22

11.5K 1.1K 1.3K
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

950 vote - 1,2k komen for the next chapter

- Selamat membaca -

Altheo melirik pergelangan tangannya berkali-kali melihat waktu. Dia mendengus merasa waktu berjalan begitu lamban. Layar laptop di depannya sudah begitu membuatnya bosan, dan ia ingin segera pulang ke rumah sekarang.

Pukul setengah tiga, biasanya Kalea sedang masak di jam segini. Perutnya yang terasa lapar menjadi alasan paling kuat untuk ia pulang sekarang. Sebab jika dia pulang sebelum Kalea menyelesaikan masakannya, itu artinya dia jadi punya banyak kesempatan mencoba mendekatkan diri dengan istrinya itu.

Ya. Istrinya. Istrinya yang belakangan ini kentara sekali menjauhinya. Istrinya yang biasanya selalu menunggunya makan seusai pulang kerja, kini sudah tidak lagi.

Sehabis selesai masak, Kalea sengaja makan lebih dulu dan setelah itu membiarkannya makan sendirian tanpa ditemani.

Dan hal itu membuatnya tak suka. Ia lagi-lagi membenarkan kalimat dokter itu, bahwa dia sudah ketergantungan akan Kalea. Baik perhatian kecil maupun besar darinya. Contohnya saat Kalea menemaninya makan seusai pulang kerja dan  menceritakan banyak hal padanya. Yang mana dulu dia menganggapnya biasa saja bahkan terganggu, namun kini terasa begitu kehilangan saat ia tak lagi mendapatinya.

Kadang, beberapa manusia memang perlu diberikan pedihnya kehilangan untuk dapat menghargai peran seseorang. 

"Frans," panggil Altheo pada sang asisten yang tengah sibuk dengan berkas-berkas hasil meeting mereka dengan klien barusan.

"Iya Tuan?"

"Apa jadwal kegiatanku setelah ini?"

Frans terdiam sejenak. Dia lalu mengambil notebook guna mengecek schedule sang majikan. "Sudah tidak ada, Tuan. Semua meeting sudah selesai, and--,"

"Bagus!" Seru Altheo sambil menjetikkan jarinya, bersamaan dengan pria itu yang beranjak berdiri dari duduknya.

Kontan aksinya itu membuat Frans terkejut dan menghentikan kalimatnya. "Ada apa, Tuan?" Tanya Frans pada akhirnya.

Tadi boss-nya itu melamun seperti bodoh. Tapi kenapa sekarang dia terlihat begitu senang? Sungguh, bulu kuduknya naik sekarang.

"Kau urus sisanya. Aku akan pulang sekarang," putus pria itu.

"Tunggu, Tuan."

Altheo melirik ke arah Frans menaikkan sebelah alisnya. Dengan sigap Frans langsung menghampiri dan menyodorkan lembaran berkas itu padanya. "Sebelum pulang, mohon untuk anda memeriksa berkas ini dulu sebagai persetujuan."

Altheo melirik ke arah tumpukan berkas itu dengan malas. "Ini berkas proposal meeting tadi, kan?" Frans mengangguk.

"Sudah direvisi bagian cacatnya?"

"Sudah, Tuan."

"Sudah kau baca?"

"Sudah, Tuan."

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang