25

9K 1.1K 2.5K
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

1k vote - 1,5 komen for the next chapter

- Selamat membaca -

Altheo memutar bolpoinnya nampak berpikir. Dia terus teringat akan pesan yang dibacanya beberapa hari lalu di ponsel Kalea. Pesan dari seorang dokter bernama Julian.

Dia bertanya. Siapa yang sakit? Kalea kah? Tapi rasanya tak mungkin. Kalea terlihat sehat-sehat saja saat ini, bahkan beberapa hari lalu.

"Tuan." Frans menginterupsi lamunan Altheo membuat pria itu menaikkan pandangan ke arahnya.

"Saya sudah berhasil mendapatkan informasi tentang dokter bernama Julian itu." Frans menyodorkan tab ditangannya ke arah Altheo. Kontan langsung diterima oleh pria itu.

Altheo meneliti daftar riwayat hidup dokter tersebut. Dan fokusnya jatuh pada foto sang dokter. Dia men-zoom foto itu dengan alis mengkerut dalam. Dia seperti pernah melihat dokter ini. Tapi dimana ya?

"Dia salah satu dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Riverland, Tuan," kata Frans menjelaskan.

Altheo menaikkan pandangannya ke arah Frans dan bertanya. "Rumah Sakit Riverland?"

"Iya, Tuan. Dia termasuk dokter senior di sana."

Altheo mengedip pelan dan kembali melihat ke arah foto itu. Sejenak dia teliti, hingga akhirnya dia mengingatnya. Dokter ini adalah dokter yang sama, yang ia datangi beberapa minggu lalu untuk konsultasi mengenai keadaan jantungnya yang bermasalah sehabis melihat Kalea berpelukan dengan Asher waktu itu.

"Kau boleh pergi," ucap Altheo. Tak butuh Frans lagi.

"Baik, Tuan." Frans menunduk dan pamit undur diri.

"Untuk apa Kalea chek up dibagian penyakit dalam?" Gumam Altheo, dia menggigit ujung bolpoinnya berpikir dengan masih menatap tab itu.

"Apa Kalea juga kebingungan dengan perasaannya dan konsultasi dengan dokter itu?" Tanya Altheo lagi. Namun, dia menggeleng ragu. "Tapi aku tidak sampai chek up rutin, sekali pertemuan sudah cukup. Itu artinya Kalea bukan konsultasi, kan?"

"Apa Kalea berobat?" tebak Altheo.

Dia menghela nafasnya, melepas tab itu dan meletakkannya di atas meja. Menyandarkan punggungnya dengan mata memejam. Bolpoin di tangannya di putar-putar, sedang otaknya berpikir menemukan jawaban.

Tak tenang rasanya, entah kenapa hal ini sangat mengganggu pikirannya. Kalea pun saat ditanya mengelak enggan menjawab. Dimana akhirnya dia harus mencari tahu sendiri.

"Seberusaha apapun kau menutupinya, aku akan tetap menemukannya." Tekad Altheo.

Seperti kalimatnya tempo lalu, bahwa dia harus tahu semua hal tentang Kalea.

Pria itu membuka matanya dan kembali duduk tegak. Dia merogoh saku celananya mengambil ponsel, mengetik sebuah nomor dan mendial panggilan kepadanya. Butuh berkali-kali percobaan hingga di panggilan ke tiga barulah panggilannya di angkat.

"Hallo? Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya Altheo Cedric Kalansi, saya pernah menemui anda waktu itu. Saya ada urusan dengan anda. Jadi, kapan saya bisa menemui anda?" Tanya Altheo to the point.

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang