25). Luka tanpa batas

34 6 0
                                    

HAPPY READING!!

_______

Wiu wiu wiu wiu

"Berita terkini, mobil yang di kendarai dua orang wanita terkenal dari perusahaan Argata dan Andersn menabrak sebuah truk yang berada di depan...."

Brankar yang berisi orang orang itu di bawa keluar dari mobil ambulans.

Kedua wanita itu kondisinya sama sama kritis. Dengan tidak terduga rumah sakit tersebut sedang sibuk dengan korban kebakaran.

Hanya satu Dokter tersisa yang mampu menangani salah satu dari mereka.

"Dokter, tolong Ibu saya." ucap Roberto, orang pertama kali yang bertemu dengan sang Dokter.

"Dokter, pasien bernama Dina kondisinya sangat kritis ia butuh pertolongan pertama Dokter." sahut seorang Suster.

"Dok, Ibu saya tolong Dok." mohon Roberto.

Dokter tersebut terlihat bingung. Disisi lain keduanya sama sama kritis namun pasien bernama Dina lebih kritis dibanding dengan satunya.

"Pak Roberto saya minta maaf, saya harus memeriksa kondisi Ibu Dina, mohon tu–"

"Dok, saya mohon to–"

"Dokter, sudah tidak ada waktu, beliau bisa mati kapan saja." potong sang Suster.

Dokter pun pergi berlari bersama Suster. Mengabaikan permohonan dari Roberto.

"Suster bagaimana Ibu saya?" tanya Roberto kepada Suster begitu masuk ke ruangan.

"Mohon tunggu ya Bu, Pak."

"Mas, kamu yang sabar ya, Mamah Diana pasti baik-baik saja." ucap Vena kekasih Roberto.

"Ven, Dokter macam apa dia? Bisa bisanya dia menangani orang itu dari pada Mamah saya?"

Vena langsung memeluk Roberto begitu erat.

*Tet

Suara dari alat yang di pasang Diana terdengar. Menandakan sesuatu terjadi kepadanya.

Roberto melepaskan pelukan Vena. Ia berlari keluar untuk menyusul Dokter itu.

Roberto menerobos masuk ke ruangan  Dina. Alve, Ares dan Ditya sontak terkejut dengan kedatangan Roberto.

"Tolong Mamah saya, Dok!" ucap Roberto.

Alve melepaskan tangan Roberto yang mencoba menghentikan Dokter. "Anda,  keluar. Jangan ga–"

"Anda diam Bapak Alve, Ibu saya sedang kritis, dan dia butuh pertolongan Dokter."

"Ibu Anda akan mendapatkannya nanti setelah Ibu saya."

"Tidak bisa!" sentak Roberto sembari menarik tangan Dokter. Ares dan Alve berusaha menghentikan Roberto.

Bugh

"Alve!" Ares menahan tangan Alve yang hendak kembali memukul.

"Anda ke–"

"Dokter, pasien kamar 345 meninggal."

"Apa?"

Roberto tersenyum remeh menatap Alve yang berada di depannya. "Balasan ini, pantas untuk anak kamu Alexa. Dia gatau bahwa Papahnya pembunuh."

Bugh

"Anda sendiri apa hah? Anda menghentikan Dokter yang sedang mengoba–"

Roberto mencengkeram kerah baju Alve. Menatapnya penuh emosi. "Kenyataan nya Anda membunuh Ibu saya Alve, pada saat itu Ibu saya lebih membutuhkan penyelamatan dari pada Ibu kamu!"

My chosen destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang