What If: Yujin Rindu

1K 112 16
                                    

Di sore hari yang indah Yujin duduk bersila pada sebuah ayunan menatap lahan luas di hadapannya. Jujur dirinya suka dengan suasana baru tempatnya tinggal.

Bersama sang Papa menikmati tempat yang indah dan segar jauh dari hiruk piruk kota dan suara berisik kendaraan.

Entah sudah berapa lama dirinya bersama sang Papa di sini. Namun dengan pasti Yujin dapat menebak sudah hampir tiga bulan mereka di sini.

Bagaimana dengan sekolah Yujin, dirinya mengambil home schooling sementara. Ini keinginannya, daripada berpindah-pindah sekolah dan beradaptasi kembali.

Lebih baik Yujin memilih untuk home schooling dahulu, sebelum kembali ke kehidupannya semula.

Jujur Yujin amat merindukan Ayahnya. Bocah yang masih menuju remaja itu tidak bisa langsung melupakan masa bersama sang Ayah.

Ayahnya tetap Ayah terbaik untuk Yujin selama ini. Ayah Hanbin selalu bisa menjadi andalan untuk Yujin di kala Yujin mengalami kesulitan dan kesesatan jalan.

Ayah Hanbin selalu menuntun Yujin, mengajari Yujin, memberikan yang terbaik untuk Yujin.

Yujin tau Ayahnya amat menyayanginya. Yujin tau jika Ayahnya pasti akan tak baik saja saat tidak ada dirinya ataupun Papanya.

Ayah bisa di bilang sudah terlalu bergantung pada mereka. Di setiap keseharian Ayah, pasti Ayah akan mengingat Yujin ataupun Papa.

"Yujin rindu Ayah". Bisik Yujin.

Air mata dari pelupuk Yujin dapat terlihat. Matanya memerah, dirinya menahan tangisnya untuk tidak tumpah semakin banyak.

Papa menjelaskan segalanya pada Yujin. Yujin mencoba memahami Ayahnya, namun memang Ayahnya bergerak terlalu berlebihan.

Dan malah membuat keluarganya sendiri menjadi runyam. Yujin meskipun masih tumbuh menjadi remaja, dirinya memiliki sifat dewasa yang Papa turunkan.

Yujin memahami Ayahnya dan mulai melunak atas sikap Ayahnya selama ini. Meskipun tak membenarkan perilaku yang Ayahnya lakukan selama ini.

Namun Yujin dapat mengerti, Ayah mencoba melindungi keluarganya meskipun salah dalam bertindak.

Yujin penasaran dengan keadaan Ayah sekarang. Apakah Ayah makan dengan baik. Apakah Ayah tidur dengan baik. Apakah Ayah bisa melakukan kegiatannya dengan baik.

Yujin selalu memikirkan Ayahnya setelah semua yang terjadi. Meski memang sakit hatinya mengingat kejadian yang tak mengenakan hatinya dan Papa.

Namun Ayah tetaplah Ayah Yujin, Ayah akan selalu menjadi Ayahnya. Ayah akan selalu menjadi super heronya. Ayah akan selalu menjadi Ayah yang Yujin idolakan.

"Yujin mau ketemu Ayah".

Pecah sudah tangis Yujin, meskipun suara tak terdengar. Namun dapat dirasakan betapa hati Yujin amat sesak dan sakit menahan perasaannya saat ini.

"Maafin Yujin Ayah".

"Yujin sayang Ayah".

Gumaman Yujin runtut selalu terdengar.

"Yujin rindu Ayah".

"Ayah baik-baik ajakan. Yujin baik-baik aja Ayah".

Tubuh Yujin sudah bergetar hebat, tangisnya tak dapat dirinya bendung lagi.

Papa Hao melihat semuanya di jendela dari arah dapur yang tercetak jelas Yujin di sana.

Hao dapat merasakan apa yang Yujin rasakan. Meskipun dirinya bukan seorang yang mengandung Yujin.

Namun ikatan batin yang telah ada selama merawat Yujin tidak dapat membohongi Hao.

Yujin amat terluka di sini, Hao tak bisa menahan segala gejolak yang muncul di dalam dirinya.

Hao merasa bersalah menahan terlalu lama Yujin di sini padahal Hanbin sudah menyelesaikan segala hal yang merugikan mereka.

Hanbin sudah menyelesaikan segalanya, Hao sudah tau itu namun tetap menahan diri di sini terlalu lama.

Hao tak menyangka bahwa anaknya juga merasakan sakit yang teramat. Dirinya merasa telah menahan Yujin menemui Ayahnya sendiri.

Hao tau Hanbin sangat menyayangi Yujin lebih dari apapun. Saat Hanbin ingin menjemput merekapun Hao menolak.

Hao masih membutuhkan waktu, dapat dikatakan bahwa Hao memiliki trauma dari rentetan kejadian yang dirinya alami.

Namun Hao tak ingin lagi menambah sakit hati anaknya. Hao akan segera kembali pada Hanbinnya serta menyakinkan dirinya untuk bersama Hanbin kembali.

Maka Hao berjalan mendekat pada anaknya, Yujin. Hao memeluk tubuh bergetar itu mengelusnya lembut.

"Papa hiks".

Hao merasa sakit pada dadanya, anaknya terlihat rapuh saat ini. Hao masih mengelus lembut punggung Yujin.

"Yujin rindu Ayah, Papa".

Dengan sesegukan Yujin mengatakan isi hatinya.

"Yujin mau ketemu Ayah, Papa".

Tangin yang menyesakkan masih ada dan masih Yujin tunjukkan.

"Yujin minta maaf Papa".

Hao menggelengkan kepalanya. "Ini bukan salah Yujin".

"Yujin sangat merindukan Ayah, Papa. Yujin mau ketemu Ayah. Yujin mau sama Ayah".

Sesak dada Hao mendengar Anaknya yang selalu dirinya sayangi menangis dengan sesak yang menumpuk.

"Maafin Papa ya sayang. Papa nahan Yujin terlalu lama sampai Yujin menahan semuanya".

Yujin masih menangis dalam pelukan bersama Papanya.

"Papa harusnya nemuin kamu sama Ayah. Maafin Papa ya sayang".

Hao masih mengelus punggung Yujin yang berangsur pula tangisnya mereda.

"Besuk kita ketemu Ayah ya sayang. Kita kembali ke Ayah".

"Yujin mau ketemu Ayah".

Hao melepaskan pelukan mereka, menatap lembut Yujin. Wajah basah serta memerah milik Yujin terasa menyesakkan untuk Hao.

Hao menghapus bekas air mata milik Yujin. Mengelus surai lembut milik sang Anak.

Rasanya bersalah sekali dirinya telah menahan Yujin terlalu lama selama ini.

Yujin teramat sangat merindukan Ayahnya, hingga terasa sangat menyesakkan melihat putranya seperti ini.

"Iya sayang. Kita kembali sama Ayah ya sayang. Kita rangkai kembali keluarga kita ya".

"Terimakasih Papa. Yujin sayang Papa".

Yujin memeluk erat tubuh mungil sang Papa. Mengucap banyak terimakasih pada Papanya yang selalu berjuang untuk kebahagiannya.

Hellowww gais.

Apakah kalian kangen cerita ini wkwk
Maaf ya baru up
Bentar lagi bakalan abis huhu sedih

Kapan-kapan deh bikin s2nya. Tapi gk tau kapan wahaha

So semoga suka ya sama part ini, maaf kalau gak sesuai ekspetasi kalian

Enjoy
Bubayyyy

Popular Boy (BinHao) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang