20

11.7K 1.1K 1.1K
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

900 vote - 1k komen for the next chapter

- Selamat membaca -

"Ayo kita mulai Kalea. Buktikan sekali lagi bahwa kau layak untuk aku cintai. Dan aku akan belajar mencintaimu."

Ada hening cukup lama saat Altheo mengutarakan   kalimatnya. Kalea dibuat terdiam seribu bahasa. Ia seperti tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut suaminya.

Hanya saja, kenapa baru sekarang? Saat kecewa sudah merenggut habis pertahanan dan kepercayaannya.

"Demi orang tuamu, demi orang tuaku." Altheo melanjutkan, lirih kalimatnya menatap Kalea dalam. Ada pinta yang tersemat, seakan pria itu memang memikirkan dua sisi dari keluarga yang bertaruh penuh atas pernikahan mereka.

Sedang Kalea masih diam mencari jawaban atas kejujuran Altheo terhadap tiap tutur yang dilontarkan. Kata yang diucap tiba-tiba ini tentu membuat Kalea kesulitan untuk percaya. Terlebih atas kejadian tiga hari lalu dimana rasa sakit itu begitu bengis mengiris habis perasaannya.

"Kau lelah? Mau aku siapkan air hangat?"

Begini lebih baik. Untuk saat ini Kalea sedang benar-benar lelah. Ia tidak punya tenaga jika harus membahas hal sejauh ini.

Hal yang seharusnya membahagiakannya, sebab kalimat Altheo seakan membuka pintu lebar-lebar dengan sebuah izin untuk dia bisa singgah sebagai penghuninya. Tapi, kemungkinan untuk kecewa kesekian kali juga besar, kan? Sebab rasanya tak mungkin jika Altheo berubah secepat ini.

Masih lekat dalam kepalanya saat dimana Altheo meneriakinya dan dengan tega menurunkannya di jalan hanya karena tak sudi mendengar nasehatnya. Pun, kejadian-kejadian lainnya yang berhasil meremas kuat-kuat jantungnya.

Jadi, demi kewarasannya, Kalea memilih untuk mengalihkan topik saja. Daripada harus terseret arus yang pria itu ciptakan hingga membuatnya jatuh pada pemberhentian terendah. Atau malangnya, dia bisa benar-benar kehilangan kewarasannya.

"Aku siapkan ya? Kau harus mandi dengan air hangat agar tidurmu nyenyak." Kalea berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Altheo. Namun sulit, pria itu menggenggam tangannya terlalu kuat. "Theo..."

"Kau tahu betul bahwa aku tidak suka mengulang perkataanku sebanyak dua kali kan, Kalea?" Tutur Altheo rendah, sarat akan ancaman. Tanda bahwa ia tak suka Kalea mengalihkan pembicaraan.

Altheo bangkit dari posisi, ia kini berdiri menyamai Kalea. Maju langkahnya dengan tangan yang masih  menggenggam satu tangan Kalea, dimana aksinya membuat Kalea mundur ke belakang dibuatnya.

"Theo.."

Altheo mengukung Kalea di pintu. Satu tangannya berada di samping kepala, sedang satunya lagi setia memegang tangan Kalea. Pria itu menatap Kalea dengan tatapan jelaga miliknya. Begitu dalam iris gelap itu menenggelamkannya, jauh, hingga Kalea  dibuat buta karenanya.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan, Kalea?" Tanya pria itu. "Dulu kau berusaha mati-matian untuk ini, kan? Lalu kenapa sekarang kau seakan tak mau saat aku memberimu izin untuk melakukan itu?"

Kalea diam, menggigit bibir bawahnya dalam. Sakit di dadanya kian terasa. Kalimat Altheo lagi-lagi menghantarkannya pada perjalanan penuh duka itu.

Kalea menggeleng pelan, ia tidak tahu. Dia bingung sekarang. Kalea hanya takut kecewa lagi.

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang