05

6.4K 924 949
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

550 vote - 600 komen for the next chapter •

- Selamat membaca -

Kalea berjalan menuju ruang kerja Altheo. Membawa segelas kopi hitam untuk suaminya. Dan saat membuka daun pintu itu, ia langsung disuguhkan pemandangan tak biasa.

Pria itu terlihat tersenyum dengan tawa kecil yang membuatnya terlihat begitu memesona. Hal itu berhasil membuat Kalea terdiam sejenak di depan pintu dan mengedip pelan menatap ke arahnya.

Hal apa yang membuat Altheo bisa tersenyum sumringah seperti itu? Padahal pria itu hanya sendirian di ruangan ini. Ia bahkan terlihat tak bisa menghentikan senyumnya dengan terus menatap ke arah lembaran berkas-berkas kantornya.

Apakah karena lembaran itu Altheo sesenang ini? Atau karena hal lain? Ah. Tidak. Tidak. Apapun itu, Kalea ikut senang. Setidaknya saat ini pria itu sedang dalam mood yang baik.

Kalea menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia berjalan mendekati suaminya itu dan meletakkan segelas kopi yang di bawanya di atas meja.

"Theo, ini kopinya," tuturnya sopan, terdengar begitu lembut dan memanjakan.

"Hm. Pergi sana," tutur Altheo tanpa menoleh ke arahnya. Namun dari ekor matanya, Altheo melihat gadis itu tak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Sial. Moodnya langsung buruk.

Mata Altheo memejam sejenak. Lalu setelahnya ia menoleh ke arah Kalea, tajam matanya menatap, sangat jauh berbeda dengan rona kebahagiaan yang tercipta di wajahnya beberapa waktu lalu.

"Kau tuli?" Desis Altheo pelan, namun mampu menikam Kalea.

"Maaf. Aku hanya ingin meminta izin untuk keluar rumah. Aku ingin mem—,"

"Pergi saja. Tidak usah kembali ke rumahku kalau bisa. Sebab gadis sepertimu hanya akan merepotkanku." Altheo menyela begitu ketus, lalu setelahnya ia kembali fokus pada pekerjaannya.

Kalea menarik senyumnya tipis. "Terima kasih. Aku akan pulang sebelum malam."

Altheo tak menanggapi. Ia sibuk mencoret-coret kertas itu merevisi bagian-bagian yang salah. Tak perduli sama sekali pada gadis itu. Mau pulang ataupun tidak, itu bukan urusannya.

Menganggap keterdiaman Altheo sebagai sebuah izin, akhirnya Kalea keluar dari sana. Setidaknya, ia telah mengikuti satu dari banyaknya nasehat dari bundanya— meminta izin pada suaminya atas apapun yang akan dilakukannya.

"Bi. Ada yang mau di titip nggak? Sekalian Kalea mau keluar soalnya," ucap Kalea saat berpapasan dengan Arumi di depan pintu.

"Tidak ada, Nyonya. Semua bahan makanan masih lengkap."

Kalea menganggukan kepalanya. "Oh, begitu ya? Okay. Aku pergi dulu ya, Bi." Kalea mengusap pundak Arumi singkat lalu beranjak dari sana.

"Hati-hati, Nyonya."

Arumi menatap kepergian majikannya dengan tatapan banyak makna. Dalam hati wanita paruh baya itu menaruh iba begitu banyak pada gadis baik hati itu.

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang