Perubahan Puri

26 6 1
                                    



Sudah hampir tiga bulan mereka terkurung di tempat ini dan selama itu pula, satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan untuk menghabiskan waktu hanyalah berlatih. Setiap harinya, pagi-pagi sekali saat matahari masih tampak malu-malu, semua anak dengan rasa kesadaran diri yang mulai tumbuh akan tanggung jawab yang tengah dipandu, mereka berbondong-bondong menuju tempat dimana biasa mereka berlatih. Mengambil posisi masing-masing, tidak peduli apakah luka kemarin sudah kering atau belum, mereka tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Setiap otot perut terbentuk atas kerja keras yang luar biasa, dengan keringat dan darah yang jadi saksinya. Sesi latihan mereka setiap harinya juga semakin berat, hampir semua anak kadang bersembunyi di setiap tempat hanya untuk menangis. Puri sering mendapati riuh menangis pada penghujung hari, saat randu sudah menghilang dan semua orang pergi membersihkan diri. Kadang-kadang ia juga melihat lava tampak begitu kelelahan dan kesakitan. Memar dan luka sudah menjadi hal biasa bagi mereka, hampir setiap saat muncul luka dan memar baru ditubuh mereka. Walaupun puri sadar para pria mencoba menyembunyikan rasa sakit mereka darinya. Tidak hanya fisik mereka yang berubah, semua orang kini menyadari ada satu orang diantara mereka yang memiliki perubahan paling pesat, puri. Ya, gadis itu banyak berubah.

Para anak laki-laki memandang puri ketika gadis itu melangkah masuk ke dalam pondok. Baju gadis itu basah kuyup dan ada beberapa bercak kemerahan di pakaian gadis itu. Benua selalu mengatakan jika itu adalah darah, tapi yang lain tidak pernah percaya apa yang benua katakan, dan hanya mengira jika itu mungkin saja getah dari pohon mengingat hanya puri yang memiliki akses keluar masuk hutan. Mereka memilih untuk percaya pada puri, mereka yakin walaupun terkurung disini dan hanya memiliki pilihan antara hidup atau mati. Tidak akan ada yang bisa mengubah puri yang manis menjadi puri yang bengis.

“Kenapa kalian memandangku?” Puri menatap tajam virgo, membuat pemuda itu dengan segera mengalihkan pandangannya.

"Tidak."

Tapi entah kenapa selama hampir sebulan ini mereka mulai memikirkan kembali ucapan benua. Perubahan yang begitu drastis terjadi pada puri, tatapannya yang tajam, serta wajah yang sudah mulai kehilangan senyumnya. Tanpa tawa, puri terasa begitu jauh, tak terjangkau dan sulit untuk diraih kembali. Puri juga lebih sering menghilang setelah latihan dan baru kembali saat matahari hampir tenggelam atau bahkan kadang-kadang ia baru kembali saat tengah malam. Ketika raga-raga lelah telah berselimut kegelapan malam dengan mimpi-mimpi yang berharap jadi kenyataan.

Jiwa sering mencium aroma amis ketika mereka tidak sengaja berpapasan, saat puri kembali dari dalam hutan bagian utara.
Dan anehnya sampai saat ini, setelah berbulan-bulan hanya puri yang bebas keluar masuk hutan. Perlakukan berbeda randu pada puri juga menjadi alasan kecurigaan mereka terhadap puri semakin besar. Jika selama ini para pria mendapatkan luka karna berlatih atau berduel, maka puri mendapat lukanya karna randu tidak segan-segan memukul puri ketika ia melakukan kesalahan. Sesekali randu mungkin akan memukuli mereka tapi tidak sesering yang randu lakukan pada puri.

Lalu ketika para anak laki-laki duduk melingkari api unggun, mereka tersadar akan satu hal. Jika mereka sudah kehilangan puri, raganya mungkin ada disini, tepat di samping mereka. Tapi, entah kenapa jiwa yang ada di dalam raga gadis itu, tidak seperti puri yang mereka kenal. Tempat ini sudah merenggut gadis itu, kondisi yang entah apa itu sudah membuat puri menjadi seperti orang asing. Malam itu ditengah kobaran api unggun mereka saling pandang, berbicara lewat tatapan mencoba menguatkan keyakinan mereka akan puri. Jika gadis itu masih bersama mereka, berjalan pada tuju dan titik yang sama.

Gadis itu masihlah milik mereka.
Gadis itu masihlah teman mereka.
Dan seburuk apapun keadaan yang ada, tidak akan bisa membuat puri pergi dari mereka.

Puri memandang teman-temannya dari balik pohon beringin besar di tepi hutan. Ia tersenyum getir, perlahan tetesan air jatuh menghantam bumi. Puri mendongak, ditatapnya langit yang sedang menangis. Menumpahkan kesedihan yang mungkin telah lama tersimpan. 

Game Over Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang