Setelah dua bulan berusaha, Sana akhirnya kembali hamil. Hal itu menjadi hal yang membahagiakan sekaligus menakutkan bagi Tzuyu, ia bahagia akhirnya bisa melihat istrinya hamil, dan takut atas kesehatan istrinya. Ia takut kesehatan Sana akan menurun seperti kehamilan pertama.
"Jangan bergerak."
Tzuyu mengangkat tangan untuk menyuruh Sana tetap di ranjang setelah wanita itu muntah di pagi hari.
"Aku bosan di kamar sejak pagi."
"Pokoknya jangan bergerak." Tzuyu kembali mendorong Sana untuk berbaring.
"Ingat kandungamu."
Sana memutar bola mata, sedikit kasihan dengan kepanikan yang sering di alami Tzuyu, sekecil apapun hal yang menimpa Sana, Tzuyu akan menjadi panik luar biasa.
"Kak, aku ini hanya hamil. Bukan sakit keras."
"Istirahat."
"Baiklah." Sana mengalah, memilih berbaring di ranjang. Padahal ia baik-baik saja, kehamilannya kali ini tidak seperti sebelumnya, ia sehat dan hanya sedikit pusing di pagi hari tapi akan membaik seiring waktu.
"Apa kamu ingin makan sesuatu?"
Sana tampak berpikir sejenak.
"Aku ingin rujak."
"Rujak?"
Sana mengangguk semangat.
"Tapi harus Kakak yang membuatkannya untukku."
Tzuyu tampak menggaruk tengkuknya.
"Baiklah, kamu ingin buah apa?"
"Mangga. Yang muda dan yang baru di petik."
Dimana ia akan mendapatkan mangga itu? Saat ini bahkan belum musimnya mangga berbuah.
"Sekarang." Sambung Sana dengan senyuman lebar.
"Oke tunggu disini."
Dan disinilah Tzuyu, bersama Chaeyoung dan berkeliling ke pasar tradisional terdekat.
"Harus yang baru di petik banget?" Cheyoung menggaruk rambutnya yang gatal.
"Dimana nyarinya?"
"Ayo keliling." Tzuyu menarik kerah jaket Chaeyoung dan menariknya berkeliling untuk mencari mangga muda. Tapi tak satupun penjual yang menjual mangga muda, adapun pasti yang sudah matang.
"Nyari dimana lagi sih?"
Tzuyu menghela napas. Ini sudah pasar ketiga yang mereka masuki. Hari sudah semakin terik dan panas. Keduanya duduk di depan sebuah ruko, persis seperti orang yang sedang berputus asa.
"Gue udah nggak tau." Chaeyoung berdiri.
"Ayo pulang."
"Mangganya?"
"Bilang nggak ada." Ujar Chaeyoung santai. Tzuyu memelotot, ingin sekali meninju sepupunya itu, tapi ia sendiri juga sudah lelah dan lapar. la mengikuti langkah Chaeyoung menuju parkiran motor dan mereka berdua kembali ke rumah. Tapi begitu melewati sebuah rumah, Tzuyu menepuk bahu sepupunya berulang kali hingga membuat Chaeyoung menoleh.
"Apa?!"
Tzuyu menunjuk sebuah rumah dengan pagar tinggi, dimana mereka memiliki sebuah pohon mangga yang tidak terlalu tinggi, tapi yang menakjubkannya adalah buah mangganya sedang berbuah lebat.
Chaeyoung segera menepikan motornya ke bahu jalan, matanya mengamati pohon itu, lalu ia menoleh pada Tzuyu yang juga menoleh padanya. Keduanya kemudian tersenyum lebar dan turun dari motor besar itu.