43.Larangan adalah perintah

1.4K 33 0
                                    


         Memarkirkan mobilnya di Bagasi, Adrez telah sampai di bangunan tempat tinggalnya yang sekarang. Lewat samping rumah, lelaki itu masuk karna sekalian ruang Bagasinya sudah terhubung ke arah dapur.

"Sayang?"

Adrez memanggil istrinya, namun tidak ada sahutan. Mungkin istrinya sedang berada di lantai atas, pikir Adrez.

Menuangkan air putih ke gelas, Adrez meneguknya hingga tandas. lalu mencucinya sebentar dan menaruh gelas itu ke tempat semula.

Meninggalkan ruang dapur, Adrez melangkahkan tungkai kakinya menaiki tangga menuju lantai atas.

"Hey?" tegur Adrez menyapa ketika sudah berada di dalam kamar dan mendapati keberadaan istrinya yang duduk di pinggiran kasur.

Adara yang tadinya bergelut dengan pikiran, sontak menoleh pada Adrez yang makin berjalan mendekat ke arahnya.

"Ngobrolin apa ajaa tadi?"tanya Adrez mencari pembahasan.

"Gak ngobrol banyak,"jawab Adara sekenanya.

Adrez mengambil posisi duduk di sebelah Adara, "Ga ada yang kamu inget tentang teman-teman kamu?"

Adara menggeleng pelan.

Adrez meraih tangan Adara untuk di genggamnya "Sayang?"panggilnya lembut membuat wajah Adara ikut menghadap lelaki itu.

Sedikit merasa risih sebenarnya, tapi jika boleh jujur Adara juga tampak betah mengamati wajah tampan di depan matanya ini. ia suka dan risih secara bersamaan.

"Sedikit pun tentang aku, gada yang kamu inget?"

Melepaskan tangannya spontan, "Aku gatau Adrez, aku bingung" Adara sendiri tidak mengerti dengan dirinya.

Ada begitu banyak yang samar-samar melintas di pikirannya, sekelebat bayangan di otaknya tidak bisa Adara pastikan.

"Aku gaakan maksa kamu, tapi mau coba ke suatu tempat?"tawar Adrez

"Kata temen-temen aku tadi, the garden black? itu tempat apa?"tanya Adara, "Aku mau ke sana!"

"Enggak, gak!" sontak saja Adrez menggeleng ribut, "gaboleh sayang"

Mengapa pemikiran teman-temannya dan teman dari istrinya bisa sepemikiran seperti ini, Adrez memaki mereka dalam hati. Memang semua orang laknat.

"kenapa?"

"jangan! di sana banyak cowoknya, sayang. aku gasuka!"

Adara menyipitkan matanya mendengar alasan itu, teringat kembali perkataan temannya tadi "kata Nara kamu cemburuan?"

Bahu Adrez menegak, "Bukan cemburu, aku cuman gasuka"kilahnya mengelak.

"Apa bedanya?!"

Adara memejamkan mata, dahinya menjadi mengernyit. dialog mereka ini seakan tidak asing lagi. wanita itu jadi sibuk dalam lamunannya.

"Sayang? hey? kamu kenapa?" tadinya ingin merengek, namun wajah Adrez berubah panik kala melihat keterdiaman Adara dengan mata terpejam. Takut akan terjadi apa-apa.

Kelopak mata Adara terbuka, memperlihatkan netra sayunya yang menimbulkan kekhawatiran pada Adrez.

"Kita coba ke sana, ya!?"

ingin sekali mengeluarkan sifatnya yang sesungguhnya, namun Adrez harus menahannya, karna sangat tidak mungkin istrinya itu akan peka. berbeda dari sebelumnya yang Adara pastinya selalu menanggapi kelakuannya yang terkadang manja dan suka merengek, Adrez merindukan itu.

Adrez mendekatkan wajahnya perlahan, membuat tubuh Adara menegang, dan menahan nafasnya gugup saat Adrez semakin memperkikis jarak keduanya. Adara refleks memundurkan wajahnya seketika, kala merasakan hidung mereka sudah bersentuhan. Merasa adanya penolakan itupun, hati Adrez mencelos. wajahnya melengos ke atas, hingga berakhir mendaratkan kecupan di pelipis Adara saja.

A Life After The MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang