13

8.7K 1K 1.1K
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

- Selamat membaca -

Suapan Altheo terhenti sejenak. Ia terdiam mencermati kalimat Kalea barusan. Enam tahun yang lalu? Lelucon macam apa itu? Sedang dia baru mengenal Kalea saja saat perjodohan mereka kala itu.

"Cih, halu," celetuk Altheo ketus.

Sedang Kalea hanya bisa tersenyum saja. Sebab memory itu memang hanya dia yang punya. Jadi wajar jika Altheo tidak mempercayai ucapannya.

"Itu apa?"

"Ah?"

Dagu Altheo menunjuk sebuah paper bag yang berada di atas kursi sisi Kalea.

"Oh ini." Kalea mengambil paper bag tersebut dan meletakkannya di atas meja. "Ini madeleines. Ibu-ku yang membuatnya. Kau mau?"

Altheo menatap ke arah kue kering itu. Ibunya? Sejak kapan Ibu dari perempuan itu datang ke sini? Atau jangan-jangan—

"Mau tidak?"

Kalea menyodorkan kue itu ke arahnya, membuat Altheo kontan menggelengkan kepalanya. Sial, lancang sekali.

"Ini enak, ayo, cobalah."

Kalea menawarkan lagi, menyodorkan kian dekat kue itu ke arah Altheo. Dan tindakannya itu mendapat decakan kesal dari pria itu, dimana akhirnya ia kembali menarik tangannya dan memilih memasukan kue itu ke dalam mulutnya.

Dalam kunyahannya, Kalea membuka suara, "Ibuku orang Prancis dan Ayahku asli Belanda. Dan madeleines ini enak sekali, sebab dibuat langsung oleh tangan Ibu-ku yang berasal dari Prancis."

"Aku tidak bertanya," sahut Altheo, sibuk dengan makanannya.

Kalea tertawa kecil. Iya juga ya?

"Lalu, apakah kau ingin bertanya sesuatu? Tanyalah. Aku akan menjawabnya." Kalea membenarkan posisi, menghadap ke arah Altheo sepenuhnya. Menatap ke arah pria itu dengan senyum merekah yang ditampilkannya.

Sedang Altheo menaikan sebelah alisnya. Ia cukup lama, hingga akhirnya melontarkan satu pertanyaan pada Kalea. "Kapan kau akan menyerah?"

Senyum Kalea meluntur walau tak sepenuhnya. Ia masih berusaha tersenyum di sisa-sisa daya yang dimilikinya.

Melihat reaksi Kalea, Altheo tertawa. Pria itu melepaskan sendok di tangannya lalu bersedekap dada. "Ayo jawab. Tadi kau bilang, kau akan menjawab semuanya bukan, Kalea Severin?" Tantang Altheo.

Kalea meremas jemarinya dengan senyum tipis yang tersisa di bibirnya. "Tidak akan pernah," sahutnya.

Altheo memiringkan kepalanya, menjilat bibirnya. "Tidak akan pernah ya?" Pria itu menganggukan kepalanya. Entah apa yang ada dalam kepalanya, namun Kalea was-was dibuatnya.

"Kau sudah selesai makan? Aku bereskan ya?" Lari dari situasi ini adalah jalan terbaik, segera Kalea bangkit dan mengambil piring Altheo lalu membawanya ke wastafel.

Sesampainya di sana, ia menaruh piring itu lalu membuang nafas sebanyak-banyaknya. Pengap dadanya seakan udara disekitarnya habis tak tersisa. Matanya terpejam, lehernya bergerak seiring saliva yang ia telan.

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang