15

10.6K 1.1K 856
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

- Selamat membaca -

Fokus makan Altheo terpecah melihat gerak-gerik Kalea. Perempuan itu terlihat seperti ingin cepat-cepat beranjak dari meja makan. Berkali-kali perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu mengecek ponsel dan melirik ke arahnya, memastikan bahwa ia telah selesai menghabiskan sarapannya.

Altheo berusaha tak peduli, namun matanya terus saja melirik lagi dan lagi. Ia bertanya dalam hati, memangnya hendak kemana jalang itu? Tidak biasanya dia selalu bermain ponsel saat bersamanya.

"Taruh ponselmu. Tidak sopan." Altheo menegur.

"Ah? Maaf." Kalea langsung  meletakkan ponselnya di atas meja. "Theo, apa kau sudah selesai?" Tanya Kalea kesekian kali.

Altheo melirik tipis dengan tatapan cukup tajam. Berisik sekali perempuan itu?

"Kau mau aku mati karena makan terburu-buru heuh?" Sarkasnya, membuat Kalea menunduk pelan dan bergumam maaf. "Tugasmu hanya diam di situ. Apa susahnya?!"

Kalea menjilat bibirnya. Altheo marah lagi. Padahal ia sudah begitu hati-hati bertanya. "Maaf."

"Maaf maaf. Kau bisa apa selain maaf hah? Selingkuh?" Altheo tertawa kecut. Ia menggigit rotinya dan mengunyahnya tak santai. "Kalau mau selingkuh. Minimal harus cantik Kalea. Bukan dengan wajah buruk rupa mu itu."

Kalea menaikan pandangannya. Ia menatap wajah Altheo dengan dahi mengkerut bertanya-tanya. Kenapa jadi ke sana? Bukankah ia hanya bertanya Altheo sudah selesai sarapan atau belum?

"Ah sial! Kau membuatku kehilangan selera makan sialan!" Altheo melempar sisa rotinya ke sembarang arah dengan decakan kesal, yang mana hal itu membuat Kalea semakin diam kebingungan.

Pria itu bangkit dari meja makan, kontan Kalea langsung tersadar dan ikut berdiri mengikuti. "Theo aku—," Kalea diam tak melanjutkan kalimatnya saat mendapat tatapan tajam dari suaminya.

Altheo langsung beranjak keluar dan Kalea mengikutinya. Namun baru selangkah Kalea menyusul, ponselnya berdering mendapati panggilan masuk.

Urung menyusul Altheo. Kalea memilih meraih ponselnya dan mengangkat panggilan itu.

"Kalea kau dimana? Aku sudah sampai."

******

"Maaf aku terlambat." Kalea berjalan terburu, menghampiri seorang pria yang kini menoleh dan tersenyum ke arahnya.

"It's okay, Kalea. Terlambat memang kebiasaanmu bukan?" Ia terkekeh di akhir kalimatnya, bermaksud mencairkan suasana. "Minumlah. Aku sengaja pesankan untukmu."

Kalea mengangguk tanpa menyentuh segelas jus alpukat yang ditawarkan itu. "Terima kasih. Nanti aku minum."

"Kenapa tidak sekarang? Minuman favoritmu masih sama kan?"

"Bukan begitu, tapi aku belum haus. Nanti akan aku minum, Asher."

Ya. Pria itu Asher.
Pria yang sedari dulu Kalea berusaha menghindar, namun kini dia sendiri yang memintanya bertemu karena membutuhkan pertolongan.

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang