21

454 54 35
                                    

"Sana, kenapa buburnya belum dimakan juga?"

Sana yang tengah termenung di atas ranjang menoleh saat Yoona masuk ke dalam kamarnya.

"Aku tidak lapar, Ma." Ujarnya pelan. Duduk bersandar di kepala ranjang, menatap jemarinya yang telah kosong, tidak ada lagi sebuah cincin yang biasanya melekat disana.

"Sana..." Yoona duduk di tepi ranjang, mengusap pipi Sana yang terlihat pucat.

"Kamu menangis lagi?"

Sana menggeleng, tapi matanya tak mampu berbohong, cairan bening itu kembali mengalir begitu saja Sana buru-buru menghapusnya.

"Bagaimana keadaanmu hari ini?"

"Aku baik-baik saja. Hanya sedikit demam."

Yoona menatap Sana penuh kasih, tangannya membelai rambut wanita itu yang sedikit kusut.

"Kamu mungkin tidak mau memberitahu Mama, tapi Mama tahu. Apa kamu hamil, Nak?"

"Aku ti...." Sana menarik napas saat isak tangis hendak keluar. Ia menunduk dengan bahu bergetar.

"Iya, Ma. Aku hamil."

Yoona memeluk Sana dan mengusap bahu wanita itu.

"Kalau begitu kembalilah pada suamimu, Nak."

Sana menggeleng di dada Yoona.

"Aku tidak bisa."

"Dia pasti mencemaskanmu sekarang."

Sana hanya memejamkan mata dan menangis.

Yoona adalah orang pertama yang menemukan Sana sewaktu Sana masih bayi. Sana kecil yang berusia satu minggu diletakkan begitu saja di depan pintu rumah Yoona. Yoona yang saat itu sangat kekurangan, tidak mampu menampung Sana. Meski begitu ia tetap merawat Sana selama satu bulan lamanya. Tapi dengan keadaan yang terpaksa, Yoona akhirnya memberikan Sana kepada temannya yang memiliki panti asuhan, yaitu suzy. Yoona ingin sekali merawat Sana. Tapi saat itu hidupnya sangat kekurangan, bahkan untuk makan saja ia sering tidak punya uang.

Sana tinggal bersama Suzy sampai usia tujuh tahun, suatu hari, ia ikut dengan kakak pengurus panti ke pasar lalu tersesat. Sana tidak menemukan kakaknya dimanapun, ia tidak tahu jalan kembali ke panti asuhan. Sana menunggu di pasar itu seharian, berharap kakaknya akan kembali menjemputnya. Tapi ia malah di bawa oleh seorang pengemis ke jalanan, dipaksa mengemis. Sana melakukan pekerjaan itu agar ia tetap bisa makan. Pengemis itu memberi Sana makanan sekali sehari untuk upahnya mengemis di jalanan. Hingga empat bulan kemudian Sana bertemu dengan Kakek Jong Suk, Kakek Jong Suk yang saat itu sangat kasihan pada Sana yang sangat kurus mengajak Sana makan di suatu warung, lalu ia menawarkan Sana untuk ikut dengannya.

Sana langsung menerimanya begitu saja, karena ia sudah tidak sanggup menerima pukulan setiap hari dari pengemis yang menampungnya. Ia berulang kali mencoba lari, tapi tetap saja, pengemis yang kejam itu menemukannya. Kakek Jong Suk membawa Sana ke rumah keluarga Akira. Jong Suk adalah ayah kandung Akira. Meski sejak awal Akira dan keluarganya tidak menyukai Sana, tapi Akira tidak bisa menolak karena Ayahnya menyayangi Sana. Sana cukup puas mendapatkan kasih sayang Kakek Jong Suk, tapi sayang, saat Sana berusia lima belas tahun, Kakek Jong Suk meninggalkannya seorang diri.

Sana sendirian. Diperlakukan tidak adil oleh Akira dan keluarganya. Sana tetap disana, karena ia sudah menganggap Akira sebagai ayahnya, meski pria itu tidak pernah bersikap seperti seorang ayah padanya. Lagipula Kakek Jong Suk berpesan bahwa ia harus tetap berada di rumah ini karena ini juga rumah Sana. Rumah milik Kakek Jong Suk yang di tempati oleh Akira dan keluarganya juga milik Sana. Kakek Jong Suk menyerahkan rumahnya kepada Sana. Karena ia tahu, begitu ia pergi dari dunia ini, Sana akan di usir. Jadi ia berikan rumah itu kepada Sana.

ᴊᴜꜱᴛ ᴀ ʀᴇᴘʟᴀᴄᴇᴍᴇɴᴛ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang