Bel tanda pelajaran usai berbunyi nyaring, dan semua murid pun bergegas membereskan buku-buku dan alat tulis mereka. Tidak sabar untuk segera pulang.
"Baik, anak-anak. Tugas sesuai kelompok yang udah ibu bagi tadi harap langsung dikerjakan, ya? Minggu depan kalian maju untuk mempresentasikan tugas kalian itu."
"Iya, buuuuu~~~!"
Jaehyuk tersenyum merangkul Jihoon dan Asahi. Mashiho sendiri berhasil menghindar saat Jaehyuk ingin memeluknya juga.
"Kita sekelompok lagi nih gaes~" seru Jaehyuk senang.
"Mau ngerjain dimana? Rumah Sahi kek biasa?" tanya Mashiho seraya memukul siku Jaehyuk agar melepas rangkulannya terhadap Asahi.
"Sori, tapi sore ini rumah gue lagi kebagian jatah buat kumpul ibu-ibu PKK." ucap Asahi tak enak hati. Padahal biasanya kalau mereka ada tugas sekelompok, mengerjakannya selalu di rumah Asahi.
"Di rumah gue aja kalau gitu." sahut Jaehyuk.
"Wah, boleh tuh. Kan searah rumah Sahi, pulangnya gue jadi bisa mampir main dulu mumpung besok libur."
"Nginep aja, Ci..."
"Ya udah. Ntar pinjem baju, ya?"
Jaehyuk memanyunkan bibirnya. "Gue juga ikut nginep dong?"
"GAK!" Asahi dan Mashiho menjawab dengan kompak.
"Kalau gue boleh ga?" Jihoon menimbrung tiba-tiba yang langsung dilirik sinis oleh Mashiho. "Apalagi lo, lebih ga boleh lagi."
"Apa salah daku sih, Cio~?"
"Gue masih dendam perkara acara sertijab OSIS kemaren, ya. Dan udah dibilang yang boleh manggil gue Cio cuma Sahi. Gue sunat dua kali lo ya, Ji."
"Anjir ancemannya ngeri. Abis ntar otong gue dong Ci— eh, Mashi..."
Selesai dengan perdebatan tak penting itu, mereka berempat segera keluar dari kelas dan sama-sama menuju halte bus untuk pergi ke rumah Jaehyuk. Dari halte tempat Asahi turun, rumah Jaehyuk hanya berjarak dua halte setelahnya. Bisa dibilang cukup dekat dari rumah Asahi.
"Jae, ntar mampir minimarket dulu, ya? Gue pengen jajan." pinta Jihoon ketika mereka sudah menaiki bus. Mereka duduk berempat di deretan kursi paling belakang dengan posisinya Jihoon, Jaehyuk, Asahi, baru setelah itu Mashiho paling pojok. Jaehyuk mengacungkan ibu jari sebagai jawaban dari permintaan Jihoon. Dia lalu melirik Asahi yang duduk dengan kepalanya yang bersandar di bahu Mashiho.
"Sahi..."
"Hm?"
"Nyendernya ke gue aja, dong?" ujar Jaehyuk sembari menepuk-nepuk bahunya. Mashiho mendelik dan langsung memukul tangan Jaehyuk yang ingin memindahkan posisi kepala Asahi.
"Ganggu aja lo."
"Dih..."
.
.
.
Setibanya di rumah Jaehyuk, Asahi dan Mashiho melongo saat mengetahui betapa luas dan besarnya rumah pemuda itu. Mereka tahu Jaehyuk anak orang kaya, tapi tidak menyangka akan sekaya itu.
"Gila. Ini rumah apa museum? Dari depannya aja udah ada kolam air mancur sama patung-patung ala romawi begitu..." Mashiho berjalan sambil memperhatikan suasana di sekelilingnya. Begitu pula dengan Asahi. Jihoon sendiri nampak biasa saja karena dia sudah sering main ke rumah Jaehyuk dan hanya tersenyum gemas melihat tingkah dua sahabat itu. Terutama Mashiho, yang meskipun galak sebenarnya terlihat sangat imut.
Jihoon suka melihat yang imut-imut.
"Betewe, nanti kalau ada something, cuekin aja, ya?" sahut Jaehyuk tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
JaeSahi - Unspoken
FanfictionAsahi sudah lama menyukai Jaehyuk, murid pintar yang juga merupakan ketua OSIS di sekolaahnya. Tapi Asahi tidak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya. Jangankan mengungkapkan perasaannya, saat melihat Jaehyuk dari kejuahan saja...