16

479 63 29
                                    

Sana tertidur di dalam pelukan Tzuyu tanpa wanita itu sadari. Tzuyu masih duduk disana, menikmati memeluk Sana, ia bisa seperti ini selamanya. Memeluk istrinya dan tidak berniat melepaskannya. Tzuyu membelai rambut Sana dan mengecup puncaknya kepalanya beberapa kali. Rasanya ia mampu memberikan dunia dan seluruh isinya untuk wanita ini.

Tzuyu meraih remot TV dan mematikannya, lalu menggendong Sana menuju kamarnya. Wanita itu tampak nyenyak dalam tidurnya. Tzuyu membaringkan wanita itu dan menyelimutinya, ketika ia hendak menunduk untuk mengecup kening Sana, mata wanita itu tiba-tiba terbuka dan terkesiap takut. Sana segera duduk dan memeluk selimut erat-erat di dadanya, matanya membelalak menatap Tzuyu yang segera bergerak menjauh.

"Sana, ini aku."

Sana hanya menatap Tzuyu seolah tidak mengenali pria itu. Ia memeluk selimut kian erat di dadanya, bergerak ke tepi ranjang. Tampak sangat ketakutan.

"Tenanglah, aku akan menjauh." Tzuyu kembali mundur ke dekat pintu.

"Apa ini lebih baik?"

Sekilas Sana tampak tidak mengenali Tzuyu, tapi lambat laun mata wanita itu mengerjap dan bibirnya bergetar pelan.

"Kakak?" Suaranya memanggil ragu.

Tzuyu mendesah lega.

"Ini aku. Tenanglah." Sana mengangguk, masih waspada sambil menatap Tzuyu.

"Kamu ingin aku pergi sekarang?"

Sana hanya diam beberapa saat dan Tzuyu pikir itu artinya Sana setuju agar Tzuyu segera keluar. Tapi begitu Tzuyu hendak melangkah pergi, suara Sana yang ragu-ragu menghentikan langkahnya.

"Jangan pergi..."

Tzuyu menoleh, menatap Sana yang sudah kembali berbaring di ranjang.

"Kamu perlu sesuatu?"

Sana menggeleng, namun tangannya menepuk sisi kosong di sampingnya. Pandangan Tzuyu terarah pada sisi ranjang yang kosong.

"Bisa temani aku sebentar?"

"Tentu." Tzuyu mendekat dan duduk di tepi ranjang, sedangkan Sana menatapnya dengan matanya yang jernih itu.

"Tidurlah." Ujar Tzuyu duduk disana.

"Ceritakan sesuatu padaku." Pinta Sana dengan suara pelan.

"Tentang apa?"

"Apa saja."

"Baiklah. Boleh aku mendekat?"

Sana mengangguk, Tzuyu naik ke atas ranjang dan bersandar di kepala ranjang, sebelah tangannya terulur untuk membelai rambut Sana.

"Ini kisah yang cukup memalukan."

"Kalau begitu ceritakan padaku."

"Aku berusia tujuh tahun saat itu," Tzuyu mulai membelai rambut Sana dengan gerakan perlahan.

"Aku baru saja naik ke kelas dua sekolah dasar. Pagi itu cuaca sangat mendung, Mama sudah berpesan padaku agar jangan terlalu banyak minum es di sekolah, karena kalau terlalu banyak minum air yang dingin, aku pasti akan ke WC berkali-kali karena tidak bisa menahan keinginan buang air kecil." Lalu tatapan Tzuyu menatap Sana yang menatapnya. Sana tampak seperti seorang anak remaja dengan selimut sebatas leher, mata yang bulat dan polos yang tengah menatapnya.

"Berjanjilah untuk tidak tertawa."

"Aku tidak bisa berjanji kalau ceritanya memang lucu."

"Ini tidak lucu, tapi memalukan."

"Kalau begitu aku memang harus tertawa."

Tzuyu memelotot, membuat Sana tertawa kecil.

"Mau kulanjutkan tidak?"

ᴊᴜꜱᴛ ᴀ ʀᴇᴘʟᴀᴄᴇᴍᴇɴᴛ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang