24

1K 151 39
                                    

Hao terduduk menunduk, kepalanya terasa berputar karena bau menyengat yang terus menerus menembus masuk ke dalam hidungnya.

"Hao! Lo gakpapakan?".

Kesadarannya masih ada sebelum suara yang memanggilnya membuatnya terjatuh pingsan.

Jay yang memang saat itu ingin ke toilet terheran setelah beberapa orang yang melewatinya berbicara sesuatu yang membuatnya mengrenyitkan alisnya.

"Gue ikut puas liat Hao tadi. Bisa-bisanya Dayeon nyiram Hao pake air campuran minyak ikan di toilet. Sumpah baunya gak enak banget cocok sama Hao".

"Haha, untung ada si Dayeon yang gak suka sama Hao jadi kita gak perlu ikut campur".

"Bener banget pasti tu Hao gak bakal deket-deket Hanbin lagi".

"Siapa yang berani coba sama si Dayeon".

"Yang penting bukan gue lah. Haha".

Jay dapat mendengar jelas apa yang dikatakan mereka. Dengan langkah tergesa dirinya memastikan apa yang dia dengar tadi tidaklah benar.

Tapi setelah sampai di toilet dirinya melihat Hao yang sudah duduk di lantai toilet dengan menunduk dan Jay langsung menghammpiri Hao yang sudah terkapar tak sadarkan diri di sana.

Tanpa berpikir panjang Jay menghubungi Kamden, kekasihnya untuk membantu dia membawa Hao. Bau menyengat air yang berada disekelilingnya membuat Jay pusing.

Bagaimana Hao yang tersiram dan harus menghirup aroma tak sedap itu.

"Hao, tahan bentar ya".

Tak lama dari itu Kamden datang bersama Jongwoo yang terlihat khawatir itu.

Tanpa bersuara Jongwoo mengangkat tubuh Hao yang suda lemas itu menuju ke ruang kesehatan kampus mereka.

Jay pergi mengambil baju ganti untuk Hao bersama Kamden, dan Jongwoo menemani Hao dengan membersihkan seluruh tubuh Hao yang masih terbalut baju kotor Hao.

Hao mencoba membuka matanya, meskipun hidungnya masih mencium bau tak sedap yang menyengat itu. Dirinya tetap berusaha membuka matanya dan di lihat Jongwoo yang berada disebelahnya.

Jongwoo yang sadar bahwa Hao bergerak dengan cepat mendudukkan Hao.

"Hao, lo gakpapakan?".

Hao hanya mengangguk lemas. Melihat itu Jongwoo menghela nafas lega.

"Syukur deh. Jay lagi ambil baju ganti buat lo. Lo mau apa? Mau minum".

Hao menggelengkan kepalanya, dirinya sangat pusing..

Jongwoo memegang tangan Hao dan mengelusnya lembut. "Siapa yang ngelakuin ini Hao?".

Hao tidak menjawab, dirinya tak sanggup untuk sekedar menjawab Jongwoo.

Suara pintu terbuka menampilkan Jay dan Kamden yang sedikit terenggah mendekat ke arah Hao.

Jay menatap temannya itu. "Hao ganti dulu yuk gue anterin".

Dengan bantuan Jay dan Jongwoo, Hao bergerak ke arah toilet di dalam ruang kesehatan dan mengganti pakaiannya.

"Makasih ya".

Mereka bertiga hanya mengangguk.

Jay mengelus lembut punggung Hao yang terlihat ingin menangis itu.

"Gakpapa Hao. Gue di sini kok".

Setelah itu tangis Hao pecah dan Jay memeluk tubuh kurus Hao.

Jay tau kok akhir-akhir ini Hao banyak memiliki masalah. Meskipun Jay tak tau detailnya tapi dirinya paham akan perasaan Hao.

Jadi Jay di sini ingin menenangkan temannya yang sudah dia anggap saudara itu.

Cukup lama tangis Hao, hingga mata sembab itu muncul di wajah Hao. Hao mengangkat wajahnya menghapus jejak air mata yang ada dipipinya.

Jongwoo yang tadiinya sedikit jauh dari Hao mendekat ke arah Hao.

"Gue anter pulang ya Hao".

Hao hanya mengangguk lemas menerima ajakan Jongwoo. Bersama dengan Jay dan Kamden yang ikut beranjak mereka berjalan menuju parkiran yang sudah sedikit sepi.

Karena hari juga sudah hampir gelap, Hao, Jay, Jongwoo dan Kamden beranjak pergi ke tujuan masing-masing.

Jongwoo sengaja membawa kendaraannya dengan perlahan. Membiarkan Hao menyelesaikan emosinya yang sepertinya belum habis.

Karena Jongwoo masih mendengar isakan dari Hao. Jongwoo juga dengan sengaja mengendarai kendaraannya tak tentu arah.

Agar Hao dapat menikmati angin yang menerpa dirinya juga menyelesaikan emosinya.

"Mau berhenti dulu Hao?".

Hao menggelengkan kepalanya.

"Atau mau makan?".

Lagi-lagi Hao menggelengkan kepalanya. "Kita pulang aja Woo".

"Okei".

Jongwoo melajukan motornya menuju arah rumah Hao. Mungkin Hao sudah menyelesaikan emosinya dan sudah siap kembali ke rumah.

Tak butuh waktu lama akhirnya Hao dan Jongwoo sampai ke tujuan mereka.

Hao dengan perlahat turun dari motor Jongwoo. Jongwoo melepaskan helm yang Hao pakai.

Jongwoo dapat melihat wajah lesu Hao. Melihat itu Jongwoo mengelus lembut pucuk kepala Hao.

"Lo jangan sedih lagi, gue gak suka liatnya".

Hao tersenyum tipis. "Thanks Woo".

"Dah lo masuk sana terus bersih-bersih badan lagi pake air hangat kalau bisa. Terus lo harus makan gue gak mau lo sakit".

Hao terkekeh. "Iya gue tau".

"Yaudah masuk. Dingin di luar gak baik buat lo".

Hao mengangguk. "Hati-hati ya Woo. Sekali lagi Thanks buat semuanya".

"Apapun buat lo Hao. Gue pamit ya".

"Hm". Hao melambaikan tangannya ke arah Jongwoo.

Jongwoopun melajukan motornya menjauh dari kediaman Hao. Hao memasuki rumahnya menyapa Ibu dan Adik-adiknya yang berada di ruang keluarga.

Setelah itu Hao berpamitan untuk masuk ke kamarnya agar dia bisa membersihkan lagi tubuhnya.

Hao segera masuk ke dalam kamar mandi setelah menyiapkan air hangat untuk dirinya sendiri sesuai perintah Jongwoo tadi.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Hao membaringkan tubuh kecilnya ke atas kasur miliknya.

Hao memejamkan matanya, dan dia terbayang kejadian tadi yang menimpa dirinya.

Menghela nafas panjang, Hao sepertinya sedang lelah. Pertahanan dirinya mulai runtuh saat ini. Dirinya menangis kembali, pikirannya berkecamu.

Banyak yang Hao pikirkan saat ini, dirinya merasa bingung dan bimbang. Terlebih dirinya tidak melihat atau berhubungan dengan Hanbin saat ini.

Entah Hanbin tau atau tidak, dirinya harap Hanbin tidak mengetahuinya. Biar Hao sendiri yang menyelesaikan masalah ini.

Hao tidak ingin Hanbin terlibat dengan masalah tidak jelas seperti ini.

Popular Boy (BinHao) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang