11

7.2K 922 841
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

- Selamat membaca -

Kalea memilih menyelamatkan hatinya, ia bangkit berdiri menjauh dari sana. Mempersilahkan Altheo berpuas diri memandangi Alicia. Mempersilahkan Altheo untuk menatap apa yang dia suka.

Bukan hanya peduli pada suaminya, tapi ia juga peduli pada dirinya. Jika ia masih berada di sana dan melihat bagaimana teduhnya mata Altheo menatap ke arah Alicia, ia sama saja mempersilahkan hatinya untuk terus tergerogoti rasa sakit dan iri.

Sebab, sejauh tiga bulan pernikahan ini. Dia belum bisa mendapatkan tatapan seteduh itu. Tatapan yang memiliki arti 'aku mencintaimu.'

"Kalea mau kemana Nak?"

Kalea menoleh, langkahnya terhenti saat mendengar suara Launa. Ia tersenyum tipis ke arah wanita paruh baya yang kini berjalan menghampirinya.

"Pestanya belum selesai, kenapa mau pergi?"

"Kalea... lelah Mi," sahutnya.

Dia tidak berbohong. Sejatinya Kalea memang lelah, bukan hanya perihal raganya, namun juga hatinya. Tapi sialnya ambisinya masih saja kokoh menguasai dirinya hingga ia masih sudi bertahan. Bertahan dalam pernikahan yang begitu menyakitkan.

Sudi mencintai walau tak tahu kapan ia akan menerima balasan. Entah nanti, atau bahkan tidak sama sekali.

Launa menangkup tangan Kalea, kontan wanita itu sedikit terkejut saat merasakan suhu tubuh menantunya yang terasa hangat. "Suhu kamu lumayan panas sayang. Kamu sakit?"

Kalea tersenyum dan menggeleng tipis.

Entah kenapa, hati kecilnya senang melihat ada orang yang mengkhawatirkannya. Ah, pemikiran jahat macam apa ini? Harusnya ia tidak boleh berbahagia di atas kekhawatiran orang lain kan?

"Kalea baik-baik saja, Mami jangan khawatir ya?"

"Apa yang baik-baik saja? Kamu sakit Kalea. Tubuhmu panas." Launa mengomel dengan mendengus pelan di akhir kalimatnya. "Istirahat di sini dulu ya?" Tawarnya.

Kalea menggeleng. "Kalea langsung pulang saja, Mi."

Mendengar itu, Launa menyerngit. Sejenak wanita itu celingukan ke sekitar. "Sendiri?"

Kalea mengangguk. Pasalnya, supir yang mengantarnya pergi tadi, sudah di suruh pulang oleh Altheo. Entah apa alasannya, mungkin karena pria itu tidak mau supirnya menunggu terlalu lama.

Launa menggeleng tak mengizinkan menantunya pulang sendirian. "Jangan, bahaya. Lihat, ini sudah jam sepuluh malam." Launa mengunjukkan waktu dari layar ponselnya.

"Ak—,"

"Sudah-sudah, jangan membantah. Kamu istirahat saja di kamar Altheo ya? Kamarnya bersih kok, Mami jamin."

"Tap—,"

"Bi Vee, tolong antarkan menantu saya ke kamar lama Altheo ya?" Launa lagi-lagi menyela kalimat Kalea. Memanggil salah satu maid yang lewat di hadapan mereka.

"Kamar yang di sebelah utara lantai dua itu, Nyonya?"

Launa mengangguk. "Benar, di sana."

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang