Jarak mereka semakin menjauh keesokan harinya. Jika pagi hari sebelumnya mereka masih mengobrol untuk mencoba mencairkan suasana, pagi ini Sana hanya menunduk dan sama sekali tidak bicara.
Tzuyu yang melihat itu kewalahan
menghadapi rasa gelisah di hatinya. Apa Sana akan kembali menjaga jarak atau malah membuat jarak di antara mereka semakin jauh?
Tzuyu sangat menikmati usaha mereka untuk berdamai selama dua minggu ini. Karena sentuhan yang tidak ia sengaja tadi malam, jarak di antara mereka semakin besar.
Apa yang harus Tzuyu lakukan agar Sana kembali bicara dengannya?
Pria itu menarik napas, Sana masih menunduk di depannya dan sibuk mengunyah makanan dengan gerakan pelan. Tzuyu menatap ke arah garasi dengan tatapan frutasi. Saat itulah ia melihat mobil Sana. Lalu ia melirik wanita itu. Ia kemudian beranjak dari kursi dan pergi keluar dari dapur menuju garasi berpura-pura hendak menghidupkan mesin mobilnya, tapi yang ia lakukan adalah bergerak menuju mobil Sana.
Salah satu kebiasaan Sana adalah tidak pernah mencabut kunci saat mobil itu berada di garasi. Tzuyu tahu ini tindakan kekanakan, tapi ia tidak punya pilihan.
Lima menit kemudian, Tzuyu kembali memasuki dapur dan sarapan dalam diam.
"Aku pergi." Sana melangkah menuju garasi dan masuk ke mobilnya.
Tzuyu menunggu hingga lima menit baru ia keluar untuk masuk ke mobilnya. Ia berpura pura mengamati mobil Sana yang masih tidak menyala.
"Kenapa dengan mobilmu?" Ia mendekat saat melihat wajah Sana yang frutasi.
"Aku tidak tahu, tidak mau menyala." Sana keluar dari mobilnya dengan wajah kesal.
"Pagi ini ada meeting penting. Aku tidak boleh terlambat."
"Biar aku periksa. Buka kap depannya"
Sana mengikuti perintah Tzuyu dan membuka kap depannya, Tzuyu berpura-pura mengamati mobil Sana lalu menggeleng sambil menutup kembali kap depannya.
"Bagaimana?" Sana bertanya dengan penuh harap.
Tzuyumenampilkan wajah frustasi.
"Kurasa mobilmu harus di bawa ke bengkel."
"Ahh..." Sana mendesah frutasi.
"Kenapa harus hari ini sih?" ujarnya kesal sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tas.
"Kamu sedang apa?" Tzuyu melangkah menuju mobilnya.
"Memesan taksi."
"Sudahlah, biar aku antar saja."
Sana mengangkat wajahnya.
"Tidak usah. Aku tidak ingin membuat Kakak terlambat"
"Atau kamu mau memakai salah satu mobil disana?" Tzuyu menunjuk koleksi mobilnya yang lain.
"Tapi aku lupa dimana menyimpan kuncinya." Dustanya dengan begitu lancar.
"Tidak usah. Aku akan pesan taksi online saja."
Tzuyu hanya berharap bahwa pagi ini semua driver sedang sibuk dan tidak bisa menerima orderan yang masuk. Tzuyu berdoa di dalam hatinya.
"Tidak ada yang mau menerima?" Tzuyu berusaha keras menahan nada bahagia dari suaranya.
"Iya." Sana mendesah, memasukkan ponsel ke dalam tas.
"Aku telepon taksi saja." Ia kembali mengeluarkan ponselnya.
"Sudahlah, biar aku antar. Kalau kamu tidak mau duduk di sampingku, kamu boleh duduk di belakang. Anggap saja aku sopir taksi yang kamu pesan."
Sana tampak ragu di depannya.