seakan film lama yang kembali diputar didepan matanya

Tangan Ayra meremas baju bagian lengannya, kepalanya terasa pening mengingat semua kejadian masa kecilnya












































________________________

Masih pantaskan Maaf untuk Bunda Silmi ?

AYDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang