29

9.3K 1K 1.7K
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka

1k vote - 1,7k komen for the next chapter •

- Selamat membaca -

Kalea menata masakannya itu di atas meja makan. Menu sarapan kali ini tak terlalu banyak sebab ia pun sedang tak enak badan. Sepertinya dia masuk angin karena kejadian semalam.

"Nyonya, vitaminnya jangan lupa diminum loh," ucap Arumi mengingatkan.

Kalea tersenyum, ah iya. Dia hampir lupa meminum----obatnya itu.

"Terima kasih, Bi. Untung Bibi ingatkan, Kalea hampir saja lupa," sahutnya. Ia mengambil dua butir obat yang telah dipersiapkan sebelumnya, lalu menenggaknya dengan air. Setelah itu, Kalea mulai memakan sarapannya. Kali ini ia hanya memilih menikmati potongan buah yang tadi disiapkan oleh Arumi.

"Iya dong. Bibi selalu ingat. Apalagi semalam Nyonya tidak enak badan. Jadi harus minum vitamin biar vit kembali, " kekeh Arumi.

Kalea tersenyum menimpalinya.

Drttt. Drttt.

Kunyahan Kalea memelan, dia menoleh ke arah ponselnya di atas meja yang nampak bergetar mendapati panggilan. Sedikit mengernyit Kalea dibuatnya saat melihat nomor tak dikenal yang menelponnya.

"Kagan?" gumamnya menebak. Biasanya hanya anak itu yang sering berganti nomor telpon saat ia berpindah negara. Dan tanpa pikir panjang, Kalea pun menggeser panel hijau itu dan menempelkan ponselnya ke telinga.

"Selamat pagi, dengan Nyonya Kalea?"

Kalea menyerngit. Bukan, ini bukan suara adiknya.

"Iya, ini siapa?" sahut Kalea.

"Maaf mengganggu aktivitas anda, saya dari pihak rumah sakit ingin mengabarkan bahwa adik anda atas nama Kagan Hael ada di rumah sakit kami. Dan pasien ingin bicara dengan anda."

"Rumah sakit?" Kata itu membuat Kalea cemas dibuatnya. Dia spontan melepaskan garpu di tangan kanannya dan memegang ponsel itu dengan kedua tangannya. "Kagan kenapa? Kenapa bisa sampai masuk rumah sakit?" todongnya.

Terdapat jeda di sana, Kalea dapat mendengar suara perawat itu yang tengah mengalihkan ponselnya. Hingga akhirnya, suara Kagan terdengar dalam panggilan.

"Kak..." ucap anak itu.

"Kagan! Kenapa lagi ini, hah?!" sentak Kalea pelan, ia cemas juga marah pada adiknya yang nakal itu. "Waktu itu kau sudah berjanji untuk tidak berulah lagi kan?!"

"Maaf," cicit laki-laki itu. "Kagan sudah izin kok sama Ibu untuk pergi lagi. Kemarin Kagan penuhi janji untuk pulang. Ya... Walau hanya beberapa minggu," terangnya.

"Lalu sekarang kamu dimana? Kenapa bisa sampai masuk rumah sakit?" Kalea mencoba meredam emosinya menghadapi sang adik. Bagaimanapun juga ia tak tega memarahinya.

"Kagan kecelakaan kecil," sahut anak itu.

"Kecelaka--,"

"Tapi Kagan baik-baik saja sekarang. Kakak jangan khawatir, ya?" sela Kagan.

Kalea menghela nafas pelan. Dia memejamkan matanya sejenak dan membasahi bibirnya. "Syukurlah kalau begitu. Kamu hampir membuatku mati khawatir di sini," lirih Kalea.

Kagan tertawa pelan di sana. "Kau masih saja mengkhawatirkanku berlebihan seperti itu. Aku ini anak laki-laki, wajar jika nakal sedikit," ucap anak itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang