Latihan Pertama

38 10 6
                                    

Jiwa sudah bangun tepat pada pukul empat pagi. Saat sang surya masih melakukan tugasnya pada bagian lain dari semesta, ketika gelapnya begitu dekat dengan raga. Dia duduk didepan pondok seorang diri, membiarkan udara dingin menusuk kulitnya serta membekukan asap dari mulutnya "kau tidak tidur?" Puri duduk disamping jiwa, seluruh tubuhnya terbungkus dengan mantel tebal yang sudah ada di lemari pakaian tua di sudut kamarnya.

Seperti memang sudah disiapkan untuk mereka gunakan. Udara ditempat ini sangatlah aneh, ketika siang mentari bersinar dengan terang diatas sana, tidak ditemani awan sedikit pun membuat udara terasa sangat panas hingga rasanya bisa meledakan otak mereka. Namun, saat malam dingin begitu menusuk, mereka bisa saja membeku jika tidak sengaja tertidur diluar tanpa selimut. Keanehan itu membuat mereka berpikir, dimana sekiranya mereka dikurung. Pada bagian bumi apa mereka dibebas kandangkan.

"Rasanya sulit sekali untuk tidur setelah datang ke tempat ini," jiwa mematahkan sedikit demi sedikit ranting kayu yang dia pegang. Sesekali menggosokkan kedua tangannya demi menghalau rasa dingin yang menusuk.

"Aku merindukan hangat kamarku dan aroma kopi buatan ibuku," mata puri terpejam, mengingat kembali aroma khas dari kopi buatan ibunya. Ia memeluk dirinya kian erat, jiwanya meraba pada kerinduan yang hampir menggila. Ibunya ialah yang terbaik di dunia, senyum tua lemah merangkak letih saat coba menggapai restu ibu dari ayahnya. Wanita paru baya yang begitu membenci dia dan ibunya. Puri bersyukur meski teramat membenci dia, neneknya begitu memanjakan dan menyayangi adiknya. Dulu sekali saat dia belum mengerti makna benci, ketika kakinya belum tegap berdiri puri akan menangis pilu saat hanya ada satu boneka, satu gaun, dan satu jepit untuk adiknya. Dia tidak pernah dapat apapun dari gandis neneknya. Tidak pernah, sekalipun seumur hidupnya.

Mata puri kian erat mendekap dan ketika cahaya bulan menerpa wajah puri ia terlihat amat mempesona, jiwa tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah puri sekali lagi. Faktanya sebanyak apapun wanita yang ia temui setelah putusnya hubungan mereka, jiwa tidak pernah bisa menemukan gadis seperti puri. Puri yang cantik, baik, sabar, dan tangguh. Puri gadis pertama yang berhasil mencuri hatinya, gadis yang mengajarkan banyak hal tentang kehilangan, rasa syukur, dan mengikhlaskan.

Ia bersyukur terkurung disini bersama puri dan bukannya gadis lain. Bolehkah jiwa berharap jika suatu saat nanti ketika mereka bebas dari semua ini, dia bisa kembali melihat puri. Dalam keadaan baik dan bahagia seperti mimpi gadis itu, dengan pergelangan tangannya yang bersih tanpa luka. Menemukan gadis itu diantara keramaian seperti dulu, masih pantaskah ia meminta pada semesta untuk tidak dipisahkan dari puri setelah perpisahan mereka berbulan-bulan yang lalu.

Jiwa menggeleng mengenyahkan pikiran itu dari kepalanya, saat ini mina adalah kekasihnya, tidak seharusnya dia memikirkan puri disaat-saat seperti ini. Ketika mereka hanya punya dua pilihan dalam hidup, benar. Tidak seharusnya, ini salah. Lagi-lagi jiwa melakukan kesalahan, menjadi laki-laki brengsek dan bodoh. Dia sudah melupakan puri kan? Mina gadis yang cantik, dia tidak bisa dibandingkan dengan puri. Gadis pendek menyebalkan dan suka merajuk. Mina yang terbaik, mungkin.

"Jiwa, saat semua ini berakhir apa kita bisa merayakannya? Maksudku, entah apa yang akan menunggu kita diluar sana, bisakah kita semua merayakannya setelah semua ini berakhir. Aku tidak bisa memikirkan kemungkinan terburuknya tapi kuharap saat itu terjadi, aku masih punya nyali untuk melanjutkan hidup," puri menatap jauh ke dalam mata jiwa, menelisik lebih jauh pada bola mata coklat itu. Puri mengalihkan perhatiannya, berjalan masuk ke dalam pondok tanpa mengatakan sepatah kata pun pada jiwa. Tidak juga menunggu respon pria itu.

"Aduh" Lava meringis di dalam tidurnya, meringkuk kesakitan disamping benua yang tengah tertidur sembari memeluk kaki riuh. Akan lucu sekali melihat mereka jika saja keadaan tidak canggung seperti saat ini.

Game Over Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang