Hari ini dengan berat Hao melangkahkan kakinya menuju kampus. Entahlah perasaan Hao tidak enak saat ini. Dirinya merasa was-was sekarang.
Hao merasa akan ada kejadian yang akan menimpanya. Pikiran Hao berkecamuk memikirkan berbagai hal yang mungkin akan terjadi.
Hao merasa akan ada kejadian lainnya yang akan menimpa dirinya dan penyebabnya Dayeon, dirinya pasti akan hal itu.
Tapi Hao berusaha abai pada perasaannya. Dia ingin menjalani hari ini dengan perasaan senang.
Hao berharap hari ini terbebas dari hal yang dia cemasi.
Jadi Hao berusaha berjalan dengan tenang menuju kelasnya pagi ini. Dia ada kelas dari pagi hingga sore hari untuk sekarang.
Sampai di kelas dirinya sudah menemui Woongki yang duduk tenang di kursinya. Saat dirinya datang Woongki langsung menyapanya dan menyuruhnya untuk duduk disampingnya.
"Hoi Hao. Sini duduk sini".
Hao mendudukan pantatnya di kursi sebelah Woongki.
"Tumben Ki lo udah di kelas pagi gini".
Woongki menjembikkan bibirnya. "Gue nganterin Mama tadi. Jadi gue langsung ke kampus sekalian".
Hao hanya mangut-mangut sambil mengeluarkan buku-bukunya.
"Oiya Hao. Habis kelas ntar makan dimana lo?".
Hao mengendikkan bahunya sebagai jawaban. "Gue gak bawa bekel. Ibu tadi pergi subuh-subuh. Gue masak gak banyak tadi jadi gue gak mbekel".
Woongki mengangguk. "Yaudah ntar bareng-bareng aja ke kantin".
Hao setuju-setuju saja dengan Woongki. Setidaknya dia nanti tidak sendirian.
"What's up bit*h".
Suara menggelegar masuk ke telinga Hao dan Woongki keduanya memutar bola mata malas melihat sosok yang datang dengan wajah tak berdosa.
Beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sudah datang ikut melihat arah pintu.
"Bisa gak sih lo normal dikit Won".
"Lah masalahnya apa sih".
Hao menghela nafas panjang, pertikaian tanda sayang Woongki dan Seowon akan dimulai. Siap-siap telinga Hao akan panas mendengar adu mulut keduanya.
Untung saja tak berlangsung lama karena dosen mereka akhirnya datang setelah 5 menit sejak pertikaian Woongki dan Seowon dimulai.
Kelas berjalan dengan hikmat dan tenang, mungkin faktor dosen yang galak juga makanya mahasiswanya memilih menutup mulut daripada di tendang keluar dosen mereka.
Dosen mereka tak hanya galak tapi juga suka memperpanjang jam kelas alias mulur. Yang berakhir tak ada yang berani menegur bisa-bisa nilai C keluar di KHS mereka diakhir semester nanti.
Jadi selama 20 menit waktu yang berlalu lebih panjang dari waktu seharusnya mereka masih di dalam kelas mendengarkan penjelasan dosen mereka.
"Anjir emang Prof Hui. Suka banget molor jam kelasnya".
Keluh Woongki saat membereskan barang-barangnya.
"Untung kelas lagi ntar siangan. Kita masih bisa makan habis ini".
Anggukan dari Woongki menyetujui pendapat Seowon.
"Gila aja sih kalau kagak makan. Bisa pingsan kayaknya gue".
Hm mungkin itu terlalu lebay, ya memang Woongki selalu berlebihan sih. Makanya Hao sampai terkekeh pelan.
"Gak sampe pingsan kalik Ki".
"Heh Hao. Lo kira gue udah makan nih".
Hao mengendikan bahunya, pasalnya dirinya tak tahu Woongki sudah makan atau belum.
"Gue belum makan anjir dari kemarin sore".
"Ngapain lo gak makan? Mau sok-sokan diet?".
Geplakan di terima Seowon dari Woongki. "Kagak anjim. Di rumah gue lagi hetic banget. Saudara gue dateng jadi Mama gue ribet banget".
Hao dan Seowon hanya mengangguk paham.
"Yaudah ayo sekarang kantin. Keburu makanannya abis".
Ketiga pemuda manis itu membereskan barang mereka dan berjalan menuju kantin Fakultas mereka.
Mereka duduk di meja kosong yang ada di kantin.
"Lo mau pesen apa Hao? Gue pesenin".
Woongki dengan suka rela hari ini memesankan makanan untuk mereka.
"Gue nasi goreng aja Ki. Sama minumnya air putih aja".
"Okei lo tunggu sini ya gue pesenin".
"Lo kok gak nanyain gue sih".
Woongki menatap Seowon terlihat tak peduli. "Urusan lo".
"Yak. Woongki tunggu gue. Bentar ya Hao".
Woongki emang suka rese kalau sama Seowon. Mereka seperti orang bermusuhan ketimbang berteman. Hao hanya menggeleng melihat tingkah kedua temnnya itu.
Sementara menunggu Woongki dan Seowon. Hao memainkan ponselnya, siapa tau ada hal penting yang dirinya dapat.
Namun ketenangan yang Hao rasakan tidak berlangsung lama ketika Dayeon dan kedua temannya datang.
"Halo Hao. Ketemu lagi kita".
Hao menghela nafas panjang, rasanya malas sekali menanggapi Dayeon.
Karena sebal dengan respon Hao yang seperti tidak peduli dengan kehadirannya. Dayeonpun menarik paksa ponsel Hao yang sedang Hao genggam.
Dengan terpaksa Hao menatap Dayeon dengan tatapan datar.
"Kembaliin Hp gue".
Dayeon tersenyum remeh. "Kalau lo mau ambil sendiri".
Dengan tiba-tiba Dayeon melempar ponsel Hao ke arah Hikaru yang berada di sudut lain posisi Hao.
Hao berjalan menuju Hikaru untuk mengambil ponselnya tetapi dirinya tersandung kaki Yujin yang sengaja bertengker di sana.
Bruk!
"Aww". Hao meringis karena benturan pada lututnya yang cukup keras.
Karena suara ribut yang ada beberapa orang berkumpul mengitari Hao yang tengah bersama Dayeon dan kedua temannya.
Dayeon tertawa dengan kerasnya. "Aduh Hao. Kasian banget sih lo".
Hao berdiri dengan tertatih. Lututnya benar-benar nyeri saat ini.
"Mau lo apa lagi sih Yeon".
Hao dengan malas menanggapi Dayeon yang tak bosan menganggunya.
Dayeon hanya mengendikan bahunya lalu diduk di atas meja yang ditempati Hao tadi.
"Entah, gue suka aja liat lo kayak gini".
Hao menghela nafas.
"Mana temen lo yang suka mbelain lo?".
Hao tidak menanggapi Dayeon dirinya memilik duduk membelakangi Dayeon di meja lainnya.
"Mereka udah gak mau temenan sama lo?".
"Oh atau mereka malu ya sama lo".
"Kalau gue jadi mereka gue juga gak mau temenan sama lo".
Mereka semua yang berkumpul di sana tertawa renyah. Menganggap apa yang dikatakan Dayeon lucu padahal tidak sama sekali.
"Heh kalau di ajak ngomong tu jawab".
Dengan sengaja Dayeon menarik rambut Hao. Cukup kuat hingga Hao meringis.
Hao menatap tajam Dayeon. "Mau gue colok mata lo". Dayeon mengangkat tangannya.
"Mata lo duluan yang gue colok anjing".
Tiap part lanjutan aku buat dadakan kek tahu bulat. Dan sedatengnya ide hehe. Kalau gak nyambung atau kurang sorry banget yaa
Thankyou yang udah nungguin dan support aku❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Popular Boy (BinHao) End
FanfictionZhang Hao, seorang pemuda yang selama ini tinggal di Panti Asuhan yang hidupnya biasa saja. Dia mendapatkan beasiswa yang sangat berarti bagi dirinya karena susah payah dia dapatkan. Yang secara tidak sengaja bertemu dengan seorang Pemuda yang mengu...