Sudah dua minggu berlalu sejak kejadian kacamata, dan nampaknya Jaehyuk juga sudah melupakan hal itu. Asahi melihat Jaehyuk yang sudah tidak pernah membicarakan kejadian itu dan menebak-nebak siapa yang menolongnya bersama teman-temannya. Jadi dia asumsikan kalau Jaehyuk memang sudah lupa, atau paling tidak sudah bosan untuk menebak dan mencari siapa orangnya.
Waktu menunjukkan pukul lima sore. Asahi mengayunkan kakinya malas sambil menunggu bus di halte yang tepat berada di depan sekolah. Mashiho sudah pulang dari jam empat tadi, sedangkan dirinya baru bisa pulang sekarang karena harus rapat klub musik. Setelah ujian tengah semester satu nanti, semua jabatan mulai dari ketua OSIS, divisi OSIS, ketua klub dan badan pengurus harian ekskul akan dilimpahkan ke anak-anak kelas dua. Jadi para pengurus lama saat ini sedang sibuk rapat untuk mencari kandidat baru. Tak terkecuali Asahi yang menjabat sebagai sekretaris klub musik.
"Busnya kok lama banget, sih?" keluh Asahi bosan. Hari makin petang, dan dia sendirian di sana. Seandainya ada Mashiho, mungkin Asahi tidak akan merasa bosan karena memiliki teman mengobrol.
"Nunggu bus juga?"
Asahi berjengit kaget mendengar suara itu. Dia bahkan nyaris menjatuhkan botol minumnya saking kagetnya. Dia menoleh dan mendapati Jaehyuk yang kini berdiri tepat di sapingnya. Dia sampai harus mendongak agar bisa melihat wajah Jaehyuk dengan jelas.
"Sori, gue bikin kaget ya tadi?"
"Ng...nggak pa-pa..."
Tanpa bicara apapun, Jaehyuk mengambil posisi duduk di samping Asahi. Posisi mereka sangat dekat hingga bahu mereka bersentuhan. Padahal semua area bangku halte itu masih kosong karena tadi hanya ada Asahi sendiri di sana. Tapi Asahi tidak ingin protes atau mengatakan apapun karena takut membuat Jaehyuk tersinggung. Jadilah dia hanya menundukkan kepala dan menatap sepatunya sendiri.
"Asahi..."
"Ya?"
"Lo sekretaris di klub musik, kan?"
Asahi mengangguk. "Jihoon yang narik gue."
"Kalau gitu dulu kenapa lo nolak waktu gue minta jadi sekretaris OSIS? Kan jabatannya sama?"
Asahi menoleh ke arah Jaehyuk dan baru sadar kalau pemuda itu ternyata dari tadi menatap ke arahnya. Nafasnya sedikit tercekat saat menyadari jarak mereka yang teramat dekat.
"Gue...lebih nyaman buat tetep di klub musik daripada gabung ke OSIS." jawab Asahi seadanya. Dia terlalu bingung untuk mencari jawaban lain karena jawaban yang sebenarnya hanya bisa ia ucapkan dalam hati saja.
'Karna gue ga bisa dan ga punya nyali buat berdekatan sama lo, Jaehyuk. Meskipun nyatanya waktu itu gue pengen banget nerima ajakan jadi sekretaris lo.'
Tak lama bus yang ditunggu pun datang. Asahi dan Jaehyuk berdiri berbarengan. Mereka pun refleks saling tatap. Jaehyuk kemudian tersenyum manis. "Gue ga tau kalau arah rumah kita sama ternyata."
Asahi memalingkan wajah dan cepat-cepat naik ke bus disusul Jaehyuk. Dia duduk tepat di samping jendela, sedangkan Jaehyuk lagi-lagi duduk di sampingnya.
"Gapapa ya gue duduk sini? Biasanya gue pulang sendirian, baru kali ini ada temen yang gue kenal dan searah."
Asahi hanya mengangguk. Dia benar-benar mati kutu saat berdekatan dengan Jaehyuk seperti ini. Jadinya yang dia lakukan adalah langsung memasang earphone dan menyetel lagu kesukaannya. Tidak masalah jika harus saling berdiam diri sepanjang perjalanan pulang. Bagi Asahi hal ini sudah sangat cukup dan bisa membuat hatinya senang meskipun rasa gugup lebih menguasai dirinya.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
JaeSahi - Unspoken
FanfictionAsahi sudah lama menyukai Jaehyuk, murid pintar yang juga merupakan ketua OSIS di sekolaahnya. Tapi Asahi tidak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya. Jangankan mengungkapkan perasaannya, saat melihat Jaehyuk dari kejuahan saja...