I became Grand Duke's Sister
~"Aku bisa memasak lebih baik dari pada ini." Ujar Claude menandakan penolakan secara halus terhadap masakan buatan Ruha yang dinilai tak sehat menurutnya. "Kau berniat membuatku mati karena usus buntu, kak?"
"Kalau begitu..." Ruha mengulum senyum di bibirnya. "Sembuhlah dan tunjukan kemampuan memasakmu padaku. Oh! oh! bagaimana kalau kita memasak? kue kakak-adik!"
"Memasak? kau mau membuat sembelit lalu mati karena memakan seluruh mie buatanmu?" sarkasnya.
Ruha memajukan bibirnya kesal, ia juga menempatkan tangannya di pinggang sambil melotot ke arah Claude. "Percaya diri sekali adikku yang satu ini. Kalau kau mati pun tak ada gunanya bagiku jadi sebaiknya tetaplah hidup!" tandasnya.
"Sungguh?"
"Sungguh!"
"Lalu..." Claude menggantungkan kalimatnya, melirik tangan kanannya yang dipenuhi plester warna-warni.
"Lalu?" mengulangi perkataan Claude yang tidak diteruskan, Ruha merasa penasaran akan apa yang ingin laki-laki itu katakan padanya. "Apa?" tanyanya lagi menunggu harap-harap cemas.
Claude membuang muka menghindari tatapan Ruha. "Tidak ada." Jawabnya asal.
"Kau ini, ya!" gadis itu memelototinya dari kejauhan lalu menempatkan dirinya duduk di lantai karena meja ruang keluarganya pendek.
"Dasar adik sinting!" cebiknya tak habis pikir lalu mengambil mangkuk berisi mie rebus ke atas pangkuannya dan mulai menyantapnya sendiri.
Ruha memasukan mie ke dalam mulutnya lalu tertegun. "Umm!?" kedua matanya membulat merasakan kuah soto kental buatannya terasa begitu pas dipadukan dengan mie. "ENAK SEKALI!"
Claude sedikit penasaran melihat reaksi berlebihan Ruha. Sesekali dia tertangkap basah mencuri pandang ke arah gadis itu tanpa ekspresi.
Ruha memeluk mangkuk mienya lalu melirik sinis pada Claude. "Tidak boleh! semuaaaaaaaa ini, milikku!" ditunjuknya seluruh mie yang ada di atas meja.
Hidung Claude mengkerut merasa jijik terhadap reaksi berlebihan kakaknya yang terlalu percaya diri. "Aku tidak tertarik."
"Bercanda kok, hehe." Ruha menoleh setelah terkekeh lalu meletakkan mangkuk mienya ke atas meja kemudian beralih mengambil piring berisi mie goreng.
Ruha lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Claude seraya mendekatkan garpu berlilitkan mie ke bibir laki-laki itu. "Aku tahu kau mau makan tapi susah karena tangan kananmu sakit, kan?"
Tanpa sadar Ruha mengedipkan satu matanya, membuatnya sesaat terlihat imut. "Tak apa! sebagai kakak yang baik dan benar, akan kusuapi kau sampai kenyang!"
"Aku tidak---" ucapan Claude terpotong saat garpu bergulung mie itu dijejalkan ke mulutnya.
"Bagaimana?" Ruha menarik garpunya keluar dari mulut Claude usai menyuapi laki-laki itu secara paksa. "Kau menyukainya? makanlah semuanya, akan kusuapi sampai tetes bumbu terakhir tapi piringnya jangan di jilat." Kekehnya.
Mie. Kapan terakhir Claude memakannya? ah, tidak. Lebih tepatnya, kapan terakhir kali Claude makan makanan enak selain bubur atau roti gandum? mereka keluarga kaya raya—keluarga Grand Duke tetapi hidupnya justru sengsara. Claude diminta membentuk tubuh, diet kalori, diet ini, diet itu demi memenuhi kepuasan kedua orang tuanya.
Jadi, ketika mendadak makanan enak menyentuh rongga mulutnya--Claude merasa agak terharu. Biasanya hanya makanan hambar yang langsung ia telan tanpa kunyah tapi kali ini meskipun hanya mie, Claude merasa ingin memakannya lagi dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I became Grand Duke's Sister
FantasíaClaude Lucane menjadi Grand Duke di usia 18 tahun setelah menghabisi seluruh anggota keluarganya tanpa sisa pada suatu malam karena dendam yang dipendam sedari kecil. Sialnya setelah kecelakaan dicium tayo aku malah terbangun ditubuh Aruha Estoille...