What if: Kembali

575 48 25
                                    

Hao menepati perkataannya yang dirinya katakan kepada Yujin. Dia kembali kepada Hanbinnya bersama Yujin.

Jujur perasaannya menguar begitu saja, rasa rindu mendominasi dirinya. Hao ingin tau bagaimana keadaan Hanbinya, apakah dirinya baik-baik saja, apakah dirinya bisa melewati semuanya, apakah Hanbinnya juga merindukan dirinya dan anaknya.

Hao menebak-nebak akan bagaimana Hanbin, akankah wajahnya berseri melihat Hao dan Yujin. Hao tidak bisa memungkiri bahwa dirinya juga merasa resah.

Bagaimana jika Hanbinnya telah melupakannya dan Yujin, bagaimana jika Hanbinnya benar-benar bersama yang lain, atau bagaimana jika ternyata semuanya sia-sia dan Hanbinnya melakukan hal yang tidak dia inginkan.

Hao mengeratkan genggaman tangannya pada setir mobilnya. Jantungnya teramat berdetak dengan kencang seakan ingin lepas dari tempatnya.

Gelisah, kata yang tepat untuk Hao saat ini. Seharusnya dirinya merasa senang akan bertemu Hanbinnya. Banyak kemungkinan juga dirinya rasakan.

Namun dirinya tak mau lagi menerka-nerka apa yang akan terjadi dihadapannya nanti. Dirinya ingin dan berharap semuanya akan baik-baik saja dan dirinya bisa kembali bersama dengan Hanbin dan Yujin.

Mobilnya memasuki kawasan perumahannya, lingkungan yang tak terasa asing baginya dan sang Anak. Hao merindukan suasana dan lingkungan tempatnya tinggal bersama keluarga kecilnya.

Mobil dia bawa menuju rumah yang amat dirinya rindukan. Tempatnya melepas penat seusai berkegiatan dan tempatnya berkumpul bersama.

Kini mobil Hao telah terparkir rapi di Carport rumahnya. Rumahnya tampak sedikit asing untuk Hao dan Yujin.

Halaman depan nampak banyak dedaunan yang lama tak dibersihkan. Hao diam sejenak, pikirannya mulai bercabang entah memikirkan apa saja.

Suara Yujin yang memanggilnya berkali-kali juga tak digubris Hao. Dirinya malah diam mematung dan bergelut dengan pikirannya.

"PAPA!". Akhirnya teriakan Yujin dan sedikit gunjangan pada tubuh Hao menyadarkan Hao dari pikirannya.

"Papa okay?". Yujin memperhatikan wajah dan tubuh Hao.

Hao mengangguk menjawab pertanyaan anaknya. "Papa".

Kini Hao berdehem untuk menjawab kembali panggilan Yujin. "Kalau Papa belum siap atau belum mau ketemu Ayah Yujin okay kok Pa".

Senyum hadir di wajah Yujin, senyum itu mengingatkan Hao pada senyum yang sama persis seperti milik Hanbin.

Hao menjernihkan pikirannya dan menghela nafas panjang dengan senyum yang Hao hadirkan dirinya menjawab.

"Papa okay kok sayang. Yuk kita masuk, Ayah pasti rindu Yujin".

Hao menggandeng Yujin dan berjalan beriringan menuju pintu utama rumah mereka. Tanpa mengetuk pintu dan nampaknya juga pintu tak terkunci Hao dan Yujin akhirnya masuk ke kediaman itu.

Saat pertama memasuki rumah yang sudah lama tak Hao dan Yujin kunjungi satu kata yang dapat menggambarkan keadaan rumah itu, dingin.

Entah kenapa, Hao merasa bawah tak ada kehangatan yang hadir di rumah ini. Semua terasa begitu menyedihkan dan dingin.

Hao melihat sekelilingnya kediamannya, semua masih sama. Sama persis ketika dirinya dan sang Anak meninggalkan kediamannya saat itu.

Semua terasa sama untuk Hao, dirinya juga masih bisa melihat foto besar dengan bingkai cantik berada tepat di tengah ruang keluarga kediaman itu.

Foto yang berisi Hanbin, Hao dan Yujin didalamnya penuh dengan senyum cerah dan terpancar kebahagiaan di foto itu.

Membuat Hao tersenyum kecil melihat foto yang sengaja dirinya pajangkan di tengah sana agar dirinya dapat menghilangkan penatnya dan mengingat selalu keluarga bahagianya. 

Popular Boy (BinHao) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang