23

423 52 18
                                    

Sana berdiri di ambang pintu, berpegangan pada kusen saat lututnya terasa goyah. Tzuyu hanya duduk diam disana, di samping putrinya yang tertidur.

"Ma..." Minju bergumam sambil mengucek matanya.

"Mama..." panggilnya dengan suara merengek. Bergerak gelisah di atas ranjang.

Sana segera mendekat, naik ke atas tempat tidur dan memeluk Minju.

"Sstt, Mama disini." Bisiknya lembut mengusap kepala Minju penuh sayang, lalu wanita itu mulai bernyanyi dengan suara pelan hingga Minju kembali tertidur nyenyak sambil memeluknya.

Sejenak, Sana melupakan kehadiran Tzuyu disana.

Pria itu hanya diam memerhatikan istri dan anaknya. Rasanya sungguh tidak bisa ia percaya, bisa melihat Sana dalam jarak sedekat ini.

Sana masih bernyanyi sambil membelai kepala Minju.

"Bagaimana kabarmu?" Tzuyu bertanya setelah Sana berhenti menyanyi namun wanita itu tidak berani memandangnya, Sana lebih memilih mengubur wajahnya di rambut Minju.

"Sana, kamu pasti mendengarku."

Sana mengangkat wajah perlahan dan menatap Tzuyu takut-takut.

"K-kabarku baik. Kakak sendiri?"

"Seperti yang kamu lihat." Tzuyu masih duduk menatap Sana lekat, membuat jantung Sana berdebar kencang dan ia kembali menunduk menatap Minju.

"Ceritakan padaku tentang Hyewon."

Sana menoleh cepat,

"B-bagaimana Kakak tahu tentang Hyewon?"

"Dengan cara yang sama aku tahu tentang Minju." Tzuyu menatap Sana lekat.

"Ceritakan padaku tentang putraku. Kembaran Minju."

"A-aku harus pergi, ada sesuatu yang harus ku kerjakan."

"Apakah begini caramu?" Suara Tzuyu menghentikan langkah Sana yang hendak melangkah keluar dari kamar.

"Apa kamu akan lari seperti ini selamanya dariku?"

Sana tidak menoleh karena menahan airmata. Ia tidak bisa menceritakan tentang Hyewon, mengingat Hyewon selalu membuatnya merasa sedih, putranya yang malang, yang tidak mampu bertahan setelah keluar dari rahim Sana.

Tidak. Hyewon pergi karena kesalahan Sana, dan Sana tidak sanggup menanggung rasa itu lagi, rasanya menyakitkan, saat ia harus kehilangan salah satu dari dua anak yang ia lahirkan.

Sana melangkah keluar dari kamar Minju dan masuk ke kamarnya, berniat mengurung diri. Tapi sebelum ia sempat menutup pintu, Tzuyu lebih dulu masuk dan menendang pintunya. Membuat Sana terkesiap takut.

"Aku sudah pernah ditinggalkan sekali. Dan aku tidak sudi ditinggalkan lagi tanpa penjelasan."

Tzuyu mengunci pintu kamar Sana dan mencabut kuncinya, lalu mengantonginya.

"K-Kak, aku..." Sana terkejut saat kakinya membentur sisi ranjang dan terduduk disana. Sedangkan Tzuyu melangkah dan duduk di kursi yang ada di sudut ruangan.

"Aku tidak ingin mendengar penolakan."

Sana terdiam, matanya menatap lekat Tzuyu yang duduk. Mereka diam disana seperti dua orang tuna wicana. Sana tidak kunjung memulai percakapan karena tidak tahu harus memulai dari mana, sedangkan pria itu menatapnya dalam-dalam.

Sadar kalau ia yang salah, Sana membuka mulut dan mulai berkata dengan suara pelan.

"Aku minta maaf..."

ᴊᴜꜱᴛ ᴀ ʀᴇᴘʟᴀᴄᴇᴍᴇɴᴛ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang