Memasuki waktu akhir pekan, Jaehyuk mendadak uring-uringan di kamarnya. Dari jum'at malam sampai sabtu siang ini, Asahi tidak pernah mau mengangkat panggilan teleponnya. Chat pun tidak dibaca sama sekali.
Salah satu bibi kesayangan Jaehyuk hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah tuan mudanya itu. "Aden, ih. Kenapa sih dari tadi gulang-guling ga jelas? Mandi dulu atuh, aden ganteng. Masa udah siang gini masih bau iler?"
"Jae males ngapa-ngapain, bi Yan! Dari semalem Asahi ga mau angkat telpon dari Jae. Chat pun dicuekin. Mending kalau udah diread tapi ga dibales. Lah ini dibuka pun kagaaaaak!!"
Jaehyuk mendadak tantrum layaknya bocah tiga tahun. Si bibi mendadak pening melihat tingkah si tuan muda. "Den Asahi itu yang rambutnya pirang ya, den? Yang pas ke sini banyak diemnya itu?"
"Nah iya bibi bener!" Jaehyuk mengangguk semangat. "Ga nyangka bi Yan inget sama Asahi..."
"Soalnya dia pendiem sendiri, den. Makanya bibi inget. Kalau den Jihoon sama yang satu lagi.....siapa namanya?"
"Mashiho."
"Nah iya, kalau sama den Mashiho kan pada rame tuh. Sama bibi liat den Mashiho kayaknya galak betul ke aden, ya?"
"Dia sohibnya Asahi, bi. Protektif banget ke Sahi makanya anaknya galak ke Jae."
"Pantesan. Aden terlalu agresip buat den Asahi yang manis dan pendiem gitu..."
"Bibi maaaaah!"
Si bibi tertawa keras melihat Jaehyuk yang merengek mendengar ucapannya. Saking kerasnya, bi Lina, babysitter Jaehyuk yang satu lagi, masuk dengan wajah penasaran. Ia sedang lewat saat mendengar tawa bi Yan. "Ada apa, sih?"
"Ini si aden lagi curcol soal den Asahi..." jawab bi Yan setelah menghentikan tawanya.
"Ooh...yang manis, cantik, pendiem itu, ya? Bibi mau dong nimbrung." jiwa gosip emak-emak dalam diri bi Lina muncul. Kedua wanita paruh baya itu kemudian duduk di tepi ranjang dan mengusap punggung Jaehyuk yang refleks berbaring berbantalkan paha salah satu bibi tersayangnya itu. "Jadi awalnya tuh sebenernya gimana, den?"
Jaehyuk pun menceritakan permasalahannya pada sang bibi. Mulai dari bagaimana Asahi membantunya saat kehilangan kacamata dan denial, lalu tentang Jaehyuk yang entah bagaimana bisa sebegitu tertarik pada pemuda manis itu, sampai terakhir ketika Jaehyuk mencium Asahi di atap sekolah. Mendengar hal itu, kedua babysitter itu terperangah. Apalagi ketika Jaehyuk menunjukkan bekas luka kecil di sudut bibirnya yang sama dengan luka di bibir Asahi. Luka itu dia dapet karena Asahi yang kemarin itu terus mencoba memberontak agar ciumannya terlepas.
"Ih, aden beringas. Kalau kayak gitu sih kemungkinan den Asahi ngehindar dari aden karna takut." bi Lina berkomentar. "Atau mungkin den Asahi jadi canggung kalau ngeliat aden." tambah bi Yan.
"Terus Jae harus gimana dong, bi?"
"Kalau den Asahi sendiri minta ke aden buat jangan suka sama dia, bibi saranin sih turutin aja, den..."
"Ga mau!" Jae langsung bangun dari posisi tidurannya. Kedua bibinya itu sampai terkejut dan latah. "Eeeh curut curut curut!!"
"Jae ga mau mundur, bi!"
"Waduh..." bi Yan menepuk dahinya. "Susah sih kalau adennya ngotot begini."
"Gimana kalau aden coba buat ga agresip ke den Asahi? Siapa tau anaknya nanti pelan-pelan luluh, kan?" usul bi Lina yang langsung dibalas kibasan tangan dari bi Yan.
"Si aden mah apa-apa ngegas, Lin. Kalemnya pas belajar doang..."
"Iya ya. Susah juga nih..."
Ujung-ujungnya ketiga orang itu terdiam dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya mereka sadar sebentar lagi jam makan siang. Bi Yan selaku juru masak di rumah itu harus segera menyiapkan makan siang untuk penghuni rumah. bi Lina yang biasa menjadi asistennya pun otomatis ikut keluar dari kamar Jaehyuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
JaeSahi - Unspoken
FanfictionAsahi sudah lama menyukai Jaehyuk, murid pintar yang juga merupakan ketua OSIS di sekolaahnya. Tapi Asahi tidak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya. Jangankan mengungkapkan perasaannya, saat melihat Jaehyuk dari kejuahan saja...