Buah beri hitam

14 3 0
                                    




Mereka dibanjiri sponsor selama beberapa hari. Sepaket lengkap set pakaian baru lengkap dengan sepatu dan pakaian dalam, Nala ikut kebanjiran berkah setelah bergabung dengan mereka, sepertinya para orang kaya itu tampak senang dengan kehadiran Nala. Atau mungkin juga mereka amat menikmati momen pertemuan dua sahabat yang sudah terpisah lama, puri kira awalnya mereka akan kehilangan banyak sponsor, namun sepertinya adegan klise itu cukup untuk menyentil sisi empati dan simpati para penguasa. Tapi mungkin juga, semua telah diperhitungkan dengan amat sangat baik. Siapapun tahu dengan jelas tentang aturan permainan, tidak boleh membantu tim lawan.

Cepat atau lambat salah satu dari mereka harus ada yang bisa membunuh Nala, jika suatu saat itu terjadi, maka adegan perpisahan itu akan menjadi tontonan yang menarik. Kalian tahu kan, pengkhianatan paling buruk ialah pengkhianatan yang dilakukan oleh orang terdekat. Semua sikap itu akan menghancurkan mental kedua-nya, mungkin saja para penonton ingin melihat dua sahabat karib saling mengayunkan pisau ke leher masing-masing.

Jika puri pemenangnya, maka ia akan hidup dengan rasa bersalah selama sisa hidupnya, dan hal yang sama akan terjadi jika itu terjadi pada Nala. Inti dari permainan ini tetaplah kehancuran, siapapun pemenangnya nanti. Dia akan hidup dalam rasa bersalah, membunuh bukan perkara mudah. Tidak ada satupun dari mereka yang mau melakukannya dengan suka rela, jika bukan karena terpaksa, mungkin saat ini mereka akan menghabiskan waktu bersama. Saling mengenal satu sama lain, bertukar sosial media atau bergunjing tentang yang lainnya. Begitu lah roda kehidupan berputar, jarang ada manusia yang mau membunuh manusia lain. Dan jika ada, mungkin ada yang salah dengan jiwa mereka.

Menempatkan remaja seperti mereka pada situasi seperti ini jelas perbuatan salah, tidak ada hukum di negara manapun yang akan mendukung hal ini. Tapi puri yakin, sehebat apapun hukum pada negara tertentu, tidak akan ada yang bisa mengalahkan manusia keji seperti thanatos. Puri bahkan sudah kehilangan harapan pada hukum di negaranya sejak dia dilahirkan. Siapa yang tidak tahu tentang seberapa buruknya hukum di Indonesia. Orang-orang seperti thanatos, bisa dengan mudah mengambil alih pemerintahan. Dengan segepok uang, maka kejahatan apapun akan padam.

Baiklah, mari kembali pada inti permainan.

Selama beberapa hari tidak ada hal menarik yang terjadi, nanti malam akan ada pesta kecil. Semua nama peserta akan diumumkan, mereka sudah menyiapkan pulpen dan kertas untuk mencatat nama-nama yang tersisa. Orang-orang yang tidak tergabung dalam kelompok karier, Nala dengan ingatan kuatnya sudah mencatat beberapa nama yang ia kenal. Sisanya akan ia catat nanti malam, saat meriam perayaan berkumandang dan foto mereka dengan keterangan bertahan atau tidak bertahta dibawah nya. Waktu yang begitu puri tunggu, ada satu nama yang ia harap muncul dengan keterangan hidup melabelinya. Satu orang yang begitu ia harap dapat bergabung dengannya. Meski tahu tidak akan mudah bagi puri untuk menarik gadis itu di sisinya, tapi ia akan mencoba. Nyawanya akan ia pertaruhkan, demi semuanya. Balas dendam dan rasa sakitnya.

"Nala, ada yang ingin aku tanyakan padamu." Nala menghentikan aktivitas mengasah pisaunya.

"Kau bisa tanya apapun."



Matahari bersinar amat terik, mereka seakan terpanggang dalam kubah bertahtakan awan. Panasnya berhasil membuat sekujur tubuh dibanjiri keringat, persediaan air semakin menipis. Dan jika tidak segera bertindak, mungkin salah satu dari mereka cepat atau lambat akan mati karena dehidrasi. Wajah lava terpanggang dibawah terik sinar matahari, memerah seperti kepiting rebus dengan beberapa bagian kulit mengelupas.

"Apa kita tidak bisa kembali ke sungai dibelakang desa?" Benua menyesap dengan rakus sisa-sisa gumpalan air terakhir dari botol minumnya. "Hai semua aku butuh air nih. Jika tidak mau aku mati cepat kirimkan air." Dengan suara gemetar, pria itu berteriak menengadah langit. Berharap beberapa orang kaya mendengarnya dan segera mengirim sponsor.

"Aku akan membunuhmu jika kau berteriak sekali lagi!" Teriakan benua akan memancing tim yang lebih unggul dapat dengan mudah menemukan mereka, pada saat ini berkelahi dibawah terik nya matahari sama saja bunuh diri.

Mereka tidak punya persediaan apapun, semua daging, kacang-kacangan, serta tumbuhan sudah habis mereka makan malam tadi. Setelah bergabungnya Nala ke dalam kelompok, jumlah makanan yang harusnya cukup untuk mereka ber-lima kini menjadi sedikit berkurang. Ada satu perut lagi yang harus diberi makan, dan itu berarti mereka harus segara berburu kembali. Tapi dalam cuaca seperti ini sama saja dengan bunuh diri.

Nala berjalan mendekati buah beri hitam yang tumbuh liar diatas kubangan lumpur yang hampir mengering, mencabutnya kemudian membaui aromanya. Dengan hati-hati gadis itu memeras sarinya, setelah menunggu beberapa saat barulah ia berani memakannya.

"Yang ini tidak beracun," Nala memandang semua orang, memasang senyum lega kemudian memasukkan beberapa buah beri lagi ke dalam mulutnya.

Puri ikut berlutut, ia mengambil segenggam penuh buah beri dan memakannya dengan cepat. Rasa manis dan sedikit pahit dari buah beri, dapat menghilangkan rasa lapar dan dahaga yang telah ia tahan sejak tadi.  Tempat ini dipenuhi dengan buah beri hitam, dengan cepat mereka berlutut dan mengumpulkan sebanyak mungkin buah beri itu. Setelah hampir lima belas menit lamanya, saat ini kantung mereka telah dipenuhi dengan buah beri. Mereka duduk dibelakang halaman rumah setengah hancur di desa, tetap berlindung dari panas dan tim lawan.  Menikmati hasil panennya, mulut benua dan jiwa penuh. Warna hitam mengalir mengotori mulut serta tangan, sesekali mereka tertawa dalam diam.

"Dari mana kau tahu beri ini tidak beracun?" Virgo mengamati wajah Nala, bertanya dalam keadaan mulut setengah penuh.

"Aku sempat membaca buku di perpustakaan persinggahan. Ada banyak buku yang menarik, salah satunya membahas tentang arena. Ada bagian khusus tentang bertahan hidup, di sana menjelaskan apa saja yang boleh dan tidak boleh dimakan."

"Jadi kenapa kau tampak mengerikan saat pertama kali kami menemukan mu?"

Tertawa kecil, Nala meraup segenggam buah beri. "Koreksi tuan riuh, aku yang menemukan kalian." Nala menepuk kedua tangannya, menatap wajah puri selama beberapa saat, "aku tidak berani keluar dari tempat persembunyian ku. Maka dari itu aku tidak makan dan minum selama beberapa hari. Jadi wajar saja jika tampilan ku seperti itu."

"Niko pasti menyesal karena tidak mengajakmu bergabung. Kau tahu dia setidaknya membutuhkan satu gadis cerdas dalam timnya." Puri menjatuhkan tubuhnya, berbaring miring memandang Nala yang tampak memerah karena tersanjung.

"Dia benar, untuk apa dia mengumpulkan semua bocah kuat jika tidak punya satu yang pintar." Benua menepuk punggung Nala, merangkulnya dan tertawa bersama.

Sore yang indah di tempat yang tidak seharusnya, satu alasan lagi muncul untuk puri tambahkan ke dalam list kenapa ia harus menghancurkan thanatos.

Game Over Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang