17.War or Peace

2.4K 33 0
                                    


Aldaf bangkit lantas memberikan pukulan terakhirnya.

Bugh

"Itu buat kesalahan lo yang baru ngasih tau gue sekarang dan untuk shock lo yang gak guna itu!"

Aldaf menjauh dari hadapan Ael, ia kembali menjambak rambutnya frustasi.

"ARGHH ANJING!"

Aldaf meninju tembok berkali-kali meluapkan semua emosinya yang di pendam. Keenam laki-laki itu menyusul ketua mereka menghentikan perbuatan Aldaf untuk tidak menyakiti dirinya sendiri. Mereka menatap miris melihat keadaan ketuanya, ikut merasakan penderitaan.

Aldaf luruh, ia terduduk di lantai. Adara yang melihat kondisi kacau Aldaf tergerak mendekati laki-laki itu.

Adrez tidak sempat menahan, ia menyusul istrinya. Adara berjongkok dengan tumpuan lututnya menghadap Aldaf yang meringkuk
"Setelah lo tau kenyataannya gue harap gak ada lagi dendam di hati lo!"

"Lo dengar sendiri kan apa yang Ael bilang, Alda mau lo ikhlasin dia dan gak nyalahin diri lo sendiri apalagi sampai nyakitin diri lo kaya gini!"

"Cari kebahagiaan lo buat diri lo bahagia biar di sana Alda juga bahagia"

"Gue tau lo orang yang kuat"Adara menyentuh lengan laki-laki itu.

Adrez yang melihat itu melotot "Sayang jangan pegang-pegang!"kesalnya ia menarik tangan istrinya menyuruh untuk berdiri. Bukan karna tidak punya hati nurani tapi yang namanya cemburu mana tau tempat dan situasi.

"Apa harus aku bawa dia ke penjara?!"

"Lo gak bisa bawa Aldaf ke polisi karna cewek lo berdua yang mau dateng ke sini!"sahut Cakra menolak tegas pernyataan Adrez.

Adrez acuh ia memang tidak berniat hanya terbawa kesal saja.

Aldaf mendongak "Makasih Ra"lirihnya.

Adara tersenyum simpul, Adrez segera membawa istrinya keluar dari gedung mencegah sebelum terjadinya acara peluk-pelukan.

Mereka berempat keluar dengan Adrez yang membantu Serra memapah Rafael membawanya ke dalam mobil Serra karna kondisi Ael yang tidak memungkinkan Adrez yang menyetir mobil Ael sedangkan mobilnya di bawa oleh Adara. Terpaksa mereka harus terpisah dulu.

Di dalam gedung Cakra masih tidak percaya dengan kenyataan itu, ia berpikir itu hanya alibi Rafael agar terbebas dari Aldaf.

"Lo percaya Daf?"tanya Cakra memastikan berharap Aldaf memikirkannya lagi.

Namun sayangnya Aldaf mengangguk "Gue emang udah curiga kalo ada yang di sembunyiin sama Alda"

"Gue juga pernah liat Alda sering kesakitan tapi dia bilang itu cuma kecapean belum makanlah apalah alasannya dan bodohnya gue percaya!" Aldaf menyesali kurangnya ia memperhatikan adiknya namun jauh di lubuk hatinya sangat menyayangi Alda separuh hidupnya seakan mati karna Alda kembarannya membuat ikatan keduanya terasa kuat.

Mike menepuk bahu Aldaf, setidaknya untuk memberi sedikit kekuatan "Masih ada kita. Jangan anggap diri lo sendiri yang gak punya siapa-siapa!"

"Kita bahkan lebih dari kata temen, kita saudara"tambah Luthfi

Diki, Radit dan Jay mengangguk setuju mereka sama-sama memberikan semangat untuk ketua mereka.

Lain hal yang di rasa Cakra, ia sulit menerima kenyataan itu tapi jika ketuanya sudah berkata demikian, perlahan ia mencoba menerima dan bener-bener akan mengiklaskan kepergian cewek yang sudah mengisi hatinya meski tidak terbalas.

_

Adrez dan Adara sudah pulang ke rumah. Mereka juga sudah selesai mandi setelah mengantarkan mobil Ael ke rumah sang pemilik. Rafael kekeh tidak mau di bawa ke rumah sakit, ia memilih Serra saja cukup untuk mengobatinya di rumah. Mereka pun tidak bisa memaksa.

A Life After The MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang