20

516 57 20
                                    

Tzuyu memasuki rumah dengan langkah cepat. Rasanya sudah tidak sabar ingin bertemu istrinya. Seharian ia merasakan gelisah yang tidak mendasar. Membuatnya tidak fokus dalam bekerja lalu memutuskan untuk pulang lebih cepat.

"Sayang?!" Tzuyu berteriak dari dapur.

"Kamu dimana?!" Tzuyu menuangkan air dingin ke gelas lalu meminumnya. Jika biasanya ia minum langsung dari bibir botol, sejak Sana sering mengomelinya, ia mengubah kebiasaan itu.

Sana tak kunjung datang. Tzuyu menatap heran.

"Bibi, dimana istriku?"

"Ah, Nyonya." Bibi Yuju yang datang dari arah teras samping menatap tuannya.

"Nyonya tadi pergi sebentar keluar. Katanya mau ke supermarket. Ada yang harus dibeli."

"Sudah lama?"

Bibi Yuju menatap jam dinding yang ada di dapur.

"Sekitar dua jam yang lalu."

Kening Tzuyu berkerut heran. Tumben sekali Sana pergi tanpa memberitahunya. la segera mengeluarkan ponsel untuk menelepon Sana. Tapi suara nada dering terdengar dari ruang TV.

"Ponsel Nyonya." Bibi Yuju menatap Tzuyu heran.

"Apa Nyonya lupa membawa ponselnya?"

Tzuyu melangkah menuju ruang TV dan menemukan ponsel Sana tergeletak di atas meja. Pria itu meraihnya. Lalu mendesah. Kemana perginya Sana? Kenapa dia sampai lupa membawa ponselnya?

"Tuan mau kemana?" Bibi Yuju bertanya saat Tzuyu hendak menuju garasi.

"Bagaimana kalau kita tunggu saja dulu? Mungkin Nyonya terjebak macet."

"Apa Sana membawa dompetnya?"

Bibi Yuju diam beberapa saat,

"Tadi Nyonya bawa tas kecil."

Tzuyu mengusap wajahnya cemas. Berjalan hilir mudik karena cemas. Sana tidak pernah pergi tanpa memberinya kabar, dan wanita itu selalu membawa ponselnya kemana-mana.

"Tuan mandi saja dulu. Saya akan siapkan makan malam."

Tzuyu mengangguk. Melangkah menuju kamar Sana yang kini juga menjadi kamarnya. Pria itu mandi dengan cepat lalu kembali duduk di ruang TV, menunggu Sana.

Satu jam menanti, Sanatak kunjung pulang. Tzuyu menjadi semakin cemas.

Apa terjadi sesuatu dan Sana tidak bisa menghubunginya karena wanita itu lupa membawa ponsel? Bagaimana kalau terjadi sesuatu di jalan, bagaimana kalau mobil Sana mogok? Atau sesuatu yang lebih...

Ah, Tzuyu tidak berani memikirkannya. Karena hal itu membuat jantungnya berdebar takut.

"Tuan, makan malam sudah siap."

"Aku tidak lapar." Tzuyu duduk diam di sofa, memelototi ponselnya, menunggu jika ada yang menghubunginya, atau Sana menghubunginya.

"Apa dia bilang mau ke supermarket daerah mana?"

Bibi Yuju menggeleng.

"Nyonya hanya bilang ada barang yang harus di beli."

"Ini sudah tiga jam lebih, kenapa dia belum kembali?" Tzuyu berdiri frustasi.

Ia menyambar ponselnya dan menghubungi Yuta.

"Ada apa?" Yuta menjawab pada dering kedua.

"Istriku pergi dan ponselnya tertinggal di rumah. Bibi Yuju bilang dia hanya pergi ke supermarket. Tapi ini sudah lebih dari tiga jam. Aku akan mencari di sekitar komplek, cari istriku di tempat lain. Kunjungi semua supermarket yang tidak terlalu jauh dari sini."

ᴊᴜꜱᴛ ᴀ ʀᴇᴘʟᴀᴄᴇᴍᴇɴᴛ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang