03

6.3K 925 666
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

550 vote - 500 komen for the next chapter •

- Selamat membaca -

Tidur Altheo sedikit terusik kala dering ponselnya terus saja berbunyi mendapati panggilan masuk dari asistennya. Ia yang masih sangat mengantuk memilih untuk mengabaikannya. Namun, dering panggilan yang tak kunjung berhenti berhasil membuatnya emosi.

Dengan marah, ia angkat panggilan itu dan menyentak sang penelpon di sebrang sana. "KAU MENGGANGGU TIDURKU SIALAN!"

"M-maafkan saya, Tuan," ucap sang penelpon.

"Tapi ini gawat, Tuan. Nyonya Launa dan Tuan Alzion berencana datang ke mansion anda pagi ini. Mereka tengah bersiap-siap dan akan sampai kurang dari satu jam lagi."

Altheo langsung bangkit terduduk. "Sial!" Umpatnya.

Pria itu mematikan panggilan. Lalu beranjak dari kasur menuju gudang di tempat dimana ia tinggalkan Kalea semalam. Langkah lebarnya sedikit berlari menuju halaman belakangnya itu.

Altheo memang menempatkan satu pelayan di mansion Alzion, pelayan yang menjadi mata-matanya. Pelayan yang ditugaskan untuk melaporkan apapun yang dikerjakan oleh Alicia di sana, dan juga untuk melaporkan apapun yang menyangkut dirinya; termasuk kedatangan orang tuanya ke sini yang sudah dipastikan ingin memantau perkembangan pernikahannya.

Kepada Alzion ia tidak perduli apapun, namun kepada Launa— Altheo tidak berani menampakan dirinya menyiksa Kalea. Sebab ia takut Ibunya kembali menangis seperti tiga tahun lalu, dimana untuk pertama kalinya ia menyakiti Kalea dengan sengaja dan diketahui Launa.

Brak!

Pintu dibuka dengan kasar olehnya. Dan detik itu juga ia melihat Kalea yang duduk meringkuk dengan mata sembab membengkak dengan kantung matanya yang menghitam mengangkat kepala menatap ke arahnya.

"Theo..." lirih Kalea tersenyum lega, akhirnya pria itu membebaskannya.

Altheo menghela nafasnya, ia menyugar rambutnya ke belakang membasahi bibirnya. Jika keadaan Kalea seburuk ini, maka habislah ia ditangan Launa.

"Cepat bangun!"

Altheo menarik tangan Kalea cukup kencang membuat gadis itu tersentak. Tubuhnya yang semakin lemas membuatnya tak mampu menyeimbangkan diri, gadis itu jatuh terduduk di lantai dibuatnya.

"Kalea!" Sentak Altheo semakin panik karena terburu waktu, namun Kalea malah menghambatnya dengan berpura-pura lemah dihadapannya. Apa gadis itu pikir ia akan perduli?

"Aku.... aku tidak bisa berdiri." Kalea menatap Altheo berkaca-kaca, takut pria itu kembali marah dan semakin menyiksanya. "Perutku sakit Theo, kepalaku juga sakit," ucapnya, berharap pria itu memberikan sedikit rasa kasihan padanya.

Altheo melirik jam tangannya lalu menghela nafas kasar. Dengan sangat terpaksa, akhirnya ia mengangkat tubuh Kalea dan membawanya keluar dari sana.

Ia setengah berlari menuju kamarnya, lalu memerintah Arumi untuk menyiapkan kompres dan beberapa obat untuk Kalea.

"Dasar perempuan menyusahkan!" Maki Altheo saat Kalea sudah ia baringkan di kasurnya.

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang