23

11.6K 1.1K 1.5K
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

950 vote - 1,2k komen for the next chapter

- Selamat membaca -

Kalea resmi terlelap dalam pelukannya. Dan selama itu, Altheo terus betah dalam posisinya; dengan tangannya tak henti menepuk-nepuk bahu Kalea pelan-pelan. Selain kehangatan, yang Altheo rasakan saat ini adalah debaran di dadanya yang terasa begitu nyaman.

Dan ini adalah pertama kalinya ia rasakan debaran itu dari Kalea. Istrinya.

Dulu, pernah ia rasakan debaran yang sama saat bersama Alicia. Tapi dengan euforia yang berbeda.

Altheo menyingkirkan helaian rambut Kalea yang menutupi wajahnya. Dapat ia lihat wajah tenang itu terlelap dengan damainya. Sejenak, Altheo terdiam mengamatinya. Bentuk hidung, mata, bibir, alis yang berhasil menarik atensinya.

"Seberusaha apapun kau menyangkalnya. Kau tetap menyukai istrimu, Altheo. Dan itu faktanya."

Kalimat dokter itu berputar dikepalanya. Menyerang lagi dan lagi logikanya. Kalea saat ini terlihat sangat menarik dimatanya. Bentuk bibirnya, hidungnya, matanya, alisnya, bahkan setiap kegiatannya. Semua berhasil membuat Altheo ingin mengetahuinya. Bahkan sialnya ia pun ingin tahu isi pemikiran Kalea tentangnya.

Dan, apakah benar ia telah jatuh cinta? Secepat ini Kalea meruntuhkan pertahanannya?

"Kau tidak mau dia direbut oleh orang lain karena kau memaknainya sebagai seseorang yang berharga. Walau kini kau belum menyadarinya."

"Berharga?" Gumam Altheo menatap kian dalam wajah Kalea. Berharga. Apakah kalimat itu pantas ia sematkan untuk Kalea?

Perlahan, tangannya bergerak menyentuh pelan bibir yang tadi ia rasakan. Ingatan membawanya saat dimana bibir ini kerap menampilkan senyum menyambutnya pulang kerja, menyambutnya membuka mata, menyambutnya dalam setiap apapun kegiatannya. Pun, dimana bibir ini selalu berbicara hal random di meja makan saat dia menemaninya makan sepulang kerja atau bahkan sebelum berangkat kerja.

Dan ingatan itu berhasil menarik senyumnya.

Tangannya bergerak mengusap ke arah mata Kalea, lembut ia menyapu permukaan kulit itu dengan ibu jarinya. Namun basahan di sudut mata Kalea berhasil membuat senyumnya meluntur dan dahinya berkerut tanya. "Dia menangis?"

"Tapi kenapa? Apa aku menyakitinya?" Kian dalam mata Altheo memerhatikan, mengusap pelan sudut mata Kalea mencari jawaban. "Atau dia terlalu bahagia tidur dalam pelukanku sekarang?" Tebak Altheo.

Dan senyum Altheo mengembang, dia suka opsi kedua. Jadi, sudah pasti alasan Kalea menangis adalah karena teramat bahagia, kan?

Dikecupnya bibir Kalea singkat lantaran gemas. Merasa lucu dengan reaksi yang diberikan Kalea atas perhatiannya. Harusnya kalau bahagia itu tersenyum, anehnya, perempuan ini malah menangis.

Dengan gerakan perlahan, Altheo bangkit guna memindahkan Kalea ke kasur. Dia bergerak teramat pelan agar perempuan itu tidak terbangun karenanya. Lalu setelah tubuh Kalea berpindah sempurna di atas kasur, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Kalea agar tak kedinginan.

Dalam posisi duduk di samping Kalea, Altheo bertutur kepadanya, "Tenang Kalea. Aku sudah menerima cintamu, jadi tidak perlu menangis seperti ini." Dia mengusap sudut mata Kalea lagi, namun kali ini dengan senyum di sudut bibirnya.

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang