Sesampai di rumah, Adara menginjakkan kakinya ragu. Semua tampak asing di matanya tapi entah lah dengan perasaannya yang membuat Adara makin di landa bingung.
Bangunan bercorak gold itu cukup besar dan megah "Kita cuma berdua di rumah ini?"tanya Adara ragu
"iyaa, tapi nanti bakalan rami, kok" Adrez tersenyum misterius yang membuat Adara tidak mengerti maksudnya namun bergidik ngeri setelahnya.
Adrez menuntun istrinya, membawa menuju ke kamar mereka agar supaya Adara bisa beristirahat, "Kita sekamar?" Mungkin terdengar konyol tapi tidak bagi Adara, ia bahkan seperti orang linglung.
"Ga ada sejarahnya orang yang udah suami istri beda kamar" Terlihat memaksa memang, dan seolah Adrez tidak peduli dengan ketidak ingatan istrinya. Hanya saja Adrez tidak ingin tidur terpisah, itu pasti akan menyiksanya.
"Tapi—?"
"Aku tau kamu ga inget dan mungkin bahkan ga nyaman tapi aku mohon kamu coba perlahan, yaa?"
Adara tidak mengeluarkan suaranya lagi, tampak bingung. Ia juga tidak tau harus menolak atau menyetujui.
"Aku keluar dulu" ia tidak ikut masuk ke dalam, Adrez berpamitan untuk keluar sebentar karena ada sesuatu yang harus ia urus.
Adara mengedarkan penglihatannya di segala isi ruang kamar yang bernuansa hitam namun menenangkan di rasanya yang meski cukup asing baginya.
Lagi, Adara bisa melihat foto yang terpajang apik di dinding kamar, foto yang orangnya sama persis di liatnya ketika berada di ruang tamu tadi, bedanya di kamar ini lebih kecil dan kedua orang di foto itu mengenakan pakaian yang berbeda. Yaa, itu foto dirinya dan lelaki yang mengaku sebagai suaminya dan orang yang membawanya juga ke rumah ini.
Melirik foto yang terpajang itu dan dengan jemari yang di lingkari cincin yang terpasang indah di jari manisnya, bergantian, "Emang bener, ya? gue udah nikah?!!" Monolognya sendiri.
Sekelebat bayangan samar yang tiba-tiba melintas di pikirannya ketika terus saja memandang lamat bingkai foto itu. Adara memilih duduk, mengistirahatkan dirinya di pinggiran kasur, saat ingin berusaha mengingatnya, Adara justru merasakan sakit di kepalanya.
"Sayang"
Di kejutkan dengan keberadaan Adrez yang masuk ke dalam kamar, Adara tampak canggung dengan situasi sekarang. Merasa bingung dengan semuanya.
Jujur Adara belum bisa menerima ini, kenyataan bahwa dirinya sudah menikah dan orang di hadapannya kini adalah suaminya, karna semuanya terasa mendadak. Namun balik lagi, seberapa banyak pun ia mengelak, semua bukti itu sudah menjadi fakta nyata yang membuat Adara akhirnya bungkam.
"Kepala kamu sakit lagi, hm?"
"Sedikit"
"Istirahat, ya" Adrez membantu merebahkan tubuh istrinya ke kasur, setelah menata bantal lebih dulu agar posisinya nyaman saat rebahan.
Adara mencoba menutup matanya namun hanya sebentar. "Kenapa, sayang?"tanya Adrez melihat istrinya yang seperti tidak nyaman.
"Bosen rebahan mulu" Adara tanpa sadar merengek, spontan.
Sudut bibir Adrez terangkat membentuk senyuman namun hanya tipis dan itu pun cuma sebentar.
"Kamu mau apa?"
Adara merubah posisinya menjadi duduk bersandar di kepala ranjang "Boleh tanya?" ucap Adara terdengar pelan
"Sure"
"Kenapa gue—"
"Aku" ralat Adrez menyela cepat.
"Kenapa aku bisa kecelakaan?"tanya Adara penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Life After The Marriage
Romance•Hiii🖐🏻 Mau nemenin aku sampe nyelesaiin cerita halu ini gak? Gak papa, gak vote karna aku bikin ini buat ngebahagiain diri sendiri aja dan yang pertama kali mampir liat ceritanya sepi, wajar kok! Aku gak pernah promosikan di manapun, sadar bany...