04). Menahan malu

233 54 16
                                    

Halo halo
.
.
.

Jangan lupa vote and comment banyak banyak ya

Semoga senang dan selalu betah sama ceritanya

Happy Reading!!

~~

"Perbaiki hidupmu sendiri sebelum memperbaiki hidup orang lain."

- Zergan Felixo Argata

**

Langit yang awalnya gelap kini terang kembali di sinari oleh matahari yang amat cerah di pagi hari.

"Oy kebo bangun!"

"MAMI BANGUN GAK BOLEH KEBO! AFA MAU SEKOLAH MAMI!"

Sendari tadi Rafa terus menggoyang-goyang kan badan Vanessa -Maminya agar bangun, namun hal itu tak menentukan untuk seorang Vanessa bangun dari tidur nyenyaknya.

"Hua Mami! Afa kesiangan ental!" Rafa mulai merengek dengan kencang hal itu mampu membuat tidur Vanessa terbangun.

"Ada apa sayang?" tanya Vanessa saat menatap sang putranya sedang cemberut.

"Mami udah jam 8!"

"HAH?!" Vanessa menoleh ke arah jam dinding ternyata memang benar sudah jam 8 pagi.

"Ya Allah Afa, kamu harus sekolah." Vanessa yang hendak keluar dari balik selimut di hentikan oleh Rafa.

"Kenapa? Kamu harus sekolah gak boleh bo-"

Rafa membekap mulut Vanessa dengan tangan kecilnya. "Mami buat Afa bolos hari ini! Afa ngambek!"

Rafa memalingkan wajahnya dari tatapan Vanessa lantas bersidekap dada sambil menampilkan ekspresi marahnya.

Vanessa menggaruk punggung kepalanya yang tidak gatal, ia tau kalau Rafa benar-benar marah kepadanya.

"Afa sayang...." Rafa menepis tangan Vanessa saat ingin menggapai dagunya.

"Ini namanya dunia telbalik, anaknya bangun pagi, Ibunya bangun siang." celetuk Rafa dengan ocehan mulut yang ke depan, sangat menggemaskan.

"Maafin Mami dong sayang, ya?" Rafa menggeleng membuat Vanessa menghelan nafas.

"Sebagai jaminannya Mami ajak Afa main ke luar gimana?" Rafa sontak menoleh akan perkataan Vanessa barusan.

"MAU! MAU!" Vanessa tersenyum menang.

"Bentar Mami man-"

*Drett drett drett

Vanessa meraih ponselnya yang berdering di atas nakas lantas membuka sambungan telepon itu.

"Halo."

"...."

"Tunda dulu emang gak bisa?"

"...."

"Baiklah."

Vanessa kembali menaruh ponselnya menoleh ke arah belakang ternyata Rafa tidak ada di tempatnya.

My chosen destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang