27

1K 135 5
                                    

Ketiga pemuda manis, Hao, Woongki dan Seowon masih berada di ruang kesehatan. Setelah Hanbin bersama Mingyu dan Seunghwan keluar tadi mereka belum ada yang mengeluarkan suara.

Mereka semua sama-sama menundukkan wajahnya karena tak tau harus mengatakan apa.

"Maaf Hao". Lirih Seowon.

Hao mendongak ke arah Seowon yang menundukkan dalam wajahnya.

"Maafin Dayeon".

Hao hanya diam memperhatikan Seowon, Hao tidak ingin menyela atau memotong Seowon saat dirinya berbicara.

"Dayeon. Dia sebenernya orang baik".

Woongki yang memang berada di sana sedikit tidak menyukai fakta baiknya Dayeon.

"Baik apaan si Won. Orang dia yang udah bikin Hao begini".

"Ki, diem dulu. Biar Seowon ngomong dulu".

Woongki duduk malah di kursi yang ada di ruangan kesehatan itu.

"Lanjutin Won".

Seowon menghela nafas panjang. Menatap lamat Zhang Hao.

"Lo mau denger cerita gue Hao".

Dengan mantap Hao mengangguk mempersilahkan Seowon bercerita.

Flashback

Seowon yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah atas ditahun pertama itu sedang berkutat dengan tugasnya.

Karena tahun pertama ini dirinya juga berkesempatan mengikuti kegiatan OSIS.

Seowon yang sedang mengerjakan tugas OSIS itu terlihat fokus dengan laptopnya.

Ketukan pada pintu kamarnya membuat dirinya mengalihkan pandangan ke arah pintu.

Disana berdiri sang Mama dengan senyum yang terpatri di wajah cantiknya.

"Mama masuk ya?".

Seowon memberi gestur mempersilahkan Mama untuk masuk ke dalam.

Mamanya hanya duduk di ranjang milik Seowon sambil memperhatikan gerak gerik Sewon.

"Mama mau ngomong apa sama Seowon?".

"Seowon duduk sini nak".

Mama menepuk space disampingnya agar di isi sang Anak. Seowon langsung duduk di sana sambil memeluk Mama.

"Seowon Mama mau ijin ya sama kamu".

Seowon mendongkak melihat Mamanya. Seolah bertanya ijin untuk apa.

"Mama mau menikah lagi. Apa kamu keberatan?".

Seowon melepaskan pelukan dari Mamanya. Seowon menatap lamat Mamanya terlihat guratan lelah, tapi juga sedih di sana.

Mama mengambil tangan Seowon untuk di genggam.

"Mama tau ini sangat mengejutkan dan tidak terduga. Tapi Mama hanya merasa bahwa kamu masih butuh figur Papa di hidup kamu".

Mama mengulas senyum manis di sana membuat hati Seowon terenyuh. Mamanya pasti lelah karena melakukan segalanya sendirian.

Seowon mencoba memahami Mama karena sudah 7 tahun sejak Papa meninggalkan dirinya dan Mama.

"Mama".

"Iya sayang?".

"Mama boleh kok melakukan apapun yang membuat Mama bahagia. Dan Seowon akan menghormati apapun pilihan Mama. Kalau Mama bahagia Seowon juga bahagia kok Ma".

Mama memeluk tubuh Seowon, mengucapkan terimakasih kepada Seowon.

Singkatnya Seowon sudah menemui calon Papanya. Dan calon Papanya ini juga memiliki anak seumuran dengannya.

Cantik kata pertama yang ada dipikiran Seowon. Perempuan itu juga memiliki sifat yang baik dan sangat perhatian.

Mereka cepat akrab, bahkan sebelum kedua orang tua mereka menjadi pasangan suami istri.

Keakraban Seowon dengan Dayeon tiba-tiba merenggang dan Dayeon seperti berubah.

Entah karena apa Seowonpun tidak mengetahuinya. Dayeon tiba-tiba saja terlihat membenci dirinya dan menjadi anak yang tidak patuh.

Dayeon juga berubah menjadi sombong, keras kepala, suka memberontak. Berbeda dengan Dayeon yang Seowon kenal dulu.

Flashback end

"Dan sikap Dayeon berubah sampai sekarang. Gue gak tau apa yang nyebabin dia gini".

"Bahkan Mama dan Papa juga udah jengah sama sikap Dayeon yang selalu kelewatan".

"Sekarang bahkan Dayeon udah gak tinggal di rumah lagi. Gue sesekali ngehubungin dia meskipun responnya gak baik".

"Orang tua gue juga gak lepas tangan gitu aja, mereka merhatiin Dayeon dari jauh dan tetep kasih duit sama Dayeon".

Hao bersama Woongki mendengar jelas cerita dari Seowon. Mereka sedikit paham tapi masih tidak mengetahui kenapa Dayeon bisa sebegitunya menginginkan keinginannya terwujud.

Woongki menepuk punggung Seowon dan tersenyum. "Sorry tadi gue gak dengerin lo dan langsung ngomong gitu ke lo Won".

"Gakpapa Ki, wajar kok. Orang sekitar gue yang tau Dayeon sodara gue juga pada begitu. Mereka emang belum kenal aja sama Dayeon".

Hao mengangguk membenarkan. Dirinya juga belum kenal betul dengan Dayeon, dirinya juga belum mengetahui maksud dari Dayeon yang berlaku seperti itu.

"It's Okay Won. Gue gakpapa kok".

"Lagi dan lagi gue minta maaf ke lo ya Hao. Lo banyak dirugiin sama Dayeon. Gue bakal coba ngobrol sama dia".

Hao tersenyum. "Lebih baik lo ngobrol bareng dia as brother and sister aja. Perbaiki hubungan kalian dan kesalahpahaman antara kalian".

"Masalah gue sama Dayeon biar gue sama dia nanti yang selesaiin".

Seowon menatap Hao dirinya ingin menangis saja. Hao ini bukan baik tapi memang sangat baik berhati malaikat.

Tanpa kata Seowon memeluk erat Hao. "Gue gak bisa ngomong apa-apa lagi Hao. Makasih dan maaf ya Hao".

Hao mengelus lembut punggung Seowon. "Udah ah Won maaf mulu. Gue gakpapa udah".

"Gue juga mau ikutan peluk". Woongki menubrukkan tubuhnya ke arah Hao dan Seowon.

Mereka bertiga berpelukan erat di ruang kesehatan itu. Menyalurkan rasa bahagia memiliki satu sama lain sebagai teman dekat.

Mereka mulai melepaskan pelukan dan tertawa bersama. Baru kali ini mereka berpelukan seperti ini.

"Udah jam segini nih. Kelasnya bentar lagi di mulai yuk ke kelas".

"Yaelah Hao. Kita belum jadi makan nih. Bolos aja dah sekali ini".

Hao melotot galak. "Gak ada ya Ki bolos. Bisa di cabut beasiswa gue".

"Aelah Hao. Minimal beli apa kek buat ganjel. Perut gue lapee banget nih kalo gue pingsan lo tanggung jawab ye".

Hao menggulir mata malas, Woongki dan setiap dramanya memang melelahkan.

"Yaudah lo bareng gue beli cemilan dulu ayo. Biar Hao ke kelas duluan".

"Ide bagus Won. Emang lo temen gue, Hao mah cuman budak kampus".

Hao rasanya ingin memukul Woongki jika saja Hanbin dan kedua temannya tidak masuk ke dalam.

Popular Boy (BinHao) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang