19

9.6K 1.1K 1.4K
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

850 vote - 900 komen for the next chapter

- Selamat membaca -

Hal yang paling Kalea takuti akhirnya terjadi. Orang tuanya mengetahui perkara pernikahannya. Hal itu membuatnya gelisah untuk mencari cara menjelaskan. Beruntung Hansel dan Meira percaya bahwa saat itu ia dan Altheo hanya terlibat kesalahpahaman, dimana ia dan keegoisannya yang meminta diturunkan dari mobil malam-malam.

Kalea mengatakan ini bukan karena ia teramat mencintai suaminya. Bukan. Tapi demi orang tuanya. Tak tega rasanya jika harus menaruh beban di pundak mereka perkara kondisi rumah tangganya yang sebenarnya. Sebab ia tahu, jika orang tua nya pun tahu. Mereka tidak bisa membantunya pergi selagi Launa dan Alzion tidak mengizinkan mereka pergi.

Menjadi bekas pekerja keluarga Kalansi, Hansel dan Meira begitu menghormati keduanya. Terlebih Launa lah yang dulu menolongnya. Memberi jalan untuk keduanya keluar dari mansion itu dan hidup damai mengemban cinta mereka dalam rumah tangga.

Sebab sedari dulu hingga kini, aturan dalam keluarga Kalansi tetap sama. Sesama pekerja tidak boleh ada yang terlibat hubungan asmara. Mereka yang dikontrak sampai seumur hidup harus mendapatkan siksaan keji hingga menemui mati jika melanggar janji. Maka dari itu Meira dan Hansel merasa hutang budi.

Dan Kalea yang hadir sebagai anaknya. Anak yang dulu ikut diselamatkan Launa, karena telah hadir di rahim Meira kala itu pun ikut merasa punya budi kepadanya. Jadi, bentuk pengabdiannya adalah membantu Altheo membebaskan perasaan haramnya pada adiknya-- Alicia.

Dulu Kalea merasa ini adalah menguntungkan baginya. Sebab ia juga mencintai Altheo. Jadi, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Membalas budi pada Launa yang telah berbaik hati, dan mendapati Altheo yang berhasil membuatnya jatuh hati.

Namun ternyata ia salah. Semua tak sama dengan apa yang dibayangkannya. Altheo ternyata membuatnya mendayung di atas lautan neraka. Yang mana perahunya sengaja diberi lubang hingga membuatnya perlahan tenggelam dan terbakar kesakitan.

Pelan-pelan, seluruh bagiannya habis termakan api. Api pernikahan.

"Mau aku bantu ke kamar mandi?"

Kalea menoleh ke arah suara. Dimana ada seorang pria yang selama tiga hari ini selalu muncul dan merawatnya. Asher. Pria itu tak pernah menyerah.

"Aku bisa sendiri." Kalea memilih menolak halus dengan senyum tipis agar pria itu tak tersinggung. Walau sedikit marah sebab Asher memberi tahu orang tuanya yang mana ia ada di rumah sakit, namun Asher tetaplah orang yang menolongnya malam itu. "Kau tunggu di depan kamar mandi saja," kata Kalea yang diangguki oleh pria itu.

Kalea memasuki kamar mandi di ruang inapnya dengan langkah perlahan sambil mendorong tiang infusnya dengan tangan kanan. Ia berdiri di depan wastafel menatap dirinya di pantulan kaca. Tangannya yang tertancap jarum infus perlahan meraba wajahnya yang pucat. "Aku terlihat semakin kurus." Ia mengomentari dirinya sendiri.

Kalea akhirnya mencuci wajahnya dan mengeluarkan lip balm dari saku bajunya, mengoleskannya tipis pada bibirnya yang kering. Walau jarang ber make up, tapi Kalea tidak betah jika wajahnya usang begini. Dia merasa semakin jelek.

"Sedikit lebih baik." Kalea tersenyum di depan kaca. Merapikan sedikit bajunya lalu berbalik badan hendak keluar dari sana.

Namun, pergerakannya yang hendak menarik handle pintu terurung saat mendengar suara percakapan Asher dan Ayahnya.

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang