Yujin berbaring dikasurnya, menatap kosong langit-langit kamarnya. Masih terasa panas sisi pipinya yang mulai memerah legam.
Masih terdengar juga teriakan dari bawah sana, namun setelahnya tak ada lagi suara. Yujin pikir Papanya dan Aya.. ralat bukan lagi Ayahnya.
Jadi akan Yujin panggil dengan sebutan 'orang itu'. Yujin merasa kasihan pada Papanya. Rasanya ingin Yujin ajak saja Papanya untuk pergi jauh dari orang itu.
Yujin tanpa sadar menitihkan air matanya, pipinya terasa ngilu sekali.
Air matanya semakin berlomba-lomba untuk keluar dari pelupuk matanya. Yujin tak menghapus air mata itu juga tak menahan tangisnya.
Yujin mengeluarkan semuanya, sakit hatinya, kekecewaannya, kemarahannya, keputusasaannya, kesedihannya, kemalangannya dan banyak hal. Yujin keluarkan dalam bentuk tangisan berharap dirinya lega nantinya.
Tak lama saat dirinya masih meratapi diri, suara ketukan lembut menyadarkannya.
Tok tok tok!
"Sayang. Yujin".
Hao khawatir karena tak ada sautan dari Yujin. "Sayang ini Papa nak. Buka pintunya sayang".
Masih tak ada jawaban ataupun suara pintu untuk di buka.
"Yujin nak. Papa di sini sayang. Papa sama Yujin di sini. Buka pintunya ya sayang bicara sama Papa".
Tak lama pintu di buka, menampilkan wajah Yujin yang sembab dan merah pada pipinya. Hao merasa sakit pada dadanya.
Hao membawa dirinya masuk ke dalam kamarnya dan menuntun anaknya duduk di kasur anaknya.
Hao mengelus lembut pipi bekas tamparan Hanbin yang masih membekas pada wajah Yujin.
"Sakit nak?".
Yujin menggeleng namun air matanya tak dapat berbohong.
"Maafin Ayah ya sayang. Ayah gak niat berbuat seperti itu tadi".
Yujin menatap tajam Papanya. "Gak niat tapi sengajakan Pa".
Hao menggeleng. "Ayah sayang kok sama Yujin".
"Ck, sayang apanya Pa. Jelas-jelas tadi dia bilang dan nyuruh aku pergi kan dari sini".
Hao menggeleng keras mengelus lembut wajah Yujin. "Gak sayang, percaya sama Papa ya. Ayah itu sayang sekali sama Yujin".
"Bohong". Gumam Yujin kecil.
Hao merasa gagal untuk segalanya. Dirinya merasa gagal menjadi istri yang baik, Papa yang baik dan menjadi sandaran yang baik.
Hao merasa dirinya sudah tak berguna lagi dan tidak ada artinya lagi untuk Hanbin. Hao merasa Hanbinnya telah hilang dan berganti dengan orang lain.
Hao menatap anaknya, satu-satunya cintanya buah hatinya. Mengelus surai Yujin yang nampak sudah panjang membuat wajah Yujin menjadi lebih manis lagi.
Namun merah pada pipi Yujin membuat hati Hao sakit, dirinya tidak dapat mencegah kejadian yang begitu cepat dihadapannya. Dirinya juga tak berdaya untuk sekedar membalas apa yang dilakukan Hanbin pada anaknya.
"Yujin sayang".
Yujin hanya membalas dengan deheman semata. "Liat Papa sini nak".
Dengan malas Yujin menatap Papanya. Dapat dia lihat wajah lelah Papanya, terdapat gurat sedih dalam mata Papanya.
Yujin merasa bersalah pada Papanya, Papanya pasti menanggungg banyak sekali beban di pundaknya.
Yujin tak dapat membayangkan betapa sakit dan hancurnya Papanya selama ini dengan sikap kasar Ayahnya yang tiba-tiba ada.
Yujin pastikan setelah ini tak ada lagi yang dapat menyakiti Papanya bahkan orang itu tak akan Yujin perbolehkan untuk menyakiti dan mendekati Papanya.
Yujin akan melindungi Papanya dari orang-orang jahat termasuk orang yang selama ini hidup bersamanya dan berstatus Ayahnya.
"Maafin Papa ya sayang. Semua salah Papa".
Yujin menolak permohonan maaf Papanya dengan gelengan keras. "Papa gak perlu minta maaf. Si brengsek itu yang harusnya minta maaf ke Papa".
"Sayang. Yang sopan dong bahasanya".
Yujin mendengkus kesal. "Capek banget Yujin sama tu orang Pa. Papa jangan baik-baik sama dia Pa. Nanti Papa di injek-injek terus sama dia".
Hao tersenyum mengelus lembut tangan anaknya. "Jadi orang baik itu bukan hal yang buruk loh Yujin. Kamu harus tetap menjadi orang baik meskipun kamu di injek-injek bahkan diremehin".
Yujin tak habis pikir dengan Papanya ini. Orang sebaik Papa seperti ini orang itu abaikan begitu saja.
Awas saja jika orang itu nantinya memohon maaf pada Papanya. Tidak akan Yujin biarkan Papanya memaafkan pria itu.
"Papa pantes dapatin yang lebih baik lagi daripada orang itu".
Hao tersenyum hangat. "papa udah dapet kok, dan itu Ayah kamu Yujin".
"Ck, Papa ini bisa gak sih jangan baik ke dia Pa. Yujin tau kok pasti Papa sakit hati banget sama dia. Yujin juga tau kok tiap malem pasti Papa nangisin tu orang".
Hao masih menampilkan senyumnya, memang benar kok tiap malam dirinya akan menangis di dalam kamarnya. Memang benar juga dirinya sudah amat sakit hati pada Hanbinnya.
Hao mengetahui jelas kok alasan Hanbinnya seperti ini. Alasan akhir-akhir ini perubahan sikap Hanbin dan kebiasaan suaminya itu.
Hao tau betul semuanya, namun dirinya tutup rapat bahkan Ibu Yoona, Papa Donghae dan Mama Tiffany tak mengetahuinya sama sekali.
Pernah beberapa kali ada topik yang menyenggol perihal dimana Hanbin, mengapa tak pernah kelihatan, dan sebagainya. Tapi pertanyaan itu selalu Hao alihkan tak ingin orang tuanya mengetahui masalah dalam rumah tangganya.
Hao ingin mempertahankan pernikahannya bersama Hanbin. Dirinya ingin membuat utuh kembali keluarganya. Meskipun dirinya harus berkorban dengan menahan sakit hati yang teramat dalam.
Demi Yujin, demi keluarganya Hao mampu menahan semuanya. Hao pasti bisa mengembalikan keluarganya seperti dahulu.
Baca dongggg
Sebenernya mau up kemarin sekalian cuman gak jadi ehehe
Ini yah kelanjutannya, pengen di buat pisah tapi kasihan Yujin.
Ya liat nanti deh moodnya kemana hahaRequest dong aku mau bikin book baru nih tapi mau aku draft dulu aja.
Mau cerita tentang ship siapa nih aku bingung kadang binhao mulu agak bosen ya wak
Yodah gtu aja sich
Bhy
KAMU SEDANG MEMBACA
Popular Boy (BinHao) End
FanficZhang Hao, seorang pemuda yang selama ini tinggal di Panti Asuhan yang hidupnya biasa saja. Dia mendapatkan beasiswa yang sangat berarti bagi dirinya karena susah payah dia dapatkan. Yang secara tidak sengaja bertemu dengan seorang Pemuda yang mengu...