9

433 60 21
                                    

"Pak Dahyun, apa kita bisa bicara?"

Dahyun yang tengah sibuk dengan komputernya menatap ke arah pintu dimana Tzuyu tengah berdiri disana.

"Pak Tzuyu." Pria itu buru-buru berdiri.

"Bisa saya bicara sebentar dengan anda?"

"Ya. Tentu saja." Dahyun segera mengikuti langkah Tzuyu menuju lift, mereka menuju rooftop. Dahyun mencuri pandang ke arah Tzuyu yang terlihat sedikit pucat dan berantakan. Rahang pria itu bahkan sudah tidak di cukur beberapa hari.

"Semuanya baik-baik saja?" Dahyun memberanikan diri bertanya.

Tzuyu menoleh dan mengangguk singkat, mereka keluar dari lift lalu menaiki anak tangga. menuju pintu rooftop. Keduanya berdiri menatap langit sore yang kelabu.

"Boleh saya mengajukan pertanyaan?" Tzuyu akhirnya bicara setelah beberapa lama terdiam.

"Ya."

"Saat saya dan Sana belum menikah, saya pernah melihat Anda dan Sana memasuki sebuah kamar hotel, saat itu Sana tengah mabuk. Bisa Anda ceritakan kejadian itu secara rinci?"

"Mabuk?" Dahyun tampak berpikir sejenak.

"Ah ya. Hari itu..." Dahyun menatap Tzuyu.

"Tapi kenapa Anda bertanya tentang hari itu?"

"Saya hanya ingin tahu kalau Anda tidak keberatan."

Dahyun diam beberapa saat.

"Hari itu ada undangan pesta oleh rekan kerja di divisi Humas di bar sebuah hotel bintang lima. Salah satu rekan kami mengadakan pesta lajang disana. Saya dan Sana hadir disana, Sana yang tidak sengaja meminum alkohol mabuk hanya dalam beberapa tegukan, karena tidak mungkin membawa Sana pulang ke rumah orang tuanya dalam keadaan seperti itu, saya akhirnya mem-booking sebuah kamar dan membawanya kesana."

"Apa Anda tetap berada disana malam itu?"

"Ya," ujar Dahyun pelan. Kejujuran itu entah kenapa mengobarkan sebuah perasaan asing di dalam dada Tzuyu. Perasaan yang ia sendiri tidak tahu apa maknanya.

"Saya disana hanya karena tidak bisa meninggalkan Sana begitu saja. Malam itu saya tidur di sofa." Dahyun menatap Tzuyu yang juga menatapnya.

"Mungkin hal itu membawa kesalahpahaman, tapi tidak ada yang terjadi disana. Sana langsung tertidur, saya menyelimutinya. Lalu saya berbaring di sofa dan juga tertidur disana. Percayalah, Sana adalah sahabat baik saya. Dan saya tidak akan menyakitinya."

"Beberapa hari lalu, saya melihat Anda meninggalkan sebuah apartemen bersama Sana."

"Apartemen Jeongyeon maksud Anda?" Dahyun bertanya bingung.

"Saya tidak tahu pasti apartemen siapa itu."

"Jeongyeon sakit, tapi saya dan Sana harus tetap merampungkan pembuatan album. Jadi kami kesana, sekaligus membawa dokter untuk memeriksa Jeongyeon. Kami berdiskusi tentang nada lagu yang belum fix selama beberapa jam. Setelah itu Sana merasa pusing dan badannya panas. Ia nyaris pingsan. Saya rasa karena ia tidak tidur selama beberapa hari. Kami keluar dari apartemen karena saya harus membawa Sana ke rumah sakit. Apa hal itu menyebabkan Sana tidak masuk bekerja selama beberapa hari ini?"

"Sana baik-baik saja." Ujar Tzuyu serak.

"Hanya butuh istirahat beberapa hari."

"Apa ada hal yang masih menganggu Anda?"

Tzuyu menatap Dahyun dalam-dalam.

"Terima kasih sudah menjelaskan kepada saya. Dan saya minta maaf atas sikap saya di pertemuan terakhir. Saya seharusnya tidak meremehkan Anda seperti itu."

ᴊᴜꜱᴛ ᴀ ʀᴇᴘʟᴀᴄᴇᴍᴇɴᴛ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang