"Kerja bagus." Jimin selaku produser
rekaman bertepuk tangan dan tersenyum bangga."Terima kasih atas kerja keras kalian hari ini. Sekarang pulang dan beristirahatlah, besok kita akan kembali menghabiskan tenaga disini." Sana menguap sambil melakukan peregangan untuk otot-ototnya yang kaku.
"Jeongyeon, jangan lupa jaga suaramu. Dua minggu lagi kalian akan mulai melakukan tur dunia." Jimin menghampiri Jeongyeon yang tengah meneguk air mineral.
"Aku lapar." Dahyun mendekati Sana dan membantunya membereskan pekerjaannya.
"Kamu mau makan dulu sebelum pulang?"
Sana melirik arloji yang ada di pergelangan tangannya. Lalu menggeleng dengan wajah sedih.
"Maaf, Dahyun. Aku harus pulang, aku takut suamiku menunggu di rumah."
"Ah iya, aku lupa." Dahyun memukul kepalanya dengan gerakan yang lucu.
"Wanita bersuami sepertimu tidak seharusnya lembur sampai tengah malam begini." Ujarnya sambil melangkah menuju pintu.
"Ayo cepat pulang sana."
Sana tertawa, mengikuti langkah Dahyun menuju lift.
"Bagaimana rasanya menikah?"
"Kenapa semua orang bertanya hal seperti itu padaku seharian ini?" Sana memberengut.
Dahyun tertawa.
"Karena kamu satu-satunya yang sudah menikah di lantai ini."
"Hei, kamu lupa Jimin juga sudah menikah?"
"Jangan bertanya padanya, aku sudah pernah bertanya dan jawabannya, Menikahlah agar tahu rasanya." Bisik Dahyun.
Sana ikut tertawa.
"Kalau begitu aku akan memberikan jawaban yang sama. Menikahlah agar kamu tahu rasanya."
"Kamu mulai menyebalkan."
"Aku memang orang yang menyebalkan." Sana tersenyum miring sambil memasuki lift.
"Ya ya ya, apa daya diriku yang jomblo ini." Sana tertawa terbahak-bahak bersama Dahyun.
Sesampainya di rumah, saat Sana membuka pintu samping yang langsung terhubung dengan garasi, ia mendapati Yuju yang tengah menunggunya di ruang keluarga.
"Nyonya, akhirnya pulang." Yuju berdiri lega menatap Sana yang memasuki rumah.
"Maaf, aku tadi lembur. Apa Kak Tzuyu sudah pulang?"
Yuju mengangguk.
"Tuan juga barusan pulang dan langsung masuk ke dalam kamar."
"Apakah dia sudah makan?”
"Saya tidak tahu. Tapi biasanya Tuan makan di luar."
"Ah ya." Sana duduk di samping Yuju.
"Tidurlah, kamu pasti mengantuk. Terima kasih sudah menungguku malam ini."
"Saya hanya takut Nyonya tidak pulang."
Sana tersenyum lembut.
"Aku sudah di rumah. Kamu boleh istirahat."
Yuju mengangguk dan beranjak pergi menuju kamarnya sendiri. Sedangkan Sana melepaskan sepatu hak tingginya, lalu menggulung rambut membentuk sebuah sanggul sambil melangka menuju dapur. Ia ingin sekali makan mie instan. Sana membuka laci bagian atas dan mengambil sebungkus mie instan. Ia sudah berpesan kepada Umji untuk membeli beberapa bungkus mie instan.
Sana mulai memanaskan air, lalu mengambil telur dari dalam kulkas. Saat ia selesai menutup pintu kulkas, ia nyaris menjatuhkan telur di genggamannya saat Tzuyu tiba-tiba berdiri tidak jauh darinya. Ia hanya memandang Tzuyu yang menatapnya dengan dingin.
