11). Rumahmu

135 26 7
                                    

Happy Reading!!

__________

"Pih ayok pulang, kasihan Mamih nangis!" Faris berusaha menarik tangan Alve yang terus-menerus menerobos dua orang satpam di depannya.

"Papih tidak akan pulang sebelum bertemu wanita bernama Vanessa itu!" elak Alve menghempas kasar tangan Faris.

"Alve, kamu tidak berhak atas ini!" ucap lelaki di sela-sela Alve mengamuk.

Alve menoleh ke arah lelaki itu. Senyum jahat terukir dari bibirnya saat menatap lelaki itu.

"Didik anakmu dengan benar Ares!" sentak Alve menatap tajam sang empu.

"Alve, bercerminlah dengan dirimu sendiri, kamu. Ayah paling berengsek di dunia ini karena telah membuang putri sebaik dia dan secantik dia."

"Apa urusannya denganmu? Apa yang kamu tahu tentang dia hah?"

Ares tersenyum smirk berdecak tepat wajah Alve. "Lihatlah perusahaan Andersn ini, Mamah saya Tiara tidak salah mewariskan ini kepada cucu satu-satunya perempuan yang ada di keluarga Andersn."

"Berarti dia, Alexa?" gumam Faris karena tahu bahwa Neneknya -Tiara hanya punya satu cucu perempuan yaitu Alexa.

"Om Ares?" Ares, Alve dan Faris menoleh ke arah sumber suara itu.

"Vanessa."

"Vanessa?" gumam Alve dan Faris.

"Papih, Bang Faris? Kalian ngapain di sini malam-malam?"

"Gausah sok baik kamu Alexa, apa yang kamu buat? Kamu ingin mengkhianati keluarga Andersn hah?"

Alexa tampak kebingungan dengan arah pertanyaan Alve barusan. "Maksud Papih?"

"Jangan berani panggil saya Papih lagi, saya bukan Papih kamu."

Deg

Hatinya begitu sakit tapi senyum Alexa tak pernah hilang dari hadapan Alve. "Gapapa kalau Pa- kalau Om mau gitu, tapi apa ini maksudnya?"

Alve berdecak. Melangkah mendekat ke arah Alexa. Telunjuk jarinya ia tempelkan tepat kening Alexa.

"Berfikirlah bijak Nak, anak miskin tidak pantas ikut campur dalam hal ini, kamu bodoh, kurang pendidikan jangan mengusik keluarga kami." bisik Alve.

"Aku bukan orang asing Pih, aku anak Papih." langkah Alve terhenti seketika.

*BRUKK

"PAPIH!"

"ALVE!"

Ares dan Faris tersentak kaget saat Alve membuang setumpuk sampah itu kepada Alexa.

"Kamu hanya sampah buangan, yang selalu di injak-injak oleh orang lain."

Deg

Karyawan yang berada dalam loby merekam kejadian tersebut.

"Dek? Maafin Abang." Alexa masih bisa tersenyum, apakah ia tidak kenal luka?

"Gapapa Bang, biarin Papih luapin rasa jijiknya ke aku." Faris tampak seperti murung. Ia sangat kecewa dengan dirinya karena tidak bisa membela sang Adek saat di perlakukan seperti itu oleh Papihnya.

"Abang pamit." Alexa mengangguk.

"Vanessa."

"Alexa, Om."

Ares mengusap rambut Alexa. Ia bisa merasakan badan Alexa yang bergetar.

"Bekerjalah di perusahaan Om, Alve -Papih kamu sudah mengambil alih perusahaan ini." Alexa menggeleng atas ucapan Ares.

My chosen destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang