I became Grand Duke's Sister
~Claude berjalan cepat menghampiri Ruha yang sedang duduk di sofa dengan tatapan lurus bersama piring berisi potongan buah-buahan di tangannya. Terhitung sudah tiga hari sejak kejadian malam itu dan sudah selama itu Ruha tidak pernah bicara lagi.
"Kak?" panggil Claude lembut, mendudukkan dirinya di sisi Ruha seraya melempar pandangannya ke arah kaki kanan gadis itu yang terbalut perban. "Ini sudah tiga hari tapi sesekali darahnya masih merembes keluar."
Claude menghela nafas. "Lihat ini, aku membawakanmu buah. Dulu kau suka sekali makan buah. Setiap ibu ke pasar kau selalu minta dibelikan buah." Ujarnya mencoba mencairkan suasana namun Ruha tak memberi reaksi selain menatapnya sekilas lalu kembali melihat lurus.
Diam-diam remaja lelaki itu menghafal kesukaannya tanpa disengaja. Claude hanya mendadak ingat saja.
"Kak?" Claude kembali memanggil Ruha sembari meremas pelan bahu gadis itu.
Ruha menggeleng, menolak untuk bicara pada Claude atau pada siapapun. Rasa takut menggerogoti Ruha sampai ke tulang, jiwanya terasa diikat kuat sekali hingga sesak. Pun mulutnya terasa bak di lem kuat sebab kejadian malam itu masih menghantuinya sampai saat ini.
Setiap malam Ruha tidak bisa tidur dengan tenang. Luka menganga di kakinya terasa berkali-kali lipat lebih menyakitkan setiap waktu berganti ke malam hari. Ruha memejamkan mata sambil menangis tanpa suara, sudah tiga hari dia seperti itu.
"Kakak tidak bisa tidur lagi ya?" Claude menebak dari kantung mata Ruha yang menghitam.
Tangannya berpindah mengusap puncak kepala gadis itu. "Maaf karena aku tak menyadarinya lebih awal sehingga kau harus melewati malam mengerikan itu, kak."
"Tapi jangan khawatir, dia akan membayar itu nanti. Aku bersumpah kepadamu, kak." Claude tersenyum tipis lalu meletakkan kepala Ruha tepat di bahunya sambil mengusap-usapnya lembut.
"Jangan bersedih lagi, aku tak menyukainya." Imbuh Claude masih dengan senyum tipis di wajahnya. "Aku sayang pada kakak."
"Aku takut," cicit Ruha pelan. "Aku sangat takut."
Mendengar suara bergetar Ruha, Claude mengepalkan tangannya yang lain namun masih mengusahakan senyum manis terpatri di bibirnya sekalipun Ruha tak melihat senyuman itu.
"Akan kuhancurkan seluruh dinasti kerajaan mereka yang tersisa untukmu. Jangan menangis lagi, Kak Ruha..."
Tak ada respon dari gadis itu.
Claude menghela nafas lalu mendengar langkah kaki mengarah ke sini. Dengan cepat kepalanya berputar ke arah belakang dan mendapati bibi Mauren dengan kepala di perban mencoba mendekatinya namun saat wanita itu menyadari Claude lebih dulu menoleh, langkahnya terhenti disana karena takut.
"Sebentar kak," ujar Claude bangkit dari duduknya namun ujung lengan bajunya di tahan oleh Ruha. "Iya, kak?"
Ruha menggelengkan.
Claude kembali menempatkan dirinya kembali duduk. "Baiklah aku tidak pergi, aku disini. Aku bersamamu." Diambilnya lagi tangan Ruha lalu diletakkannya di pipi.
Sekilas Claude menoleh dengan tatapan tajam ke arah bibi Mauren hingga wanita itu tersentak dan meneguk ludah kaget lalu berbalik dengan posisi kepala menunduk karena takut. Cara jalan wanita itu pincang, sudah jelas Claude tidak hanya menghadiahi wanita itu hantaman di kepala melainkan lebih banyak dari itu hanya saja Claude melakukannya secara rahasia.
"Kak Ruha mau jalan-jalan?" tawarnya memecah keheningan yang sempat tercipta selama beberapa menit.
Ruha menggelengkan kepalanya. "Sakithh..." rintihan kembali terdengar dari bibir ranum merah alami miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I became Grand Duke's Sister
FantasyClaude Lucane menjadi Grand Duke di usia 18 tahun setelah menghabisi seluruh anggota keluarganya tanpa sisa pada suatu malam karena dendam yang dipendam sedari kecil. Sialnya setelah kecelakaan dicium tayo aku malah terbangun ditubuh Aruha Estoille...