09

583 69 4
                                    

Asahi tidak bisa kabur kemanapun sekarang. Jaehyuk mengunci pintu kamarnya dan kuncinya dia masukkan ke saku celananya. Yang dari tadi dia lakukan hanyalah berlari ke segala arah menghindari Jaehyuk yang ingin mendekatinya.

Sampai akhirnya Asahi mulai merasa lelah karena terus berlarian walau hanya di sekeliling kamarnya, Jaehyuk berhasil mendekat dan menariknya hingga mereka berdua jatuh ke atas kasur.

Telapak tangan Asahi menutup bibir Jaehyuk yang nyaris menicumnya. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Tenaganya kalah kalau untuk mendorong tubuh Jaehyuk yang menindihnya. "Tolong pergi, Jaehyuk..."

Jaehyuk tersenyum miring. "Setelah gue tau semuanya, lo kira gue bakal pergi gitu aja, hm?" suara rendahnya berhasil membuat bulu kuduk Asahi berdiri. Jaehyuk tak pernah berbicara dengan nada serendah itu sebelumnya.

Jaehyuk melepas kacamatanya dan langsung menelusupkan wajahnya di perpotongan leher Asahi. Karena tak bisa mencium bibirnya, Jaehyuk akhirnya beralih menciumi leher Asahi. Napas hangat ditambah dengan ciuman yang meninggalkan jejak basah di kulitnya berhasil membuat Asahi merinding. Bukan hanya mencium, Jaehyuk juga sesekali menggigit kulit leher Asahi dan meninggalkan jejak kemerahan di sana.

Yep. Kissmark...

"Jae...Jaehyuk, berhenti!"

Jaehyuk menjauhkan wajahnya dari leher Asahi. Dia takut jika lebih lama dari ini dia bisa bertindak lebih jauh lagi. Salahkan dirinya yang mudah terpancing ketika Asahi ada di hadapannya.

"Kenapa lo bohong sama gue, Sa?" tanyanya sembari memakai kacamatanya lagi. Tentu dia ingin melihat wajah cantik Asahi dengan jelas. Dan sepertinya Jaehyuk akan memikirkan ulang soal lasik nantinya.

"Lo bilang lo ga suka gue. Dan gue yakin Mashiho ngomong gitu juga karna lo yang minta, kan? Nyatanya apa? Lo udah suka sama gue dari kita masih masa orientasi. Selama itu lo sembunyiin perasaan lo dan malah minta gue untuk ga suka sama lo! Lo bikin hubungan kita jadi rumit, Sahi!" Jaehyuk menahan agar nada bicaranya tidak semakin meninggi meskipun saat ini dia sangat marah. Jaehyuk tidak ingin membuat Asahi takut padanya. Tapi tetap saja, tingkahnya ini sudah terlanjur membuat Asahi takut dan menangis.

Jaehyuk bangun dan duduk di samping Asahi yang tetap berbaring, menutupi wajahnya yang sudah banjir air mata. Dia mengacak rambutnya gusar, menyesal sekaligus merasa sesak melihat Asahi menangis akibat dirinya sendiri.

"Maafin gue, Sa. Gue ga bermaksud bikin lo takut dan nangis begini..."

Asahi tak mengatakan apapun. Jaehyuk menarik Asahi hingga terduduk lalu memeluknya erat. Dia ciumi puncak kepala Asahi dengan penuh rasa sayang. "Plis jangan kayak gini, Sa."

Jaehyuk terkejut ketika Asahi melingkarkan tangan di punggungnya dan membalas pelukannya. Hal itu membuat Jaehyuk jadi semakin mengeratkan pelukannya.

"Gue..." suara Asahi terdengar serak dan pelan. Jaehyuk menunggu dengan sabar. Meskpun dia sudah mendengar semua alasan Asahi, Jaehyuk tetap ingin mendengarnya langsung di hadapan pemuda manis itu.

"Gue emang suka sama lo, Jaehyuk. Suka banget. Kebaikan lo yang terkesan remeh waktu itu berhasil bikin gue jatuh hati sama lo. Tapi semakin waktu berjalan, gue sadar kalau gue ini bukan apa-apa dibandingkan lo dan temen-temen di sekitar lo. Gue terlalu pasif dan rendah diri untuk mau mengakui perasaan gue. Apalagi setelah tau siapa orang tua lo. Papi lo bos papa gue, Jaehyuk. Itu udah cukup untuk bikin gue makin rendah diri. Bagi gue udah cukup buat menyukai lo dalam diam. Gue ga pernah mengharapkan apapun yang lebih, apalagi dengan lo yang ternyata bales suka sama gue. Gue ga mau itu, Jaehyuk..."

Jaehyuk mengendurkan pelukannya saat menyadari tangan Asahi sudah tidak memeluknya lagi. Dia tatap wajah Asahi yang terus menunduk, menghindari kontak mata dengannya. Jemarinya mengusap pipi Asahi yang terasa begitu halus. Bagian wajah Asahi yang pertama kali dia sentuh saat pemuda manis itu membantunya dulu.

JaeSahi - UnspokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang