Kehancuran dan Permintaan

20 2 0
                                    


“Sekali lagi aku tanya padamu, dimana sergio!” Puri menarik baju randu, menekan pria tua itu ke dinding. Wajah randu tampak pucat, ia lima kali lebih terlihat tua jika di lihat dari jarak sedekat ini. Bibirnya kering dan pucat, matanya cekung dan sedikit menghitam.

Randu tertawa kecil, ia menerjang jauh ke dalam netra coklat milik puri, “dia mati, aku yakin kau tahu apa alasannya.” Tubuh puri mendadak menjadi kaku, cengkarmannya pada randu melemah dan ia tersentak jatuh menghantam lantai saat randu mendorong tubuhnya menjauh. Gadis itu terdiam cukup lama tangannya tergenggam kuat, ia mendongak menatap randu dengan marah.

“Dia tidak melakukan kesalahan apapun,” randu tertawa lagi, kali ini lebih kencang. Dia memandang puri dengan kebencian yang teramat dalam, pria itu menarik kerah baju puri membuat gadis itu menggantung di udara. Puri mencengkam tangan randu, wajahnya sedikit memerah, dan kakinya menendang-nendang udara.

“Dia berkhianat pada kota ini, pada aturan, dan pemimpinnya. Dan semua itu karena kau!” Randu melepas cengkamannya membuat tubuh puri jatuh menghantam dinginnya lantai.

Puri menghirup oksigen dengan rakus, mendongak ia melirik randu marah. Puri bangkit dengan tertatih-tatih memegang perutnya dengan kencang. Dia memandang randu lemah, bibirnya berkedut, tangannya basah oleh keringat, dan kakinya gemetar hebat.

“Randu, apa kesalahan orang-orang yang aku bunuh di gua?” Randu terdiam matanya memandang pada jendela kaca besar yang terbuka di tepi ruangan, dahan pohon-pohon besar di luar sana seakan menari dalam tarian alam. Siulan melodi fana menyapu setiap permukaan halaman dengan gerakan dibuat lamban, pada titik-titik kecil yang jatuh, di atas kerak bumi tertutup bata merah yang sengaja ditata rapi. Randu menyesap setiap helai udara yang berputar, dalam tatap lurus dan kepala penuh kenangan lama yang menyakitkan.
“Apa dosa mereka? Kesalahan apa yang mereka perbuat sehingga kematian menjadi hadiah pertama yang aku berikan pada pertemuan pertama,” suara puri kian mengecil, kerongkongannya gatal oleh fakta yang sebentar lagi akan ia dengar. “Tolong jawab aku randu, berikan aku satu alasan tentang apa yang harus aku lakukan esok. Tolong jangan buat aku membenci diriku lagi lebih dari ini.” Randu berjalan pelan mendekati jendela, menatap pancuran air dari langit kelabu di atas. Satu tangannya mencengkam erat dada kirinya, dengan mata terbuka lebar dan wajah sepucat kapas, randu membasahi bibir keringnya, melirik puri sekilas yang tampak hampir mati di sampingnya.

“Sama seperti sergio, itulah alasan kematian mereka.” Randu berlalu meninggalkan puri dengan kehancuran yang baru. Terisak kencang, puri memukul wajahnya berkali-kali, mencakar tangannya dengan kuku panjang bercat merah dengan gambar api-api kecil di setiap sisinya. Puri meraung, memukul habis setiap anggota tubuh yang bisa ia raih tanpa peduli ia akan terluka dan tersakiti. Ia memukul kaca jendela di depannya, menyebabkan luka baru penuh darah mengotori tangan putihnya. Randu berdiri dalam diam di depan pintu keluar rumah persinggahan, ia memandang prihatin kepada puri. Mata pria itu basah oleh sesuatu yang sudah lama tidak pernah ia rasa, punggung kecil rapuh milik puri mengetuk sesuatu yang sudah lama tertutup. Ia sekali lagi melirik gadis kecil itu, dengan hati pedih randu berlalu pergi.

Benua duduk gelisah di depan Tv ruang tengah, ia mengecek jam berkali-kali melirik pintu dengan hati berdebar-debar. Apartemen mereka sudah hampir sepi, hanya tersisa tim tata rias puri yang saat ini sedang duduk dengan wajah masam di meja makan sembari memandang pintu. Jiwa berbaring di karpet tak jauh dari Tv, ia meringkuk dengan senyum aneh, matanya memandang langit-langit apartemen. Virgo berdiri bercekak pinggang di depan jendela kaca besar di samping sofa, matanya memandang jauh ke bawah berharap dapat menemukan puri meski sia-sia. Kabut tengah melanda kota, hampir semua jalanan tertutup kabut putih, sangat sulit menemukan puri di bawah sana apalagi kamar mereka jauh sekali dari tanah.

Game Over Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang