15

432 59 30
                                    

Bagaimana keadaan istriku, Bi?" Saat pulang, hal pertama yang Tzuyu tanyakan adalah keadaan Sana. Dan apa Tzuyu sudah bilang betapa ia suka sekali memanggil Sana dengan sebutan istri?

"Nyonya sudah lebih baik, Tuan."

"Di mana dia?"

"Di kamar."

Tzuyu langsung melangkah menuju kamar Sana, ia membawa sebuket bunga Tulip merah. Yunjin bilang bunga ini sangat cocok untuk Sana.

Dan juga sebuah novel klasik yang baru ia beli secara online, Pride and Prejudice karya Jane Austen. Mungkin Sana sudah sering membaca novel ini, dan Tzuyu sudah bingung ingin membelikan novel yang mana lagi untuk Sana.

Ia membeli buku pertama yang dilihatnya di sebuah penjualan online. Dan kabar baiknya, buku ini edisi original kedua yang sudah sangat langka.

Tzuyu mengetuk pintu kamar Sana dengan pelan.

"Sana? Ini aku. Bisa buka pintunya sebentar?"

Hanya butuh waktu beberapa detik dan pintu terbuka, Sana berdiri dalam balutan piyama, berdiri sedikit menjaga jarak dari Tzuyu.

Hati Tzuyu terasa tergores benda tajam melihat istrinya yang kembali menjaga jarak.

"Sudah mau tidur?" Sana terlihat begitu menggemaskan dalam piyama Marsupilaminya.

"Belum, aku hanya ingin memakai ini saja. Kakak baru pulang?"

"Ya, ini untukmu." Tzuyu menyerahkan bunga dan novel itu ke tangan Sana.

"Terima kasih." Sana menerimanya sambil tersenyum lebar.

"Pride and Prejudice?"

"Ya, kupikir kamu akan suka."

"Aku sudah sering membacanya. Tapi terima kasih." Sana membuka halaman pertama dan melihat sebuah kertas terselip disana, persis seperti beberapa bulan lalu, hanya saja kali ini Tzuyu tidak meninggalkannya di depan pintu kamar. Melainkan menyerahkannya secara langsung.

'Aku merindukanmu.'

Hanya itu yang tertulis. Wajah Sana seketika merona saat membacanya. Ia mengangkat wajah dan menatap Tzuyu yang juga tengah tersenyum.

"Aku merindukanmu." Tzuyu mengulang kalimat yang tertulis disana secara langsung.

Dengan suaranya yang dalam dan lembut.

Jantung Sana berdebar kencang, wajahnya memerah dan senyum merekah dengan sempurna di wajahnya.

"Aku juga merindukan Kakak." Ujarnya malu- malu.

Tzuyu bersumpah ia mampu melompat-lompat bahagia karena kalimat itu. Tapi sekuat tenaga menahannya.

"Apa aku boleh memelukmu sebentar saja?" Tzuyu bertanya penuh harap.

Sana terdiam. Menatap Tzuyu dengan tatapan ragu dan tanpa sadar mundur selangkah. Tzuyu masih berusaha menjaga agar senyum tidak luntur dari wajahnya. Rasa bahagianya beberapa detik lalu seakan menghilang begitu saja, digantikan oleh perasaan kecewa. Namun itu bukan salah Sana.

"Tidak apa-apa. Aku senang melihatmu baik- baik saja. Aku akan mandi dulu." Tzuyu memutar tubuh hendak melangkah pergi. Tapi tangan Sana menahan tangannya, wanita itu menariknya dan memeluknya beberapa detik.

Tzuyu tidak mampu merespon saking tidak percayanya. Hanya sekian detik tangan Sana melingkari pinggangnya, lalu wanita itu buru-buru masuk ke dalam kamar dan menutupnya.

Tapi sekian detik itu sudah mampu memutar balikkan seluruh dunia Tzuyu.

Saat Tzuyu memutar tubuh, ia menatap empat asisten yang berpura-pura sibuk di dapur, mereka tertangkap basah sedang mengintip. Tzuyu tersenyum konyol.

ᴊᴜꜱᴛ ᴀ ʀᴇᴘʟᴀᴄᴇᴍᴇɴᴛ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang