"Adek, Jaehyuk, ayo bangun ey! Sarapan dulu!"
Mama masuk ke kamar Asahi karena saat ini sudah pukul delapan namun belum ada yang bangun juga. Wanita itu sempat terdiam sebentar melihat posisi tidur kedua pemuda itu dimana Asahi tidur bergelung dalam selimut sedangkan Jaehyuk memeluknya dari belakang. Mama refleks tersenyum melihatnya.
Dia berjalan menghampiri Asahi lalu menepuk pipinya pelan. "Dek, bangun yuk? Biasanya kamu selalu bangun pagi?"
Asahi mengerjapkan mata beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. "Ini jam berapa, ma?" tanya dengan suara serak.
"Udah jam delapan, dek. Ayo bangun, terus sarapan. Mama sama papa juga bentar lagi mau berangkat kerja."
Asahi menyingkirkan tangan Jaehyuk yang terus memeluknya sejak semalam lalu turun dari kasur. Pergerakannya membuat Jaehyuk ikut terbangun. Dia agak kaget melihat mama ada di samping kasur. Melihat Jaehyuk sudah bangun, mama tersenyum. "Sarapan dulu, Jae..."
"Iya, tante..." suara Jaehyuk pun terdengar serak efek baru bangun tidur.
Kedua pemuda itu bergantian cuci muka di kamar mandi setelah itu beriringan turun ke ruang makan. Papa Hamada sudah duduk manis di salah satu kursi sambil memainkan ponsel. Bibinya sendiri sedang menuangkan nasi goreng ke setiap piring yang ada di meja.
"Bi Ina, saya telornya diceplok, ya?" pinta mama ke bibi yang sekarang sedang menyiapkan wajan untuk menggoreng telur.
"Oke, bu~"
"Saya juga ceplok tapi setengah mateng ya, bi?"
"Siap, pak. Aden Jaehyuk mau telor ceplok apa dadar? Kalo den Sahi kan sukanya dadar."
"Saya samain kayak om aja, bi."
Papa menatap Jaehyuk. "Kamu suka telor setengah mateng juga, Jae?"
"Suka banget, om!"
Mama tersenyum melihat suaminya yang kini sedang tos dengan Jaehyuk. Tak menyangka kesukaan papa sama dengan anak bosnya. Ia lalu melirik Asahi dan Jaehyuk bergantian. "Kalian semalem bergadang apa gimana? Kok tumben banget ini si adek bangunnya siang? Biasanya jam enam juga udah bangun anaknya."
"Semalem ga bisa tidur trus kita ngemil, ma. Baru tidur jam..... setengah dua kalau ga salah."
"Pantes kok kamu tumbenan kebo, jam delapan masih belom bangun." Mama duduk di samping papa, sementara Asahi dan Jaehyuk duduk bersebelahan. Asahi meminum teh hangat yang sudah disiapkan bibi sedikit sebelum mulai menyantap nasi gorengnya. Jaehyuk dibuatkan susu oleh bibi, dan papa-mama minum kopi hitam.
"Duh~ berasa sarapan sama mantu..."
"UHUK UHUK!!" Asahi yang baru makan sesuap langsung tersedak mendengar perkataan mamanya. Bi Ina cepat-cepat mengambilkan segelas air putih dan membantu Asahi minum. Setelah bisa bernapas dengan normal lagi, Asahi memelototi mama dan mulai mengomel. "Mama apaan, sih? Sakit tau keselek gini!"
Mama dan papa tertawa saja melihat Asahi marah-marah. Jaehyuk sendiri hanya tersenyum memandangi dari samping. Jujur saja dia senang mendengar ucapan mama tadi. Berarti dirinya diterima dengan baik oleh orang tua Asahi, kan?
"Iya iya, maapin, deh..." mama menyerah melihat Asahi mulai ngambek. "Tapi mama kan cuma bicara seadaanya sesuai apa yang ada di pikiran mama, dek. Lagian kenapa, sih? Kalian sama-sama suka juga, kan? Mama sama papa sih oke-oke aja kalau kalian beneran jadian."
"Au ah."
Asahi memakan nasi gorengnya dalam diam. Dia malas jika harus membahas soal ini, karena baginya hal itu semakin membuatnya sulit untuk menjauh dari Jaehyuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
JaeSahi - Unspoken
FanfictionAsahi sudah lama menyukai Jaehyuk, murid pintar yang juga merupakan ketua OSIS di sekolaahnya. Tapi Asahi tidak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya. Jangankan mengungkapkan perasaannya, saat melihat Jaehyuk dari kejuahan saja...