17

546 57 17
                                    

"Kalau kamu bosan, pergilah berjalan-jalan ke pantai. Yeonjun akan menemanimu." Tzuyu menunjuk seorang pengawal yang berdiri di kejauhan.

"Apa tidak berlebihan Kak? Aku rasa, aku tidak butuh pengawal."

Mereka tengah sarapan di restoran hotel pagi harinya.

"Aku hanya ingin istriku aman, terkadang ada turis yang kurang ajar yang suka menganggu wanita. Aku tidak ingin kamu diganggu oleh siapapun."

Sana tersenyum mendengar nada posesif dalam suara Tzuyu.

"Baiklah."

"Atau kalau kamu butuh sesuatu, mintalah Yeonjun mengantarmu. Sudah ada mobil yang disiapkan untukmu kalau kamu butuh pergi ke suatu tempat."

"Baiklah."

"Aku harus pergi sekarang ke lokasi proyek."

Sana mengangguk sambil menyuap makanannya. Tzuyu berdiri, mendekati Sana dan mengecup kening istrinya.

"Jangan rindukan aku." Godanya sambil tertawa pelan.

"Tidak akan." Ujar Sana sambil memutar bola mata.

Tzuyu tersenyum, tidak mampu menahan diri untuk tidak mengecup bibir istrinya, meski hal itu membuat Sana melotot padanya. Tzuyu hanya menyengir lalu melangkah keluar restoran dimana sudah ada sopir yang menunggunya.

Sana menghabiskan pagi itu dengan berjalan-jalan di tepi pantai, setelah merasa bosan, ia memilih kembali ke kamar pada siang harinya. Ia memilih membaca novel yang sengaja dibawanya untuk mengusir kejenuhan saat menunggu Tzuyu. Setelah membaca hampir satu jam lamanya, Sana menutup novel dan meraih ponsel. Ia ingin sekali menghubungi Tzuyu, tapi tidak ingin menganggu pekerjaan pria itu.

Saat itulah nama Tzuyu muncul di layarnya. Sana tersenyum lebar dan bergegas menjawabnya.

"Sudah merindukan aku?"

Sana memutar bola mata, tapi wajahnya merona.

"Narsis sekali." Cibirnya membuat Tzuyu tertawa.

"Apa yang kamu lakukan siang ini?"

"Tidak ada. Aku kembali ke kamar dan membaca buku."

"Tidak makan siang?"

"Aku belum lapar." Ujar Sana murung.

"Tapi ini sudah jam dua."

"Kakak sendiri sudah makan?"

"Aku juga belum makan."

"Kenapa belum? Jangan sampai Kakak kelaparan. Makanlah sekarang." Ujarnya cemas.

"Aku akan makan sebentar lagi. Kalau kamu malas ke restoran, telepon mereka dan suruh mereka mengantarkan makanan ke kamar."

"Iya, Kakak tenang saja. Aku pasti makan."

"Baiklah, aku akan kembali bekerja."

"Jangan lupa makan."

"Iya, kamu tidak perlu khawatir."

Setelah meletakkan ponselnya di atas meja, Sana kembali membaca buku dan tidak ingin makan siang, ia berbaring di sofa dimana Tzuyu tidur tadi malam. Pasti tubuh pria jangkung itu sakit tidur di sofa ini. Apa lebih baik Tzuyu tidur di ranjang bersamanya? Memikirkan Tzuyu selalu berhasil membuat tubuh Sana terasa gerah, sekaligus membuatnya malu. Apa ini yang di namakan gairah?

Ketika Sana membuka mata sore harinya, Tzuyu sudah duduk di lantai di sampingnya, pria itu tampak memerhatikannya.

"Kakak?" Sana memiringkan tubuhnya menatap Tzuyu yang tersenyum padanya.

ᴊᴜꜱᴛ ᴀ ʀᴇᴘʟᴀᴄᴇᴍᴇɴᴛ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang