Hadiah Tak Terduga

37 9 3
                                    




Puri menghirup nafas panjang dengan cucuran keringat membasahi tubuhnya, wajah kelelahan serta tubuh terluka, ia mengusap darah segar yang keluar dari luka gores di lengan kirinya. Singa yang tak sengaja ia temukan tengah menggerogoti rusa muda tak jauh dari tempat ia mengistirahatkan tubuhnya tadi, masih terus mengejarnya, sudah hampir satu jam puri harus berkutat dengan akar serta duri-duri tajam yang tumbuh bebas di dalam hutan. Berlari tanpa arah dan tujuan atau gambaran tentang tata letak hutan di kepalanya.

Mereka saling kejar-kejaran, berlari dengan kekuatan penuh membuat lutut puri lemas. Ia jelas kelelahan, tapi berhenti berlari sama dengan bunuh diri. Beberapa luka gores sudah memenuhi wajahnya, menimbulkan bercak kemerahan yang terasa amat pedih ketika keringat mengalirinya. Dada gadis itu naik turun, dan matanya mulai perih disebabkan beberapa mahkluk kecil yang terbang bebas didalam hutan. Ia tidak tahu harus berbuat apa, sebelumnya dia tidak pernah berurusan dengan singa. Ini kali pertama dalam hidupnya melihat hewan buas itu secara langsung dan bukannya lewat layar kaca atau sosial media.

Puri berhenti sejenak, mengambil jarak aman sejauh mungkin dari singa itu. Mereka saling bertatapan, singa itu mengeram marah, tangan puri bergetar ketakutan. Ia lelah dan tidak tahu harus berbuat apa. Perasaan marah lagi-lagi membuat ia kesulitan bernafas. Puri tahu ia harusnya lebih tenang saat ini, tapi memiliki perasaan yang sedikit sensitif membuat puri tidak bisa tenang. Ia jelas ketakutan dan singa didepan nya tidak akan mengerti dan mau diajak negosiasi. Disaat-saat seperti ini dia memerlukan ayahnya, dukungan kecil yang mungkin mampu membuat ia bertahan lebih lama.

Puri menghela nafas sejenak, berdengung di kepalanya teriakan sang ayah. "Semua akan baik-baik saja, ayah ada disini dekat denganmu. Dan jika kau butuh sesuatu tapi ayah tidak sedang berada dalam jarak pandang mu maka cukup sebut nama ayah tiga kali. Dukungan dan doa ayah akan sampai padamu saat itu juga. Nak, percayalah seorang ayah tidak pernah meninggalkan putri kecilnya, tidak akan ada yang bisa memisahkan kita walaupun itu adalah kematian." 

Puri merasa ketenangan menghinggapinya, datang dari tempat yang tidak pernah ia duga. Hal kecil yang akan ia simpan hingga akhir hayatnya, berkah dan hadiah terbaik dari tuhan yang tidak bisa dimiliki seluruh anak perempuan di dunia. Ayah yang baik dan menyayangi segala bentuk yang ada dalam dirinya, buruk atau baik. Setelah merasa cukup, ia mengambil langkah mundur, puri melirik ke kiri dan kanan, mencari sesuatu yang mungkin bisa ia gunakan untuk melindungi dirinya dari singa itu. 

“Cukup main-mainnya, kau hanya kucing besar dengan cakar tajam. Aku sudah sering terluka dan ini semua tidak ada apa-apanya dengan luka batin milikku." Matanya melirik ke bawah dan melihat ada sepotong besi di sana. Keberuntungan yang tidak datang dua kali, seakan tuhan ingin ia hidup lebih lama lagi, untuk mencoba tikungan dan jurang yang lebih parah dari ini. Atau mungkin tuhan ingin ia merasakan hukuman atas dosa-dosanya yang belum sempat ia tebus. Dengan cara yang lebih menyakitkan dan tak terduga, mungkin singa hanyalah hal kecil dan tak ada apa-apanya dengan hal-hal gila yang telah ia lakukan. Anggap saja semua ini adalah penebusan dosa, dan setelah semuanya ia akan terlahir kembali sebagai sosok suci seperti dulu. Saat air liurnya menetes dan ia hanya bisa diam saja.  

Tangannya dengan cepat meraih besi, mengacungkan benda itu ke depan. Tangannya gemetar saat melihat pergerakan dari sang raja hutan. Kuda-kuda kakinya bertumpu dengan kuat, seolah menantang pada semesta dan mengatakan bahwa ini semua tidak ada apa-apanya. Lagipula ayolah, dia memiliki nenek yang hampir sangat amat membencinya dan jelas saja itu jauh lebih menyakitkan daripada goresan dari cakar singa itu. Kalian paham kan bagaimana sakitnya diasingkan, nah jadi tentu saja ini semua bukan apa-apa. 

"Ayo kemari kucing besar, mari kita akhiri permainan ini," puri berjalan secara perlahan, mendekati singa dengan sikap waspada. Gemuruh jantungnya membuat pegangan puri pada potongan besi itu sedikit bergetar, ia bermonolog dalam hati. Berharap kali ini tuhan mau membantunya.
"Bantu aku sekali lagi tuhan, biarkan aku mati dengan cara lain. Setidaknya biarkan aku mati dengan keadaan bersih dan wangi."

Game Over Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang