02

7.2K 950 902
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

550 vote - 500 komen for the next chapter •

- Selamat membaca -

Bohong kalau Kalea tidak sakit hati dengan ucapan pria itu. Namun apa boleh buat? Bagaimanapun juga pria itu adalah suaminya.

"Maaf, Theo. A-aku akan mencoba membuat yang baru," ucap Kalea, bangkit dari duduknya hendak membuatkan kopi baru untuk pria itu.

"Tidak usah." Langkah Kalea terhenti mendengarnya. "Kau mau membunuhku dua kali dengan meminum air kotoran itu? Cih. Lebih baik aku tidak minum selama dua hari dibandingkan minum kopi buatanmu itu. Menjijikan."

Kalea memejamkan matanya. Menelan saliva susah payah kala mendengar kalimat menyakitkan itu keluar dari mulut suaminya.

Gadis itu menoleh ke arah Altheo, menarik senyum tipis dengan kesabaran yang masih melimpah. "Kau akan bekerja kan? Aku sudah menyiapkan baju untukmu di atas kasur. Kau bisa langsung memakainya setelah selesai mandi," ucap Kalea mengalihkan perbincangan.

Altheo menatap datar gadis itu. Dan tanpa mengucapkan apapun lagi ia langsung beranjak dari sana, menaiki tangga menuju kamar utama.

Kalea menghela nafas panjang. Ini baru hari pertama. Namun rasanya berat sekali.

*****

Altheo keluar dari kamar mandi berbalut celana bahan dengan masih bertelanjang dada. Kepalanya yang masih basah ia gosok pelan dengan handuk, lalu berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya.

Tak lama Kalea memasuki kamar, ia membawa segelas susu dan dua potong roti untuk sarapan pria itu. Sebab sepertinya makanan buatannya tadi tak membuat pria itu tergugah. Jadilah ia membuat makanan baru— roti panggang yang mana kata Launa itu adalah makanan kesukaan Altheo saat masih remaja.

Kalea menunduk melihat Altheo yang masih bertelanjang dada. Ia meletakan nampan itu di atas meja dekat sofa, lalu bertutur pelan, "Ini sarapanmu. Makanlah."

Altheo melirik kilas dengan tatapan malas. Setelahnya pria itu kembali berfokus pada cermin. "Siapa yang mempersilahkanmu masuk ke kamarku?" Tanya pria itu.

Kalea akhirnya menaikan pandangan. "Maksudnya?"

Altheo melempar handuk basah itu ke kasur. Ia mengambil kemeja dari lemari dan langsung memakainya— tak berminat sama sekali mengenakan pakaian yang sudah disiapkan oleh gadis itu.

"Ini kamarku. Dan kau hanya pembantu di sini. Lancang sekali kau tidur di kamarku tadi malam." Altheo bertutur dingin, mengecam, membuat Kalea menelan saliva kesusahan.

"T-tapi kan aku istrimu," cicitnya.

Jemari Altheo terhenti sejenak kala mengaitkan kancing kemejanya yang terakhir. Ia tertawa pelan dibuatnya. Istri? Lucu sekali.

Pria itu memutar tubuhnya menghadap ke arah Kalea. Kakinya melangkah mendekati perempuan itu dengan tatapan dingin mematikan. Tenang, namun mampu membuat Kalea ketakutan.

Gadis itu meremas ujung bajunya. Ia bergerak mundur kala Altheo mulai mendekat ke arahnya. Namun pergerakannya harus terhenti kala punggungnya membentur tembok, hingga ia harus pasrah saat Altheo mengukungnya di sana.

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang