Yang kemarin cuman prank kok hehe. Soalnya banyak yang mikir kalau Hanbin itu yang jadi pendonornya jadi aku cuman mau isengin aja hehe. Seru juga ngisengin kalian
Anggap aja jadi Bonus Chaper what if ya haha. Agak aku bahagia liat respon kalian yang antusias. Makasih semuanya udah baca dan vote luv!
Silahkan kolom hujatannya 😘
~
Nafas Hao tercekat, keringatnya keluar memenuhi tubuhnya. Jantungnya berdegup dengan kencang, di dini hari dirinya terbangun dari mimpi yang tidak pernah dirinya bayangkan.
"Hahh". Nafas Hao terengah.
Hao melihat sekelilingnya, dirinya berada di kamar miliknya.
"Syukurlah cuman mimpi".
Hao mengusak wajahnya kasar. "Kenapa aku bisa mimpi kayak gini sih".
Hao menggelengkan kepalanya demi menyadarkan dirinya sepenuhnya dari tidur. Hao beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya dirinya harus benar-benar sadar.
Setelah membasuh wajahnya dirinya kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya.
"Mimpinya jelek banget".
Hao kesal, bagaimana dirinya bisa mimpi seperti itu. Hao menggelengkan kepalanya ribut.
Sepertinya dia tidak akan bisa tidur lagi sekarang, jadi pilihan Hao adalah memainkan ponselnya sambil menunggu pagi menyambutnya.
Saat membuka ponselnya Hao mendapatkan satu pesan yang mungkin dirinya tunggu akhir-akhir ini.
Dimana kontak bernama Hanbin muncul pada notif ponsel Hao. Terdapat pesan berisikan permintaan maaf Hanbin yang lama tidak menghubunginya dan lama tidak menemuinya.
Hanbin berkata dipesannya bahwa dirinya harus pergi ke suatu tempat, Hanbin tidak mengatakan detail kemana dirinya pergi hanya mengatakan bahwa dirinya pergi entah kemana .
Hanbin mengatakan bahwa dirinya sangat sibuk dan tidak dapat memegang ponselnya barang sedetik, maka dari itu dirinya tidak dapat menghubungi Hao untuk mengabarinya.
Hao dapat bernafas lega, Hanbin ternyata tidak meninggalkan dirinya sendirian.
Dalam pesan tersebut juga Hanbin mengatakan bahwa besok dirinya akan menjemput Hao untuk berangkat kuliah bersama.
Hao dapat tersenyum lebar saat Hanbin mengajaknya berangkat bersama, meskipun jam kelas mereka berbeda tapi Hanbin ingin menebus kesalahannya pada Hao.
Hanbin merasa bersalah tidak menemani Hao di saat Hao sedang berjuang untuk kesembuhan Ibunya.
Hao bersyukur karena adanya Hanbin hidupnya mungkin lebih berarti dan berwarna.
Sepertinya awal kisah mereka akan benar-benar dimulai sekarang.
~
Hao terbangun dari tidurnya, ternyata dirinya sempat tertidur saat tadi memainkan ponselnya. Dirinya memasuki kamar mandi dan bersiap untuk berangkat ke kampus.
Ingatkan Hao bahwa Hanbin akan menjemputnya dan pastinya akan menghebohkan kampus.
Tapi Hao tidak menghiraukan pikiran orang lain nantinya, dirinya hanya ingin menjalani hidupnya seperti orang lain yang mungkin mencari cintanya.
Saat Hao bilang pada Ibu bahwa Hanbin akan menjemputnya Ibu mengatakan pada Hao untuk mengajak Hanbin sarapan bersama.
Tapi karena Hanbin mengatakan untuk menjemputnya tepat beberapa menit sebelum Hao memasuki kelas jadi mungkin agenda sarapan bersama akan di tunda terlebih dahulu.
Hao berjanji pada Ibu untuk kelak mengajak Hambin makan bersama dengan Ibu.
Jadi setelah dirinya selesai sarapan tak lama Hanbin datang dengan motornya menjemput Hao. Ibu ikut beranjak menemui Hanbin yang sudah berada di depan gerbang rumah mereka.
"Selamat pagi Ibu".
"Pagi nak Hanbin. Lama kita gak ketemu ya".
"Hehe, iya Ibu. Maaf saya sibuk akhir-akhir ini, maaf gak nemenin Ibu di rumah sakit kemarin".
Ibu Yoona mengibaskan tangannya menandakan tidak usah minta maaf pada Hanbin. "Gak perlu minta maaf nak. Ibu yang berterimakasih sama nak Hanbin sudah membantu Hao selama Ibu sakit".
Hanbin menggeleng, dirinya tidak merasa membantu banyak Hao saat merawat Ibunya. "Gak Bu, Hanbin gak bantu banyak".
"Sudah, sudah. Sekarang kalian berangkat saja".
Hao yang sedari tadi hanya menyimak Ibu dan Hanbin akhirnya berpamitan pada Ibu Yoona.
Sekarang Hanbin sudah memiliki helm untuk Hao. Helm kembar yang sengaja Hanbin pilih agak senada dengan dirinya. Bisa dikatakan ini adalah barang couple pertama mereka.
"Hao pamit ya Ibu. Ibu jangan capek-capek, obatnya jangan lupa di minum. Hao udah tulis catetan obat yang harus di minum di kulkas ya".
Ibu tersenyum dan mengangguk. "Iya sayang, Ibu ngerti kok".
"Yaudah Hao berangkat. Dadah Bu".
"Hanbin pamit ya Bu".
Tak lupa Hanbin juga menyalimi Ibu dan menyalakan kendaraannya kemudian mengendarai motornya menjauh dari kediaman Hao.
Hanbin menarik tangan Hao dan seperti biasa melingkarkan pada pinggangnya. Dengan dalih agar Haonya tidak jatuh terjengkang dari motor.
Perjalanan mereka diisi dengan cerita Hanbin dan Hao. Mereka saling bertukar cerita, tapi lebih banyak Hao yang berbicara menceritakan beberapa hari lalu yang Hanbin lewatkan.
Hao juga sempat menceritakan mimpinya semalam yang membuatnya jadi waspada sekarang. Hanbin yang mendengarpun sedikit merinding namun juga senang.
Dari cerita Hao, Hanbin menyimpulkan bahwa lelaki manis yang memang sedang dirinya dekati ini menyukainya.
Terbukti dari ceritanya yang menggambarkan bahwa Hao tidak ingin Hanbin meninggalkannya.
"Jadi kamu gak mau ya aku ninggalin kamu".
Geplakan yang Hanbin dapatkan, Hao kesal kenapa pertanyaan Hanbin sangat tidak masuk akal.
"Ya coba kamu pikir lah Bin. Mana ada yang mau di tinggal tiba-tiba gitu".
Hanbin kembali terkekeh. "Aku kok seneng sih kamu gak mau aku tinggalin Hao".
Hao menggulirkan matanya malas. "Terserah".
"Jangan ngambek Hao".
"Hmm".
"Nanti kita makan bareng yuk".
"Hmm".
"Ntar aku jemput di kelas ya".
"Ngapain?".
"Gini aja di jawab".
"Ya kamu ngapain mau jemput aku di kelas. Ntar heboh kelasnya males".
"Ya gakpapa, biar pada tau kalau aku lagi ndeketin kamu".
"Males Bin. Ntar pada tanya-tanya gak jelas".
"Haha, okei-okei gak aku jemput. Ntar kita ketemuan aja di parkiran ya".
Hao tidak menjawab tapi Hanbin merasakan anggukan dari Hao dipundaknya.
Setidaknya saat ini mereka sedang membuka hati masing-masing dan mencoba untuk saling mengerti perasaan masing-masing
KAMU SEDANG MEMBACA
Popular Boy (BinHao) End
FanfictionZhang Hao, seorang pemuda yang selama ini tinggal di Panti Asuhan yang hidupnya biasa saja. Dia mendapatkan beasiswa yang sangat berarti bagi dirinya karena susah payah dia dapatkan. Yang secara tidak sengaja bertemu dengan seorang Pemuda yang mengu...