Pandangan Pertama

32 7 0
                                    

Gelombang energi kegembiraan mengudara begitu pesat, seluruh kota seakan penuh oleh warna-warni tawa dan suka cita. Kicauan terompet dan musik berderak nyaring, lagu kebangsaan berisi lirik pujian tentang sang pemimpin mendayu di setiap penjuru kota. Gedung perkantoran, swalayan, cafe, mall, dan taman tampak sepi, semua orang sudah berkumpul di jalan utama sejak pagi-pagi sekali. Mereka tidak mau ketinggalan momen dimana para bidak catur dipamerkan. Dengan gaun, sepatu, dan riasan hasil rancangan tim tata rias ternama di kota. Tuxedo mengkilap terlihat seperti bingkai dibalik figur kecil yang rapuh. Gaun dengan berlian dan mutiara mahal terpasang cantik pada tubuh manekin bernyawa. Bunyi kelontang sepatu berirama teratur, randu membawa anak didiknya menuju belakang gedung, mereka berjalan memutari beberapa blok, melewati beberapa toko. Randu menjauh sebisa mungkin dari jalan utama, semua model baru boleh terlihat oleh khalayak saat pistol ditembakkan, itu yang randu katakan pada mereka ketika benua mulai mengeluh soal perjalanan mereka menuju pusat kota.

Selama perjalanan menuju jalan utama, tidak satu pun dari mereka melihat tim lawan. Suara kerumunan terdengar semakin dekat, ada banyak bendera terlihat mencuat dari balik gedung. Beberapa spanduk dan poster topeng emas terpasang di depan toko-toko yang tutup. Kata-kata besar tercetak jelas di beberapa dinding gedung “Thanatos adalah kebenaran menuju kemakmuran”

Thanatos, nama pria itu. Pemimpin kota ini, pria yang bersembunyi dibalik topeng kebesaran. Kesempurnaan adalah dia, manusia paling dipuja dan dihormati. Yang mengirim neraka untuk anak-anak tak bersalah, hanya manusia tak berhati yang mampu menganggap jika ia adalah dewa. Semua pemuja Thanatos pastilah sama menyebalkannya seperti randu. Sama keji dan kotornya seperti randu dan mungkin juga dia. Puri memegang tangan virgo ketika  randu berkelok dan masuk ke dalam terowongan di tepi rumah sakit. Terowongan dengan cekungan besar berlapis cat hitam metalik, lampu dengan warna kuning pucat menghiasi atapnya. Bisik-bisik terdengar sayup saat langkah mereka semakin dalam, kemudian kepala-kepala tegak serta bahu lebar terlihat saat mereka masuk lebih dalam. Puri semakin mengencangkan pegangannya saat wajah-wajah asing pria dan wanita terlihat di pandangannya. Ada lebih dari seratus orang, berbagai warna gaun dan Tuxedo. Beberapa wajah terlihat tenang, yang lain gugup, lalu ada juga yang terlihat bangga, malas, marah, dan keji. Puri mengabsen satu persatu wajah yang dapat ia jangkau dengan matanya, mencuri-curi pandang berharap bisa melihat wajah gadis di foto yang randu berikan.

“Dengar,” randu menjentikkan ibu jarinya, menarik perhatian ke-enam remaja itu dari kerumunan, “aku harus berdiri ditempat para pelatih, kalian berbarislah dibelakang. Cukup berjalan saja, jangan berikan senyuman atau lambaian konyol. Bersikap saja seakan kalian tidak peduli dan muak, itu akan membuat mereka berpikir jika kalian kuat. Semakin banyak orang di kota yang tertarik kepada kalian maka akan semakin baik.”

“Apa untungnya untuk kami?” Randu melirik lava sejenak, menarik nafas kemudian menatap mereka satu persatu.

“Semua orang di kota memiliki hak membeli kalian,”

“Kami bukan barang dagangan!” Riuh memotong cepat, wajahnya memerah dan tangannya mengepal kencang.

“Ya, aku tahu. Dengar jika mereka tertarik pada kalian maka mereka tidak akan takut membuang uang untuk kalian. Selama di arena, siapa pun yang membeli kalian mereka berhak mengirim berbagai barang untuk membuat kalian menang. Dengar, aku tahu kata membeli terdengar kasar, tapi lihat apa yang akan kalian dapat karena itu. Jadi lakukan saja apa yang aku katakan jika ingin kembali hidup-hidup dari sana,” randu melirik puri, gadis itu mengangkat alisnya bertanya tanpa suara pada randu.

“Kau ahli dalam hal ini nak, aku berharap banyak padamu. Kau berdiri di depan dengan virgo, lava kau dengan adikmu, dan kalian berdua berdiri bersama.”

Randu menunjuk benua, pria itu tampak kesal karena dipasangkan dengan riuh. Mereka beberapa kali bersitegang di kamp, hal itu membuat hubungan mereka sedikit renggang. Setelah memberikan petuah dan perintah, randu menghilang dibalik kerumunan. Virgo menarik puri untuk segara masuk ke dalam barisan diikuti yang lain.

Game Over Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang