Tzuyu sudah duduk terdiam di tempat tidur itu sejak satu jam yang lalu. Matanya menatap darah kering yang menempel di seprei. Ia meremas rambutnya berulang kali dengan umpatan tertahan.
Sana masih perawan dan ia merampasnya begitu saja dengan kasar. Ia memperkosa wanita itu secara brutal dan kejam, menyakiti Sana dengan begitu mendalam. Dan kini, ia tidak punya keberanian untuk menatap wajah itu. Apa Sana masih berada di rumah ini?
Saat itulah ketakutan tiba-tiba menusuknya begitu kejam, apa Sana berada di rumah ini? Tzuyu memakai pakaiannya asal-asalan dan berlari menuruni tangga dengan bertelanjang kaki, ia langsung menuju kamar Sana yang pintunya terbuka. Pria itu masuk dan mendapati ruangan itu kosong. Tubuh Tzuyu gemetar takut. Matanya menatap lemari dan ia menghambur kesana, membukanya. Pakaian Sana masih berada di tempatnya. Kemana Sana? Tzuyu keluar dari kamar Sana dan menuju dapur. Saat menatapnya, Bibi Umji terkesiap takut dan segera menundukkan kepalanya.
"Dimana Sana?" Tzuyu bertanya serak.
"Nyonya pergi pagi-pagi sekali." Umji menjawab pelan.
"Kemana?" Desak Tzuyu tidak sabar.
Umji menggeleng.
"Saya tidak tahu, Tuan. Saat saya bertanya, Nyonya tidak menjawab."
Tzuyu meremas rambutnya kuat-kuat. Sialan. Seharusnya ia menikam jantungnya sendiri setelah ini.
"Apa dia membawa koper?"
"Tidak. Hanya membawa tas kecil seperti biasanya."
"Sana ke kantor?"
Bibi Umji mengangkat wajah, menatap takut tuannya yang kini sedang melangkah mondar mandir karena panik.
"Nyonya hanya memakai pakaian rumah. Sepertinya Nyonya tidak ke kantor."
"Telepon." Ujar Tzuyu cemas.
"Coba hubungi dia!" perintahnya kasar.
Umji hanya menggeleng.
"Saya sudah mencobanya, tapi ponsel Nyonya sepertinya tidak aktif."
"Ponselmu, Berikan padaku."
Umji menyerahkan ponselnya ke tangan Tzuyu dan segera mencari daftar panggilan terakhir. Tulisan 'Nyonya Sana' ada disana, pria itu buru-buru menghubunginya. Tapi hanya terhubung ke kotak suara. Tzuyu menghempaskan ponsel ke atas meja setelah beberapa kali mencoba menghubungi Sana.
"Terus hubungi dia." Pesannya sebelum berlari ke lantai dua menuju kamarnya.
Sana tidak pergi ke kantor. Sudah berulang kali Tzuyu menghubungi resepsionis tempat Sana bekerja, tapi wanita itu mengatakan Sana hari ini tidak berada di kantor.
Tzuyu sedang mondar mandir di dalam ruangannya saat pintu ruang kerjanya terbuka dan Jihyo menyerbu masuk dengan wajah marah setelah membanting pintu kuat-kuat.
"Apa yang kamu lakukan pada Sana?" Jihyo bertanya dengan suara tajam, menatap Tzuyu lekat-lekat.
"Kamu bertemu dia? Dimana?" Tzuyu bertanya dengan tidak sabar.
"Aku tidak akan memberitahumu sebelum kamu memberitahuku apa yang telah terjadi padanya?"
"Dimana dia?" Tzuyu mendesak.
"Kubilang aku tidak akan memberitahumu!" Jihyo membentak berang.
"Apa yang sudah kamu lakukan padanya, hah?!"
Tzuyu hanya bungkam dengan kepala tertunduk.
"Apa yang terjadi, Tzu?" Jihyo mengguncang bahu Tzuyu berulang kali.